Seorang warga Palestina mengajari anak-anaknya dengan segala keterbatasan yang ada (Al Jazeera)
Analisadaily.com, Gaza - Walaa Jamal (33), seorang pengungsi di Kamp Shati, Gaza, Palestina, harus berjuang untuk menutupi kesenjangan pendidikan bagi keempat anaknya di tengah pandemi Covid-19
Dia hanya bisa menggunakan sebuah smartphone lama untuk menghubungkan anak-anaknya dengan guru mereka dari jarak jauh guna menerima pelajaran harian.
"Setiap anak memiliki tingkat pendidikan yang berbeda dan perlu terhubung dengan gurunya pada saat yang sama. Jadi saya mengaturnya dengan mengalokasikan waktu untuk mereka masing-masing," kata Walaa, dilansir dari
Al Jazeera, Sabtu (17/10).
Blokade selama 13 tahun yang dilakukan Israel sehingga melumpuhkan Gaza, menambah kesulitan yang mereka alami. Kekurangan listrik dan gangguan internet secara berkala harus dihadapi Walaa dan warga lainnya.
Tanggal 5 Maret lalu pemerintah Palestina mengumumkan keadaan darurat akibat pandemi Covid-19. Alhasil semua institusi pendidikan ditutup untuk memutus mata rantai penyebaran virus.
Pemerintah sempat membuka institusi pendidikan awal September lalu. Namun virus Covid-19 yang kembali terdeteksi di Gaza membuat sekolah-sekolah kembali ditutup.
"Pembelajaran jarak jauh melelahkan karena layar ponsel terlalu kecil, tetapi tidak ada pilihan lain. Anak-anak tidak punya buku dan mereka perlu menindaklanjuti pelajaran mereka atau mereka akan tidak berpendidikan," sebut Walaa.
Tiga anaknya duduk di bangku sekolah dasar dan satu lainnya masih di taman kanak-kanak.
"Ketika anak-anak saya mendapat PR dari gurunya di WhatsApp, mereka menuliskannya di kertas, saya mengambil foto untuk jawabannya dan kemudian saya kirim ke guru melalui WhatsApp untuk mendapatkan evaluasi dan tanggapan mereka," sambungnya.
Suami Walaa merupakan seorang penjahit di kamp Shati. Dia tidak mampu membeli laptop atau smartphone tambahan karena hanya punya pendapatan harian sekitar $ 6. Blokade yang dilakukan Israel memang menghimpit perekonomian rakyat Palestina.
(EAL)