Ilustrasi dunia pendidikan. (Analisadaily/qodrat alqadri)
Analisadaily.com, Medan - Dua tahun sudah badai covid 19 menggempur dunia, khususnya Indonesia.
Jutaan nyawa melayang, pusat ekonomi bisnis, dan sektor pariwisata juga banyak yang terpuruk, teranyar gelombang PHK juga terus menghantui para pekerja yang mengandalkan pendapatan UMR.
Terlebih dalam lingkup kecil bernama rumah tangga, dampak pandemi, dan adanya PHK juga menyerang banyak rumah tangga khususnya di kota besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut menyebutkan Angka kemiskinan Sumatera Utara mengalami peningkatan sebesar 0,39 poin yaitu dari 8,75 persen pada Maret 2020 menjadi 9,14 persen pada September 2020. Angka kemiskinan ini setara dengan 1,36 juta jiwa pada September 2020, atau bertambah sekitar 73 ribu jiwa dalam satu semester terakhir.
Pakar Manajemen Keuangan Dr. Syafrizal Helmi menceritakan, selain kesenjangan ekonomi, PHK, faktor lain yang menjadi penyumbang angka kemiskinan di kawasan kota diantaranya adalah banyak orang yang tidak bisa memprioritaskan kebutuhan antara primer, dan sekunder, terlebih di saat pandemi.
"Sekarang kalau saya lihat tren nya banyak yang tidak bisa prioritas kan mana kebutuhan primer dan sekunder, alhasil mereka terjerumus. Contoh misal ini saat pandemi kan kebutuhan banyak yang di rem ya, karena mereka tidak tahu sampai kapan ini berakhir. lalu kemarin tiba-tiba ada tren main saham crypto, karena tergiur ingin cepat punya banyak uang lalu pada ikutan main kesitu dengan pendapatan kalau kita bisa bilang pas-pas an, padahal kalau untuk main saham itu kan harus punya spare uang lebih yang tidak terpakai ideal nya, disitu banyak yang terjebak," kata Dr. Syafrizal saat dihubungi Analisadaily, Minggu (19/9)
Dosen FEB-USU ini pun membagikan beberapa kiat agar nantinya masyarakat mampu mengelola finansial yang baik dan sehat saat pandemi hingga masa transisi nanti, menurutnya semua keluarga haruslah mulai untuk melakukan Financial Health Checkup yakni mengecek kondisi kesehatan keuangan dengan menghitung pendapatan dikurangi dengan pengeluaran, apakah terjadi defisit atau surplus.
"Metode awal bisa dilakukan Financial Health Checkup, nanti dari sini akan ketahuan apakah terjadi surplus atau malah defisit keuangan dalam satu keluarga, bisa dilakukan bersama antara suami dan istri, agar ada transparansi," katanya.
Jika tahap awal audah dilakukan dan diketahui surplus atau defisit, maka kiat selanjutnya yang dibagikan adalah sebagai berikut.
1. Petakan Segala Kebutuhan Primer (Mendesak)
Kebutuhan primer di era digitalisasi seperti sekarang ini tentulah sangat jauh berbeda dengan kebutuhan primer di era 90 an. Dulu istilah sandang, pangan, papan adalah hal yang dianggap penting. Namun sekarang tentunya banyak keluarga yang sangat bergantung dengan internet, bisa makan saja tidaklah cukup di era digitalisasi. Apalagi banyaknya aktivitas pendidikan dilakukan dengan metode daring, Kini kita dipaksa untuk menjadikan Internet sebagai kebutuhan primer. Dan disinilah peran kepala keluarga atau yang mengelola keuangan di keluarga untuk memutuskan mana yang lebih prioritas.
2. Jaga Kondisi Keuangan
Tidak adanya kepastian kapan pandemi ini akan berakhir merupakan faktor banyaknya orang enggan untuk membelanjakan uangnya, namun tidak sedikit pula masih banyak orang memilih konsumtif. Hindari membeli kebutuhan fesyen, sepatu bermerk jika kondisi keuangan tidak memungkinkan. Hindari untuk makan-makan diluar bersama keluarga di akhir pekan jika kondisi keuangan tidak memungkinkan, Quality Time bersama orang tersayang bisa dilakukan dengan banyak hal lain, dan tidak kelulu harus makan di resto.
3. Hindari Utang Konsumtif.
Siapa di muka bumi yang tidak pernah berutang? Namun pertanyaannya yang benar adalah "Untuk apa sih kamu menggunakan utang itu". Nah, di rumah tangga milenial banyak yang terjebak disini, mereka banyak berutang untuk hal-hal konsumtif. Utang beli kasur, beli sepatu, beli gawai. Setop untuk menambah utang konsumtif apalagi melalui aplikasi pinjaman online agar keuangan kalian sehat.
4. Mulai Investasi Kemampuan.
Di masa modern seperti sekarang ini, investasi juga tidaklah melulu soal angka, Investasi skill (kemampuan) sangat disarankan bagi kalian yang kini masih berusia 20 tahunan. Peralihan metode kerja dari konvensional menuju digitalisasi masih terus dilakukan di berbagai negara maju, dan diprediksi nantinya akan banyak sektor menjadi kehilangan pekerjaan (jobless), contoh misalnya pekerjaan kasir, di negara maju sudah digantikan robot. Incar peluang skill di era digitalisasi. Agar nantinya bisa menjadi insan yang Merdeka Finansial.
5. Investasi Kesehatan dan Pendidikan
Investasi kesehatan dan pendidikan anak, sangatlah dianjurkan bagi mereka yang memiliki pendapatan yang diatas cukup. Beberapa asuransi jiwa seperti Manulife Indonesia bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan proteksi terbaik terlebih dimasa pandemi. Untuk investasi pendidikan juga bisa melalui manulife Education Protector, hal ini bisa menjadi pilihan jika sudah memiliki dana surplus saat menghitung Financial Health CheckUp diatas.
6. Menabung Saham.
Di masa digitalisasi, saham kembali menjadi primadona terlebih bagi para milenial. Mulai lah menabung saham jika keuangan keluarga mulai surplus, bisa dengan membeli surat berharga, investasi di pasar saham. namun perlu diingat untuk yang ini haruslah menggunakan "uang lebih yang tidak digunakan" bukan menggunakan tabungan keluarga.
Terpisah, salah satu ibu rumah tangga yang bermukim di kawasan Medan Marelan, Anggi (29) mengatakan kepada Analisadaily masa pandemi ini mengajarkan banyak hal kepadanya termasuk dalam mengelola keuangan, pasca suaminya diputus kerja oleh perusahaan pada awal Maret lalu membuatnya harus memikirkan cara agar bisa menutupi kebutuhan keluarga dan kebutuhan susu anaknya yang baru berusia 16 bulan. Dirinya pun tak sungkan mengungkapkan kini harus berbisnis minuman kekinian dari modal yang didapat dari pesangon suami saat di PHK kemarin.
"Suami kemarin di awal Maret kena gelombang PHK, awalnya sih kelimpungan, tapi karena disyukuri dan dijalani dengan ikhlas akhirnya saya memutuskan untuk berjualan minuman kekinian, disini peminatnya lumayan ramai, dan sekarang pelan-pelan mulai menabung, dan nanti akan dipikirin ke depannya mau bagaimana lagi langkahnya, banyaklah pelajaran dan hikmah dari pandemi ini," kata Anggi.
Kedepan, Anggi bercita-cita agar keluarga mereka bisa merdeka finansial, terlepas dari utang, dan bisa memilihkan investasi pendidikan dan kesehatan untuk anak-anak mereka.
(QQ/BR)