Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte. (The Guardian/Lex van Lieshout/EPA)
Analisadaily.com, Den Haag - Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, tidak dapat mengunjungi ibunya yang sedang sakit dalam minggu-minggu terakhirnya, karena ia mematuhi pembatasan Coronavirus terhadap kunjungan ke rumah perawatan.
Berita tentang Rutte muncul ketika Inggris diributkan dengan pertikaian politik atas tuduhan, bahwa pembantu utama Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, melanggar peraturan Covid-19 untuk melakukan perjalanan lintas negara untuk tetap di tanah orang tuanya.
Rutte pada hari Senin mengumumkan kepergian ibunya, Mieke Rutte-Dilling yang berusia 96 tahun di sebuah rumah di Den Haag pada 13 Mei, hampir dua bulan setelah pemerintah menutup semua lembaga tersebut kepada publik pada 20 Maret.
"Perdana menteri telah mematuhi semua arahan,” kata juru bicara Rutte kepada AFP ketika ditanya tentang laporan, bahwa perdana menteri telah mentaati peraturan dan jadi tidak melihat ibunya sebelum dia meninggal.
Ibunya tidak meninggal karena Covid-19 meskipun sebelumnya ada wabah penyakit di daerah tempat tinggalnya.
Rutte sebelumnya mengumumkan kematian ibunya.
"Selain kesedihan yang luar biasa dan semua kenangan indah, keluarga saya dan saya juga memiliki perasaan syukur, bahwa kami diizinkan membawanya bersamanya begitu lama,” ucap Rutte dilansir dari The Guardian, Selasa (26/5).
"Kami sekarang telah mengucapkan selamat tinggal padanya dalam lingkaran keluarga dan berharap untuk dapat menangani kehilangan besar dalam kedamaian ini dalam waktu dekat," tambahnya.
Otoritas Belanda mengizinkan kunjungan individu ke beberapa panti jompo mulai Senin, langkah yang akan diperpanjang untuk mereka semua pada 15 Juni.
Belanda, yang telah memberlakukan ‘penguncian cerdas’ dengan kondisi yang tidak seketat banyak negara Eropa lainnya, meskipun ada kekhawatiran akan kembalinya pariwisata di kota-kota seperti Amsterdam.
Negara ini sejauh ini mencatat 5.830 kematian akibat virus korona dan 45.445 infeksi.
(CSP)