Analisadailly.com, Medan - Upaya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan bebas dari perundungan terus digaungkan oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Melalui Kelompok 125 Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) Anti-Perundungan, para mahasiswa melaksanakan sosialisasi bertema “Lawan Perundungan, Ciptakan Lingkungan Aman” di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan. Kegiatan edukatif ini dipimpin Ketua Kelompok Karina Marbun, dengan pendampingan langsung dari dosen fasilitator, Prof. Dr. Drs. Mulyadi, M.Hum.
Kelompok yang beranggotakan 20 mahasiswa lintas fakultas itu berhasil mengimplementasikan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) secara nyata di tengah masyarakat sekolah. Mereka tidak hanya mengaplikasikan teori, tetapi juga mempersembahkan kontribusi langsung dengan meningkatkan pemahaman siswa mengenai bahaya perundungan dan pentingnya lingkungan yang suportif.
Dalam sesi materi, mahasiswa USU memaparkan jenis-jenis perundungan, dampaknya bagi kesehatan mental dan sosial siswa, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan pihak sekolah, guru, maupun teman sebaya. Mereka juga menekankan bahwa setiap siswa memiliki peran penting dalam menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan belajar.
Kegiatan berlangsung interaktif dan penuh antusiasme. Siswa MAN 1 Medan tampak aktif bertanya, berdiskusi, dan mengikuti simulasi situasi perundungan yang sering terjadi dalam keseharian. Melalui skenario tersebut, para siswa diajak memahami posisi korban dan pentingnya menunjukkan empati serta keberanian ketika menyaksikan perilaku yang merugikan.
“Kami ingin menanamkan bahwa setiap siswa punya kekuatan untuk menciptakan perubahan,” ujar Ketua Kelompok 125, Karina Marbun. “Menolak perundungan adalah langkah kecil yang membawa dampak besar, tidak hanya bagi korban tetapi juga bagi budaya sekolah secara keseluruhan.”
Salah satu materi penting yang diperkenalkan adalah konsep upstander — yaitu individu yang tidak tinggal diam ketika melihat perundungan, tetapi memilih membantu korban atau melaporkan kejadian kepada pihak berwenang. Mahasiswa berharap konsep ini dapat menginspirasi para siswa menjadi generasi yang berani bertindak dan tidak takut menegakkan kebenaran.
Dengan terlaksananya kegiatan ini, mahasiswa USU berharap nilai empati, kepedulian, dan keberanian dapat semakin tumbuh di lingkungan MAN 1 Medan. Sosialisasi ini bukan sekadar penyampaian materi, tetapi gerakan moral untuk menumbuhkan karakter positif yang menjadi fondasi terciptanya sekolah yang aman dan inklusif.
Aksi edukatif Kelompok 125 menjadi bukti bahwa mahasiswa memiliki peran strategis dalam membangun generasi muda yang lebih bertanggung jawab dan saling menghargai. Semangat kolaborasi antara USU dan MAN 1 Medan diharapkan dapat terus berlanjut serta menjadi contoh inspiratif bagi sekolah lainnya di Sumatera Utara.
(NAI/NAI)











