Mengenang Legenda dan Mitos Sumur Tua Tarutung

Mengenang Legenda dan Mitos Sumur Tua Tarutung
Sumur Tua di Kota Tarutung (Analisadaily/Candra Sirait)

Analisadaily.com, Tarutung - Sebuah sumur tua di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, diperkirakan memiliki kedalaman 7 meter dengan diameter 50 centimeter. Terbuat dari beton dan dilengkapi besi penyangga tali katrol, lantainya kini sudah dipasang keramik.

Sumur tua ini berdiri persis di depan Gedung Sopo Partukkoan Tarutung, Kompleks Kantor DPRD Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) di Jalan Sisingamangaraja, Tarutung.

Bagi masyarakat Kota Tarutung, sumur ini tua ini sudah tidak asing lagi. Meski tidak lagi dimanfaatkan sebagai sumber air, sumur ini mempunyai nilai sejarah dan cerita panjang dalam peradaban kehidupan yang tidak bisa dilupakan warga Tarutung.

Sebab sumur itu dulunya merupakan satu-satunya sumber air bagi masyatakat Kota Tarutung. Hampir seluruh masyarakat Tarutung bahkan warga luar datang ke Tarutung untuk memanfaatkan air sumur ini. Baik untuk kebutuhan memasak maupun untuk membersihkan diri.

Meski terlihat kecil, sumur ini punya khasiat cukup tinggi karena airnya sangat jernih dan tidak pernah surut. Sumur tua ini juga dianggap dan diyakini mempunyai nilai mitos dan legenda pada masa itu.

Konon sumur ini tidak pernah mengalami kekeringan meskipun terjadi musim kemarau yang panjang di Kota Tarutung. Bahkan dimitoskan bahwa sumur tua ini tidak boleh ditutup. Sebab kalau ditutup akan menimbulkan petaka dan hal buruk. Selain itu kalau sumur ditutup warga akan kesulitan memperoleh air bersih.

Cerita mengenai sumur tua yang tidak boleh ditutup ini juga dikait-kaitkan pada masa pembangunan Pasar Harungguan di sekitar lokasi sumur.

Banyak cerita menyebut, sumur tua yang ditaksir telah berusia ratusan tahun itu pernah sempat ditutup untuk kepentingan pembangunan pasar bertingkat yang dinamakan Pasar Harungguon. Namun belakangan Pasar Harungguan itu roboh akibat terjadinya gempa bumi tahun 1987. Akhirnya sumur tua kembali dibuka.

Pasar Onan Harungguan yang sempat roboh akibat diguncang gempa bumi, akhirnya dipindahkan ke kawasan Komplek Stadion yang dinamakan Pasar Tradisional Tarutung hingga sekarang. Itulah sebabnya meskipun sudah tidak dimanfaatkan lagi sebagai sumber air, sumur ini harus tetap dijaga dan dirawat.

Kini seiring perkembangan zaman, sumur tua ini menjadi saksi bisu perkembangan Kota Tarutung.

Menurut cerita salah seorang warga asli Kota Tarutung, Harry Lumbantobing (60), dulunya sumur tua ini adalah peninggalan nenek moyang mereka. Dia mengatakan, sumur tua ini dibuat untuk kebutuhan air bagi warga Kota Tarutung sekitarnya.

"Jadi sumur tua ini merupakan peninggalan nenek moyang kami dan hampir semua warga Kota Tarutung memanfatkan sumur ini," ujar Harry Lumbantobing, Minggu (6/9).

Dia menjelaskan pada zaman itu, sumur tua ini sempat dinamakan sumur Raja Sisingamangaraja. Konon Raja Sisingamangaraja sering mandi di sumut itu ketika melintasi Tarutung.

"Ada sejarah menyebutkan sumur ini disebut Sumur Sisingamangaraja karena sering mandi di sumur ini," ungkapnya.

Menurutnya, meski sumur ini tidak lagi dimanfaatkan untuk kebutuhan air masyarakat, namun masih ada warga Tarutung maupun dari luar daerah yang mengambil air dari sumur tersebut.

"Sering kita lihat datang warga dari luar mengambil air sumur bahkan sampai sekarang. Namun kita tidak tahu air sumur itu diambil untuk kepentingan apa," katanya.

Untuk itulah Harry Lumbantobing berharap agar sumur tua Tarutung ini tetap dijaga dan dirawat sebagai warisan dan peninggalan sejarah para nenek moyang terdahulu.

"Kita berharap sumur ini agar tetap dijaga, dirawat, dan dilestarikan sebaagi warisan dan legenda peninggalan sejarah para nenek moyang kita terdahulu. Bahkan kalau boleh sumur ini makin dipoles dan dijadikan sebagai objek wisata," tukasnya.

Kini seiring perkembangan zaman, sumur tua ini tidak lagi dibutuhkan setelah berdirinya perusahan air minum di Kota Tarutung. Sumur tua ini tinggal menjadi kenangan dan saksi bisu hiruk pikuk perkembangan Kota Tarutung.

(CAN/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi