DI penghujung 2025. Dua hari lagi, berpisah dengan tahun 2025. Refleksi pers 2025, menggambarkan sekilas kondisi pers dunia selama 12 bulan terakhir. Saya hanya ambil cerminan dari lima sisi berikut ;
INFORMATIF : Secara umum fungsi dan peran pers, maksimal. Publik di mancanegara mendapatkan informasi melimpah. Menyentuh berbagai bidang. Dari media massa yang ditangani wartawan profesional, sajian liputan cukup bermutu. Kebutuhan publik yang beraneka. Sejalan dengan kepentingan publik. Informasi yang disajikan media massa memang tergolong informatif. Itu fakta.
MELIMPAH : Banjir informasi. Memang kenyataan. Di sini pula publik gelisah. Mengapa? Kenyataan membuktikan : Tak terkira berita bohong dan palsu (hoax and fake news).
Semua pihak mengeluh. Akademisi, politisi, birokrat, pakar komunikasi, tokoh pers dan awak media, semua senada bilang : Secara umum media arus utama (mainstream media) masih dapat dipercaya.
Namun, sebagian media siber/online, kurang serius atas verifikasi. Mengabaikan check and recheck berakibat fatal juga. Akurasi berita sukar dipertanggungjawabkan.
Tetapi saya selalu bilang : Cukup banyak media siber/online yang konsisten atas verifikasi, sehingga informasinya akurat.
TEKNOLOGI DIGITAL : Ini dia. Kemajuan iptek tak terbendung. Teknologi digital melanda kantor media, kerja-kerja jurnalistik. Harus diakui, dunia jurnalisme mendapat tantangan. Wartawan harus terus belajar. Seumpama mendalami jurnalisme data, jurnalisme berbasis HAM dan kini jurnalisme siber.
Dan, yang kini sedang ramai yakni penerapan mesin kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam operasional dan karya jurnalistik.
Fakta, informasi dari AI ternyata ada tidak benar. Wadah/lembaga/organisasi pers mengadakan aneka forum (seminar, dialog pers, diklat) membahas praktek AI. Tujuan utama agar tidak terjadi pelanggaran Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan terjaga hak privasi (= Jurnalisme berbasis HAM).
UJUNG TANDUK : Dalam tahun 2025, kondisi prihatin masih melanda media massa. Media cetak di ujung tanduk, ada yang gulung tikar. Sebagian beralih ke media siber/online. Namun belum kuat, dalam arti penerimaan (misal iklan) belum signifikan. Meski beralih, ternyata media onlinenya juga (maaf) megap-megap.
Radio dan televisi, sama. Sejumlah radio tak mengudara, sudah tiarap. Beberapa stasiun TV beralih manajemen (baca : kepemilikan). Bangkrut. Sebagian mulai siaran ulang. Materi (acara), diulang tayang.
Wadah/organisasi pers minta bantuan pemerintah. Usul disampaikan agar pajak dihapuskan (dikurangi) misalnya. Hasilnya ? Belum menggembirakan. Nasib media masih Senin-Kamis, seperti pepatah : “Bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau”.
KEMERDEKAAN PERS : Pers nasional sejumlah negara mengalami kendala terkait the freedom of the press. Masih terus diperjuangkan. Namun banyak negara, praktek kemerdekaan pers itu, tergolong baik.
Kasus menimpa wartawan di Palestina, sangat menyedihkan. Ratusan awak media wafat. Di negara lain, kekerasan atas wartawan masih terjadi.
ITULAH gambaran pers tahun 2025. Meski ada sisi lain seumpama masalah kesejahteraan wartawan (baca : gaji) dan soal prestasi media profesional yang meraih penghargaan.
Harapan publik, kiranya pers dunia terus menyajikan informasi yang benar, aktual, edukatif serta berguna. Semoga.











