Analisadaily.com, Jakarta — Direktorat Jenderal Imigrasi menorehkan babak baru dalam sejarah pelayanan keimigrasian Indonesia. Melalui peluncuran Sistem Kerja pada Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) dan Pedoman Pengelolaan Unit Analisis Penumpang, pemerintah menunjukkan komitmen kuat untuk menghadirkan layanan keimigrasian yang semakin modern, humanis, dan berkelas dunia.
Acara peluncuran yang dipimpin Plt. Direktur Jenderal Imigrasi, Yuldi Yusman, di Hotel Ayana MidPlaza, Jakarta, Rabu (19/11), menandai dimulainya transformasi menyeluruh tata kelola pemeriksaan keimigrasian. Langkah progresif ini merupakan implementasi nyata dari Keputusan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan RI Nomor M.IP-19.GR.01.01 Tahun 2025.
Sistem kerja baru pada TPI tersebut menghadirkan pendekatan terpadu dan berbasis digital dalam seluruh proses pemeriksaan — mulai dari alur kerja petugas, pengambilan keputusan, hingga pelaporan. Seluruh data dan aplikasi disatukan dalam satu ekosistem yang saling terhubung, menghadirkan efisiensi dan ketepatan yang sebelumnya sulit dicapai.
Transformasi ini menjadi jawaban atas tantangan mobilitas internasional yang kian dinamis. Dengan teknologi yang semakin mutakhir, Indonesia tidak hanya membuka pintu yang lebih ramah bagi pelancong dan investor, tetapi juga memperkuat sistem keamanan nasional melalui data yang akurat dan mudah dianalisis.
Bersamaan dengan Sistem Kerja TPI, diluncurkan pula Pedoman Dirjen Imigrasi Nomor IMI-1041.GR.01.01 Tahun 2025 tentang Pengelolaan Unit Analisis Penumpang. Pedoman ini memastikan pengawasan perlintasan orang dilakukan dengan cara yang cerdas, profesional, dan mampu mendeteksi potensi ancaman sejak dini.
Dengan pedoman ini, Imigrasi mendorong penggunaan teknologi sebagai senjata utama dalam menjaga kedaulatan, melindungi data pribadi, dan memastikan bahwa setiap perjalanan internasional yang masuk ke Indonesia aman dan tertib.
Direktur Tempat Pemeriksaan Imigrasi, Suhendra, mengungkapkan bahwa dua inovasi besar ini lahir dari strategi BorderLink dengan slogan “connecting the world, securing the border.”
Menurutnya, BorderLink bukan sekadar digitalisasi, tetapi lahirnya budaya kerja baru di TPI: budaya yang menekankan profesionalisme, kecepatan, integritas, dan cara berpikir modern.
“BorderLink harus menjadi cara hidup baru di seluruh TPI. Inilah standar baru yang akan membentuk generasi petugas Imigrasi yang lebih siap menghadapi dunia,” ujarnya.
Di akhir acara, Plt. Dirjen Imigrasi, Yuldi Yusman, mengingatkan bahwa secanggih apa pun sistem yang dibangun, semuanya hanya akan efektif jika dijalankan oleh sumber daya manusia yang amanah.
“Teknologi hebat hanya akan menjadi alat jika tidak ditopang integritas. Kami ingin memastikan semua inovasi yang hadir benar-benar memberi dampak nyata bagi masyarakat—pelayanan yang lebih mudah, proses yang lebih cepat, dan rasa aman yang lebih kuat. Ini bagian dari ikhtiar kita memperkuat daya saing Indonesia,” tegasnya.
(NAI/NAI)











