Emmanuel Macron (Reuters)
Analisadaily.com, Paris - Presiden Perancis, Emmanuel Macron, mengatakan dirinya memahami perasaan umat muslim ketika melihat karikatur Nabi Muhammad SAW.
Namun menurutnya gerakan islam radikal yang coba dilawannya juga merupakan ancaman bagi semua orang, terutama umat muslim.
Hal ini disampaikan Macron dalam sebuah wawancara eksklusif dengan
Al Jazeera di tengah meningkatnya ketegangan antara dirinya dengan umat muslim di dunia.
"Saya memahami sentimen yang diungkapkan dan saya menghormati mereka. Tapi Anda harus memahami peran saya sekarang untuk melakukan dua hal: mempromosikan ketenangan dan juga melindungi hak-hak ini," kata Macron, dilansir dari
Al Jazeera, Minggu (1/11).
"Saya akan selalu membela di negara saya kebebasan untuk berbicara, menulis, berpikir, menggambar," tambahnya.
Macron juga mengecam apa yang dia gambarkan sebagai "distorsi" dari para pemimpin politik, dengan mengatakan orang sering digiring untuk percaya bahwa karikatur Nabi Muhammad adalah ciptaan negara Perancis.
"Saya pikir reaksi itu datang sebagai akibat dari kebohongan dan distorsi kata-kata saya karena orang-orang menganggap bahwa saya mendukung kartun ini," ujarnya.
"Karikatur itu bukan proyek pemerintah, tapi muncul dari surat kabar bebas dan independen yang tidak berafiliasi dengan pemerintah," tegas presiden berusia 42 tahun itu.
Muslim Korban Pertama
Setelah mengeluarkan pernyataan kontroversi yang mengakibatkan kemarahan umat islam, Emmanuel Macron kini memberi alasan terkait pernyataannya tersebut.
Menurutnya ada sekelompok orang yang melancarkan aksi teror dengan mengatasnamakan islam sehingga merugikan umat islam secara luas.
"Saat ini di dunia ada orang yang mendistorsi islam atas nama agama ini yang mereka klaim untuk dibela, mereka membunuh, mereka membantai. Hari ini ada kekerasan yang dilakukan oleh beberapa gerakan ekstremis dan individu atas nama islam," kata Macron .
"Tentu ini menjadi masalah bagi islam karena umat islam adalah korban pertama. Lebih dari 80 persen korban terorisme adalah muslim, dan ini menjadi masalah kita semua," ungkapnya.
Sementara Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera, mengatakan bahwa pernyataan Macron itu merupakan upaya untuk mengklarifikasi posisinya.
"Saya pikir kerusakan sudah terjadi. Tapi saya tidak yakin itu perlu terus meningkat, karena pada akhirnya tidak ada pemenang. Eropa berdiri bahu membahu melawan sejumlah negara di dunia muslim atas masalah budaya dan agama dan interpretasi masalah ini," kata Bishara.
"Tidak ada yang menjadi pemenang, dan jika ada yang kalah, akan ada banyak muslim di Eropa. Jadi, menjadi kepentingan semua orang jika Presiden Perancis tulus tentang kontekstualisasi dan tentang mundur beberapa hal yang dia katakan - bahwa dia sekarang mengerti dengan jelas bahwa hal itu kontroversial, dan dia tidak bermaksud mengkritik islam sebagai agama yang seharusnya mulai meningkatkan suasana antara Perancis, Eropa, dan dunia muslim," tukasnya.
(EAL)