Dengan bukti rekaman kamera, berarti harimau tersebut masih berada di sekitar pemukiman warga.

Petugas coba menghalau satwa yang dilindungi ini menggunakan petasan agar kembali ke dalam hutan dan tidak memasuki pemukiman warga lagi.

Kepala Seksi Wilayah II Stabat BBKSDA Sumut, Herbert Aritonang, mengakui ada beberapa faktor yang membuat harimau turun ke pemukiman penduduk.

"Turunnya satwa yang dilindungi tersebut dari kawasan hutan ada beberapa faktor," ujar Herbert, Jumat (15/5).

Diantaranya, sebut Herbert, bisa karena rusaknya habitat yang menyebabkan harimau keluar dari hutan untuk mencari makanan.

"Faktor lainnya bisa terjadi karena harimau dalam keadaan sakit dan tidak mampu mencari makanan atau berburu di dalam hutan dengan satwa lainnya," sambung Herbert.

Bahkan bisa juga harimau memilih cari makan dengan cara mudah yakni dengan memangsa ternak yang digembalakan warga. Selain itu dikarenakan satwa ini masih tergolong remaja sehingga masih belajar dalam berburu.

"Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, bisa jadi harimau ini masih muda dan baru belajar berburu," jelasnya.

"Untuk itu kami mengimbau kepada masyarakat agar mengurangi aktivitas di perladangan yang berbatasan dengan kawasan hutan. Karena harimau tersebut masih berada di seputaran lokasi kejadian ditemukannya hewan ternak yang mati," tukasnya.

(HPG/EAL)