Teman Bus (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Jakarta - Kehadiran program Buy The Service (BTS) yang dilakukan pemerintah dengan pembelian layanan untuk angkutan massal perkotaan kepada operator melalui mekanisme lelang berbasis Standar Pelayanan Minimal (SPM) di lima kota merupakan langkah yang baik untuk penataan transportasi umum.
Program BTS akan hadir di lima kota yakni Palembang, Medan, Surakarta, Yogyakarta dan Denpasar.
Program ini pertama beroperasi di Kota Palembang sejak 2 Juni lalu. Untuk kota lainnya ditargetkan segera dioperasionalkan pada Agustus 2020.
Hadir dengan nama Teman (Transportasi Ekonomis, Mudah, Andal dan Nyaman) Bus, program BTS melayani tiga koridor di Palembang, yakni Asrama Haji - Terminal Sako, Terminal Plaju - Pasar Induk Jakabaring dan Terminal Alang-Alang Lebar - Dempo.
"Di Palembang kini tersedia sebanyak 45 unit dan mulai dioperasikan pada 2 Juni. Sampai tanggal 28 Juni saya dapatkan laporan sudah ada 46.661 orang yang mencoba layanan Teman Bus di Palembang ini," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi di Jakarta, Rabu (1/7).
"Sejauh ini tanggapan dari masyarakat Palembang sangat baik, sehingga kita harapkan terus dilakukan peningkatan kualitas agar semakin banyak masyarakat yang membiasakan diri naik angkutan umum. Pada 4 Juli ini juga kami siapkan peluncuran tahap dua di Surakarta," jelasnya.
Sementara di Surakarta rencananya akan tersedia empat koridor, sementara di Yogyakarta tiga koridor, Denpasar empat koridor, dan Medan lima koridor.
Dalam penggunaan Teman Bus, pelanggan dipermudah dengan jalur akses melalui website, sosial media dan call centre, serta aplikasi mobile. Melalui website, pelanggan dapat mengetahui info rute, halte, peta, link download aplikasi, FAQ seputar Teman Bus.
Selain itu jika pelanggan memiliki aplikasi mobile maka dapat mengecek posisi real-time , dan jadwal Teman Bus. Dalam aplikasi tersebut juga terdapat Digital Checker untuk laporan pengecekan unit bus oleh tim operasional.
Pemerintah saat ini mensubsidi 100% biaya operasional kendaraan yang diperlukan sehingga masyarakat dapat menikmati Teman Bus dengan gratis.
"Subsidi ini agar layanan angkutan juga dapat melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan. Selain itu kami harapkan karenatanpa biaya, gratis maka dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat," tambah Budi.
Adapun standar agar layanan angkutan memiliki kualitas dan pelayanan yang prima yakni:
1. Keamanan ( ketersediaan CCTV, ID Card Driver dan tombol hazard)
2. Keselamatan (SOP pengoperasian kendaraan, SOP keadaan darurat)
3. Kenyamanan (suhu dalam bus, kebersihan, lampu penerangan)
4. Keterjangkauan ( aksesibilitas, tarif)
5. Kesetaraan ( ketersediaan kursi prioritas)
6. Keteraturan, (waktu tunggu, kecepatan perjalanan dan waktu berhenti di halte).
Penerapan SPM harus dipenuhi operator saat menjalankan layanan bus. Teman Bus ditunjang oleh fasilitas teknologi untuk berusaha mewujudkan kondisi pelayanan angkutan massal perkotaan yang jauh lebih prima dibandingkan sebelumnya.
Penggunaan teknologi Internet of Things (IoT) dalam bus juga sudah mulai diterapkan. Hal ini terlihat dari beragam fasilitas yang terdapat di bus seperti passenger counting, mobile DVR untuk monitoring yang dapat mengirimkan dengan kecepatan sinyal 2G-3G-4G, GPS tracking, kamera pengawas, serta CP4 yakni perangkat untuk monitoring kendaraan pada dashboard panel driver dan absensi driver dengan menggunakan RFID card.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menjadi penanggung risiko dalam penyediaan angkutan massal perkotaan yang merupakan public goods. Pemerintah dapat memberikan beragam keunggulan kepada angkutan umum dibandingkan angkutan pribadi dengan kebijakan yang dibuat sehingga akan semakin banyak masyarakat yang menggunakan angkutan umum.
"Dalam penerapan strategi program BTS, pemerintah melakukan push and pull strategy untuk mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum, salah satunya dengan manajemen ruang dan waktu akses kendaraan pribadi dengan pengaturan ruang jalan dan parkir."
"Sementara pull strategy maksudnya Pemerintah menarik masyarakat untuk menggunakan angkutan umum yaitu dengan memberikan lisensi kepada operator dan prioritas bagi angkutan massal perkotaan agar menghasilkan layanan terbaik," ungkap Budi.
Pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno mangatakan, layanan prima dicapai dengan menyediakan layanan angkutan massal perkotaan sebagai moda prioritas dan bersifat door-to-door service. Prioritas angkutan massal perkotaan diwujudkan dengan memberikan proteksi dan subsidi.
Proteksi dialakukan untuk memastikan angkutan massal memiliki keunggulan operasional (misalnya dari segi waktu tempuh, ketepatan waktu, dan kepastian layanan) dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Sedangkan subsidi, untuk memastikan kualitas layanan prima dengan tarif terjangkau.
(TRY/EAL)