Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, saat menghadiri konferensi pers mengenai coronavirus (COVID-2019) di Jenewa, Swiss 24 Februari 2020 (Reuters/Denis Balibouse)
Analisadaily.com, Jakarta – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Teros Adhanom Ghebreyesus, meminta negara-negara menangani penularan virus corona menggunakan pendekatan komprehensif.
“Bukan hanya pengujian. Tidak melacak kontak saja. Bukan melakukan karantina saja. Bukan melakukan jarak sosial saja. Lakukan semuanya,” kata Tedros dilansir dari
Antara, Sabtu (14/4).
“Negara yang melihat negara lain dengan epidemi besar dan berpikir ‘itu tidak akan terjadi pada kita’ melakukan kesalahan mematikan. Itu bisa terjadi pada negara manapun,” sambungnya.
Tedros, mencontohnya China, Korea Selatan dan Singapura sebagai negara yang menunjukkan, bahwa penggabungan upaya agresif dalam pengujian dan pelacakan dengan pemberlakukan jarak sosial dan pembatasan mobilisasi penduduk dapat mencegah infeksi dan menyelamatkan jiwa.
“Jepang juga menunjukkan, pendekatan seluruh element pemerintah yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abe sendiri, yang didukung oleh investigasi mendalam terhadap klaster, merupakan penting dalam mengurangi penularan,” ujarnya.
WHO sudah membuat panduan dan saran jelas bagi pemerintah, dunia usaha dan individu untuk mencegah penularan virus yang diberi nama COVID-19.
Pertama, bersiap dan siaga. Setiap orang harus mengetahui tanda-tanda dan gejala serta cara melindungi diri sendiri dan orang lain,” kata Tedros.
Selain itu, setiap petugas kesehatan harus dapat mengenali penyakit ini, memberikan perawatan, dan mengetahui apa yang harus dilakukan pasien mereka. Setiap fasilitas kesehatan harus siap menghadapi pasien dalam jumlah besar dan memastikan keselamatan staf dan pasien.
“Kedua, deteksi, pelindungan dan perawatan. Anda tidak bisa melawan virus ini kalau tidak tahu di mana dia berasa. Temukan, isolasi, tes dan tangani setiap kasus untuk memutus rantau penularan,” tuturnya.
Langkah yang ketiga, pengurangan penularan dengan mengisolasi warga yang sakit dan mengkarantina orang yang berhubungan dengan mereka.
“Selain itu, kebijakan yang meningkatkan jarak sosial seperti pembatalan kegiatan olahraga bisa membantu mengurangi penularan. Kebijakan ini, tentunya, harus didasari konteks lokal dan penilaian risiko, dan harus ada batasan waktunya. Kalaupun tidak bisa menghentikan penularannya, setidaknya ini bisa memperlambat lanjunya dan menyelamtakan jiwa,” katanya.
Langkah penanggulangan keempat, berinovasi dan belajar untuk menemukan cara baru mencegah infeksi, menyelamatkan nyawa, dan meminimalkan dampak.
Masih kata Tedros, di samping itu ada hal sederhana dan efektif yang bisa dilakukan oleh semua orang untuk mengurangi risiko infeksi seperti mencuci tangan secara rutin menggunakan air dan sabun atau cairan disinfektan, menutup mulut dan hidung menggunakan siku saat batuk atau bersih dadn tinggal di rumah sakit.
“Hindari perjalanan yang tidak perlu dan acara perkumpulan besar. Patuhi saran dari otoritas kesehatan lokal atau nasional. Temukan dan bagikan informasi yang dapat dipercaya,” tambag Tedros.
Data WHO per 13 Maret 2020, jumlah kasus COVID-19 secara global mencapai 132.754 kasus dengan 4.955 kematian. China melaporkan kasus terbanyak dengan 80.991 kasus dan 3.180 kematian.
Di luar China, ada 5.767 kasus dan 775 kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan di 122 negara dedngan jumlah kasus paling banyak di Italia (15.113 kasus dengan 1.016 kematian) disusul Iran (10.075 dengan kematian 429) dan Korea Selatan (7.979 kasus dan 66 kematian).
(CSP)