Satgas Pangan Kawal Ketersediaan Sembako di Aceh

Satgas Pangan Kawal Ketersediaan Sembako di Aceh
Satgas Pangan Kota Banda Aceh melakukan pemantauan sembako di kawasan pasar Gampong Baru dan pasar Peunayong Banda Aceh, Jumat (20/3) kemarin (Analisadaily/Muhammad Saman)

Analisadaily.com, Banda Aceh - Masyarakat tidak perlu khawatir kehabisan bahan pangan. Kini, Pemko Banda Aceh telah membetuk Satgas Pangan untuk melakukan pemantauan ketersediaan bahan pokok pada distributor dan pedagang grosir.

Satgas Pangan tersebut terdiri atas Satuan Reskrim Polresta Banda Aceh, Dinas Pangan, Pertanian dan Kelautan Banda Aceh, Perum Bulog, Bagian Ekonomi Setda Kota Banda Aceh, perwakilan Asosiasi Pedagang Gemilang dan Bidang Perdagangan Kota Banda Aceh.

Kegiatan pemantauan juga dilakukan Satgas Pangan Kota Banda Aceh di kawasan pasar Gampong Baru dan pasar Peunayong Banda Aceh, Jumat (20/3).

Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Trisno Riyanto, melalui Kasat Reskrim AKP M. Taufiq, mengatakan pelaksanaan pemantauan bahan pokok di pasar dilakukan oleh Satgas Pangan, khususnya perwakilan dari Polri.

“Satgas yang telah dibentuk Pemko Banda Aceh bertugas melakukan pemantauan ketersediaan bahan pokok pada distributor dan pedagang grosir bersama tim gabungan,” ujar AKP M. Taufiq, Sabtu (21/3).

Satgas Pangan melakukan pemantauan terhadap 16 pedagang grosir atau distributor. Dengan rincian 13 pedagang di Pasar Gampong Baru, dua pedagang di Pasar Peunayong dan satu pedagang di Gampong Mibo, Banda Aceh.

Satgas Pangan juga melakukan pemantauan di beberapa pertokoan, diantaranya Toko Jasa Sitepu, Toko Muara Sabang Mandiri, Toko UD. Zainon, Toko Indo Plastik.

Selanjutnya Toko Istana Telur, Toko Meuraxa Jaya, Toko Jasa Baru, Toko AMS, Toko UD. MHZ, Toko IDR, Toko IBR 1, Toko HZ, Toko UD. Raysa Guha Tujoh, Toko PT. Alam Jaya Wira Sentosa, Toko Bakti Baru, dan Toko Blang Raya.

Dari hasil pemantauan tersebut lanjut Kasat Reskrim, dapat ditaksir rata-rata jumlah persediaan bahan pokok perbulan dari beberapa distributor diantaranya, gula 151,5 ton per bulan, minyak goreng curah 329.32 ton per bulan, minyak bimoli 6.300 liter per bulan, Beras 197,5 ton/bulan, tepung terigu 110.9 ton per bulan dan telur 127.600 papan per bulan.

Selanjutnya tiga pedagang grosir dan distributor yang biasanya menjual gula pasir mengalami kesulitan karena harga gula yang terus melonjak naik dari distributor Medan sehingga persediaan di gudang melami kekosongan.

Berdasarkan Permendag No. 96/2018 tentang harga acuan pembelian di tingkat petani, konsumen dan penetapan harga eceran tertinggi, gula pasir, daging beku dan minyak goreng dari Kemendag No. 1171/M-DAG/SD/12/2019, tanggal 20 Desember 2019 harga jual gula pasir berkisar 12.500 per kilogram.

Namun karena stok yang sangat kurang serta biaya transportasi khususnya ke Banda Aceh, dirasakan sangat sulit bagi pedagang bila harus tetap menjual gula pasir di harga Rp 12.500 per kilogram, sehingga harga jual gula pasir di Banda Aceh berkisar antara Rp 798.000 hingga Rp 800.000 per sak.

Selanjutnya, untuk bahan pokok seperti minyak goreng, tepung terigu, dan telur harganya masih stabil dan stok juga cukup hingga lebaran Idulfitri dengan rincian minyak goreng curah Rp 12.000 per kilogram, minyak bimoli refill Rp 15.000/liter, telur ayam Rp. 38.000 hingga Rp 42.000 per papan. Sedangkan stok beras diharapkan cukup sampai lebaran karena sedang memasuki panen raya sehingga harga beras turun seharga 5.000 per kilogram.

Menurut informasi yang duerima dari Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Banda Aceh, Kementerian Perdagangan akan melakukan impor gula pada 2-3 minggu ke depan dan diharapkan pada awal April 2020 ini, harga gula pasir akan turun karena telah masuk gula impor dari India.

(MHD/CSP)

Baca Juga

Rekomendasi