"Kelahiran IGDA harus dimaknai sebagai lahirnya suatu semangat baru dan komitemen luhur untuk menata, membenahi, serta meningkatkan kualitas pendidikan di semua lini," ujar Dedi dalam pidato tertulisnya.

Jadi, ia menjelaskan, berdirinya IGDA merupakan wujud nyata dari upaya menyukseskan misi besar Al-Washliyah dalam mencerdaskan umat, dan mempersiapkan generasi masa depan yang memiliki kemampuan mumpuni untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik.

"Pada usianya yang ke-54, kiprah dan jasa para guru dan dosen yang tergabung dalam IGDA sudah sangat luar biasa. Tidak terhitung berapa banyak pelajar dan mahasiswa yang mereka didik dan mereka cerdaskan. Namun, untuk semua bakti dan perjuangan ini, seolah tidak ada penghargaan layak yang mereka dapatkan," katanya.

Bahkan dalam sejumlah kasus, imbuhnya, masih dijumpai para pendidik IGDA yang menerima bayaran di bawah standar. Tapi semua itu, sedikit pun tidak mengurangi semangat mereka untuk terus mengabdi dan berjuang di ranah pendidikan.

"Hasbunallâh wa ni’mal wakîl, ni’mal maulâ wa ni’man nashîr. Ketulusan seperti inilah yang membuat para pendidik IGDA menjadi istimewa. Dan menjadi tanggung jawab kami sebagai pengurus untuk mengupayakan agar para pejuang ini mendapatkan upah yang layak, sesuai dengan jerih payah dan keringat yang mereka keluarkan," tegasnya.

(BR)