Imam Maulana, Sarjana Lulusan Unsyiah Tanpa KKN dan Skripsi

Imam Maulana, Sarjana Lulusan Unsyiah Tanpa KKN dan Skripsi
Imam Maulana (kiri) (Analisadaily/Muhammad Saman)

Analisadaily.com, Banda Aceh - Dari 1.201 lulusan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh yang diwisuda melalui sidang terbuka dipimpin Rektor, Prof Samsul Rizal, terdapat seorang mahasiswa yang lulus tanpa harus melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan tanpa harus menyelesaikan tugas akhir (skripsi).

Padahal, kedua hal tersebut merupakan syarat wajib yang harus dicapai setiap mahasiswa agar dapat mengenakan toga dan berhak menyandang gelar sarjana.

Adalah Imam Maulana, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter tahun 2015 di Fakultas Kedokteran, yang mendapat pengecualian itu. Ia merupakan satu-satunya lulusan yang memperoleh keistimewaan untuk tidak mengikuti KKN dan 'hadiah' pembebasan skripsi.

“Semua anugerah ini merupakan buah dari doa, ikhtiar, dan tawakal serta peran orang-orang di sekitar saya,” ucap Imam, Jumat (7/2).

Alumni SMA Fatih Bilingual School ini menceritakan, keistimewaan tersebut tidak didapat secara cuma-cuma. Namun, ada usaha dan pengorbanan yang dilakukan.

Usahanya dimulai sejak akhir 2017. Ia bersama 4 rekannya mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) ke Kemenristek Dikti dan lulus untuk didanai.

Mereka menggagas program Santri Dayah First Aider (SADAR), yakni pelatihan dan pembinaan keterampilan pertolongan pertama pada kecelakaan di Dayah Markaz Al-Ishlah Al-Aziziyah.

“Sudah menjadi sebuah aturan dari rektorat, mahasiswa yang lulus pendanaan PKMM akan menjadikan programnya sebagai bagian dari KKN, jika selama pelaksanaan telah mengambil mata kuliah tersebut,” jelas Imam.

Hal inilah yang membuatnya tidak perlu mengikuti KKN ke Gayo Lues pada tahun 2018. Program SADAR juga lulus untuk dipertandingkan di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-31 di Yogyakarta pada 2018.

Namun, tidak mendapat juara. Meski demikian, program tersebut telah diterapkan di empat dayah unggulan di Banda Aceh dan Aceh Besar. Masing-masing yaitu Dayah Inshafuddin, Dayah Darul Ulum, Dayah Al-Manar, dan Dayah Nidhamul Fata.

Sementara keistimewaan 'bebas skripsi' Imam peroleh dari Fakultas Kedokteran. Hal ini bermula ketika akhir tahun 2019, ia kembali mengajukan proposal PKMM kepada Kemenristek Dikti. Untuk mengembangkan Paket Edukasi Bencana yang Islami (PECI) dan Paket Kesenian Mitigasi Bencana (PASMINA) yang diadaptasi dari nandong smong.

Bersama tim, ia berhasil memecahkan rekor meraih medali emas pertama untuk Aceh, Unsyiah, dan Fakultas Kedokteran di ajang mahasiswa paling bergengsi PIMNAS ke-32 di Universitas Udayana Bali pada 2019.

Tidak hanya itu, Imam juga mempresentasikan karya ilmiahnya tersebut pada konferensi internasional di Bogor dan Sendai, Jepang.

Berkat deretan prestasi tersebut, ia mendapatkan penghargaan dari Plt Gubernur Aceh sebagai salah satu dari 10 Pemuda Aceh Berprestasi 2019.

“Saya pribadi tidak tahu pastinya mana yang menjadi alasan untuk diberikan keringanan bebas skripsi. Apapun alasannya, saya sangat bersyukur atas penghargaan ini,” Imam mengungkapkan.

(MHD/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi