Respons Agincourt Resources atas Banjir Bandang Garoga: Sigap dan Berbasis Fakta (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Jakarta - PT Agincourt Resources (PTAR) turut berbela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada seluruh keluarga korban yang terdampak bencana banjir bandang dan longsor di Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan.
Teriring doa untuk para korban dan keluarga, serta seluruh masyarakat yang terdampak peristiwa ini.
Terkait pemberitaan di media massa, PTAR menyampaikan telaahan atas narasi yang beredar terkait hubungan antara bencana longsor dan banjir bandang di Tapanuli Selatan dan Tambang Emas Martabe.
“Temuan kami menunjukkan bahwa mengaitkan langsung operasional Tambang Emas Martabe dengan kejadian banjir bandang di Desa Garoga merupakan kesimpulan yang prematur dan tidak tepat,” kata Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources, Katarina Siburian Hardono, Selasa (2/12/2025).
Menggunakan data dan fakta langsung di lapangan, peristiwa bencana banjir bandang dan longsor dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
• Siklon Senyar menyebabkan hujan dengan intensitas sangat lebat di wilayah Tapanuli Selatan. Curah hujan ini begitu ekstrem dan secara statistik mewakili curah hujan maksimum yang tidak pernah terjadi setidaknya dalam 50 tahun terakhir.
Hujan dengan volume luar biasa tersebut jatuh merata di seluruh Sumatra bagian utara termasuk kawasan Hutan Batang Toru, sebuah kawasan hulu dari sungai-sungai utama yang mengalir di Kecamatan Batang Toru, seperti Sungai (Aek) Garoga, Aek Pahu, dan Sungai Batang Toru.
Sungai utama dan awal bencana banjir terjadi di Desa Garoga yang berada di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Garoga dan menyebar ke beberapa desa tetangga seperti Huta Godang, Batu Horing, Sitinjak dan Aek Ngadol (Gambar 2, area dalam kotak merah).
• Bencana banjir bandang diakibatkan ketidakmampuan alur Sungai Garoga menampung laju aliran massa banjir. Hal ini dipicu oleh efek penyumbatan masif material kayu gelondongan di Jembatan Garoga I dan Jembatan Anggoli (Garoga II).
Efek sumbatan ini mencapai titik kritis pada sekira 25 November sekitar pukul 10 pagi, menyebabkan perubahan tiba-tiba pada alur sungai, akibatnya dua anak sungai Garoga bergabung menjadi satu aliran baru yang menerjang langsung Desa Garoga.
Sampai saat ini, puluhan orang dilaporkan meninggal dunia dan puluhan lainnya masih dinyatakan hilang. Jumlah ini diperkirakan terus meningkat dalam beberapa hari ke depan.
• PTAR beroperasi di sub DAS Aek Pahu yang secara hidrologis terpisah dari DAS Garoga. Meskipun kedua sungai tersebut bertemu, titik pertemuannya berada jauh di hilir Desa Garoga dan terus mengalir ke pantai barat Sumatra, sehingga aktivitas PTAR di DAS Aek Pahu tidak berhubungan langsung dengan bencana di Garoga.
• Meskipun beberapa peristiwa longsoran terpantau di sub DAS Aek Pahu, tidak ada fenomena banjir bandang di sepanjang aliran sungai ini. Karena berbeda dengan Sungai Garoga, tidak ditemukan aliran lumpur dan batang kayu yang intensif di Sungai Aek Pahu, yang dapat menjadi pemicu sumbatan masif.
Sebanyam 15 Desa Lingkar Tambang yang sebagian besar berada di sub DAS Aek Pahu tidak mengalami dampak yang signifikan, bahkan saat ini difungsikan sebagai pusat-pusat pengungsian.
• Investigasi lebih lanjut melalui pengamatan udara menggunakan helikopter di kawasan hulu Sungai Garoga menguatkan argumen sumber penyebab banjir. Di titik pengamatan yang berada di sub DAS Garoga, didapatkan bukti visual terjadinya secara masif, longsoran (landslide) yang terjadi di tebing-tebing alur Sungai Garoga, termasuk di kawasan hutan lindung.
Longsoran-longsoran inilah yang menjadi sumber langsung dari sebagian besar material lumpur dan batang-batang kayu yang ditemukan di Sungai Garoga. Namun demikian, temuan ini masih merupakan indikasi awal, kajian lebih lanjut diperlukan untuk secara lengkap mencari sumber penyebab lainnya.
• PTAR telah menjadi bagian dari the first responder dengan melakukan kegiatan Search and Rescue (SAR), pembukaan akses, pendirian posko-posko pengungsian yang dilengkapi tenda-tenda darurat, dapur umum, dan klinik masyarakat. Bersama dengan pemerintah daerah, TNI-Polri, dan pemangku kepentingan lainnya, terus memobilisasi seluruh sumber daya yang dimiliki untuk meringankan beban saudara-saudara tercinta sejak hari pertama bencana terjadi.
Usaha bersama ini sangat penting untuk meminimalkan jumlah korban dan memaksimalkan kecepatan recovery pasca bencana.
• PTAR adalah bagian masyarakat Batang Toru dan Tapanuli Selatan. Dalam aktivitasnya, PTAR senantiasa mematuhi seluruh peraturan yang berlaku, termasuk perizinan-perizinan terkait, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan.
Tambang Emas Martabe melakukan kegiatan penambangan sepenuhnya di Areal Penggunaan Lain (APL), di luar kawasan hutan Batang Toru.
Selama beroperasi, PTAR terus mendukung upaya perlindungan lingkungan termasuk konservasi air, udara, tanah dan lebih jauh konservasi keanekaragaman hayati berkolaborasi dengan institusi-institusi nasional maupun global.
Dengan memahami sepenuhnya perhatian publik yang sangat besar atas bencana ini, kami mengajak seluruh pihak untuk mengedepankan kolaborasi, komunikasi, dan manajemen informasi yang baik untuk menghindari opini yang, secara sengaja atau tidak, berujung pada narasi-narasi yang tidak tepat, kontraproduktif dan merusak upaya pertolongan dan pemulihan masyarakat korban bencana.
“Di sisi yang lain, kami mendukung sepenuhnya kajian komprehensif dan independen untuk menghasilkan kesimpulan yang tepat yang sangat vital dalam mitigasi risiko bencana di masa depan,” pungkas Katarina.
(RZD)