Ramaikan KKSU 2025, Recycle Ubah Sampah Plastik Jadi Produk UMKM Ramah Lingkungan (Analisa/irin juwita)
Analisadaily.com, Medan - Berawal dari keresahan terhadap maraknya sampah plastik di lingkungan kampus, M. Rafiq Akbar mendirikan Recycle pada tahun 2021. Kini, tiga tahun kemudian, usahanya itu menjadi salah satu pelaku UMKM binaan Bank Indonesia yang aktif memproduksi beragam kerajinan dari sampah plastik daur ulang.
Dalam gelaran Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU) 2025, yang digelar di Delipark Mall Medan, Rafiq hadir membagikan kisahnya membangun usaha berorientasi lingkungan.
“Recycle berdiri karena keresahan kami waktu masih kuliah. Botol-botol air mineral sering berserakan begitu saja. Dari situ kami mulai cari tahu cara pengolahannya,” ujar Rafiq saat ditemui di area pameran KKSU yang berlangsung 18-20 Juli 2025.
Ia mengaku, informasi tentang pengolahan limbah plastik cukup mudah ditemukan, terutama melalui internet. Namun, tantangannya adalah bagaimana teknologi itu bisa diterapkan di Kota Medan.
“Kami lakukan research and development (R&D) untuk menyesuaikan metode pengolahan limbah plastik yang feasible diterapkan di Medan,” tambahnya.
Rafiq mengatakan Recycle berlokasi di Jalan Sidodame No 154/3, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. Produk-produk Recycle kini mulai dikenal, dari coaster (tatakan gelas), tutup tumbler, setul (kursi bangku kecil), gantungan kunci, hingga produk custom lainnya.
Meski skalanya masih kecil, pasar Recycle tak hanya di Sumatera Utara, tetapi sudah menjangkau Pulau Jawa dan Bali.
“Untuk luar negeri memang belum ekspor langsung, tapi ada turis dari Jerman dan negara lain yang datang ke Medan, beli produk kami buat oleh-oleh,” kata Rafiq.
Harga produknya bervariasi, mulai dari Rp10.000 untuk gantungan kunci, hingga Rp450.000 ke atas untuk produk-produk kustom. Ia menyebut, konsumen terbanyak datang dari pelaku industri makanan dan minuman (F&B) yang memesan tatakan gelas, sementara masyarakat umum cenderung memilih gantungan kunci karena sifatnya praktis dan estetik.
Namun, perjalanan Recycle tak selalu mulus. Salah satu tantangan utama adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya produk daur ulang. Selain itu, karena masih tergolong UMKM dan belum berproduksi massal, harga produk daur ulang cenderung lebih tinggi dibanding barang pabrikan biasa.
Untuk itu, Rafiq mengapresiasi dukungan dari Bank Indonesia, khususnya melalui partisipasi dalam acara seperti KKSU. “Stakeholder seperti BI banyak membantu. Mereka kadang order souvenir, bantu mesin produksi, dan mengundang kami ke event-event seperti ini,” jelasnya.
Ke depan, Recycle berharap bisa meningkatkan kapasitas produksi dan menjangkau pasar yang lebih luas, sembari tetap membawa pesan penting tentang pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular dari Medan ke panggung yang lebih besar.
(WITA)