Kegiatan menyelam (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Manado - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mengimbau para pelaku usaha wisata selam untuk menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability).
Staf Khusus Menteri Bidang Digital dan Industri Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Ricky Pesik, dalam acara sosialisasi yang digelar di Novotel Manado Golf Resort & Convention Center, mengatakan, pandemi memberikan dampak yang besar terhadap berbagai sektor, termasuk pariwisata. Pemerintah dan industri perlu menyikapi secara serius peningkatan kewaspadaan untuk menangani dampak tersebut.
"Dalam mengaktifkan kembali sektor pariwisata, diperlukan penerapan produk kesehatan yang baik. Untuk itu Kemenparekraf/Baparekraf berinisiatif menyusun panduan protokol kesehatan berbasis CHSE di masing-masing bidang pariwisata, termasuk wisata minat khusus selam," kata Ricky Pesik, Sabtu (3/10).
Panduan protokol kesehatan berbasis CHSE untuk wisata selam sudah dapat diakses oleh seluruh pemangku kepentingan wisata selam di situs
www.kemenparekraf.go.id. Dalam penyusunannya, Kemenparekraf/Baparekraf bekerja sama dengan Divers Alert Network (DAN) Indonesia untuk dapat menjadi panduan bagi pelaku usaha wisata selam, pekerja, hingga pelanggan atau wisatawan.
"Saya yakin, para pelaku wisata selam telah siap untuk menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE dengan lebih baik sehingga dapat membangkitkan kembali sektor pariwisata pasca pandemi Covid-19," ujarnya optimis.
Selain untuk meminimalisir penyebaran Covid-19, panduan protokol kesehatan bertujuan agar wisata selam di Indonesia memenuhi standar keselamatan serta mendapatkan kepercayaan dalam aspek kesehatan dari wisatawan selam nusantara maupun manca negara, sehingga industri wisata selam di Indonesia dapat bangkit kembali.
"Dibutuhkan kedisiplinan dari para pelaku usaha wisata selam dan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan," sebutnya.
Dalam kegiatan tersebut turut hadir beberapa narasumber, antara lain Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Utara Henry Kaitjily, President & CEO Divers Alert Network (DAN) William M. Ziefle, Kepala Balai Taman Nasional Bunaken Farianna Prabandari, serta Tim Penyusun CHSE Usaha Wisata Selam Kemenparekraf Daniel Abimanju Carnadie dan Bayu Wardoyo.
Daniel Abimanju Carnadie menjelaskan, dalam panduan protokol kesehatan CHSE untuk wisata selam terdapat panduan umum dan panduan khusus bagi pelaku usaha wisata selam, pekerja, pelanggan atau wisatawan.
"Panduan khusus secara lebih spesifik memberikan panduan terhadap indikator-indikator apa saja yang harus dipelajari dan sesuaikan dengan aktivitas masing-masing," kata Daniel.
Seperti panduan khusus pada pekerja, sebelum memasuki area kerja, pekerja wajib melakukan penilaian mandiri risiko Covid-19 dengan mengisi formulir self assessment. Jika hasilnya menunjukkan skor tertentu, artinya pekerja berisiko besar terinfeksi Covid-19 dan disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan di fasilitas layanan kesehatan.
Juga dalam penyimpanan peralatan selam harus tersedia fasilitas untuk menyimpan, membersihkan, dan disinfeksi peralatan selam untuk masing-masing 3s wisatawan secara terpisah untuk mencegah kontaminasi virus.
"Karena itu, saya menyarankan pelaku usaha wisata selam untuk melakukan uji coba agar tercipta satu flow kegiatan yang sesuai dengan protokol kesehatan," saran Daniel.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Utara, Henry Kaitjily mengatakan, Bunaken menjadi salah satu destinasi favorit wisata selam. Dengan sosialisasi protokol kesehatan berbasis CHSE dari Kemenparekraf/Baparekraf diharapkan dapat semakin memperkuat kapasitas para pelaku usaha selam untuk kembali produktif.
"Dengan penerapan protokol kesehatan yang baik, saya yakin Sulawesi Utara menjadi tujuan utama wisata selam, tidak hanya nasional, tapi ke depan juga sudah banyak wisatawan dari luar yang booking untuk menyelam di sini," tandasnya.
(TRY/RZD)