Pasukan keamanan Afghanistan berjaga di luar Rumah Sakit Dasht-e-Barchi yang diserang di Kabul, Afghanistan 12 Mei 2020. (Reuters/Mohammad Ismail)
Analisadaily.com, Kabul - Orang-orang bersenjata yang menyamar sebagai polisi menyerang sebuah rumah sakit di ibu kota Afghanistan, Kabul, pada Selasa (12/5) waktu setempat, menewaskan 16 orang, termasuk dua bayi yang baru lahir dari klinik persalinan yang dijalankan organisasi kemanusiaan internasional Doctors Without Borders.
Dalam satu serangan terpisah pada hari yang sama, seorang pembom bunuh diri menghantam penguburan seorang komandan polisi, yang dihadiri para pejabat pemerintah dan seorang anggota parlemen, di provinsi timur Nangahar.
Dari peristiwa bom bunuh diri itu sedikitnya 24 orang meninggal dunia dan melukai 68 orang. Pihak berwenang mengatakan korban bisa bertambah.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas salah satu serangan itu. Taliban, kelompok pemberontak utama yang mengatakan pihaknya telah menghentikan serangan atas kota-kota di bawah perjanjian penarikan pasukan Amerika Serikat, menolak terlibat dalam kedua serangan itu.
Kelompok militan IS beroperasi di Nangahar dan telah melakukan sejumlah serangan mematikan di Kabul beberapa bulan belakangan. Pada Senin pasukan keamanan menangkap pemimpin wilayah IS di ibu kota.
Kekerasan itu, saat negara berjuang melawan pandemi virus Corona, berisiko menggagalkan gerakan menuju pembicaraan damai yang ditengahi AS antara Taliban dan pemerintah Afghanistan yang lama meragukan kesediaan pemberontak mengakhiri serangan.
Dilansir dari
Antara, foto-foto Kementerian Dalam Negeri memperlihatkan dua anak muda terbaring tewas di dalam rumah sakit.
Satu gambar menunjukkan seorang perempuan yang terbunuh tergeletak di lantai masih memegang erat bayinya, yang masih hidup dan telah dipindahkan ke unit perawatan intensif di rumah sakit lain, kata seorang perawat mengonfirmasi kepada Reuters.
Presiden Ashraf Ghani mengutuk serangan itu dan mengatakan dia memerintahkan militer untuk beralih ke cara ofensif ketimbang posisi defensif yang mereka ambil saat AS menarik pasukan dan mencoba menengahi pembicaraan.
"Untuk memberi keamanan di tempat-tempat umum dan untuk menghalangi serangan dan ancaman dari Taliban dan kelompok teroris lain, Saya perintahkan pasukan keamanan Afghanistan mengganti dari cara bertahan aktif menjadi cara ofensif dan memulai operasi melawan musuh," kata dia dalam pidato yang ditayangkan televisi.
Sementara Penasihat Keamanan Nasional, Hamdullah Mohib mengatakan sesuatu di Twitter-nya. "Tampaknya kecil kemungkinan terus melibatkan Taliban dalam pembicaraan perdamaian,” tulisnya.
(CSP)