Calon Presiden Filipina, Manny Pacquiao. (AFP/JAM STA ROSA)
Analisadaily.com, Manila - Calon Presiden Filipina, Manny Pacquiao mengatakan, dia "naif" dan tidak tahu hukum ketika menggunakan sabu di masa mudanya, tetapi berpendapat pelanggar hari ini tahu narkoba ilegal dan harus dihukum.
Dia diikuti wakil presiden petahana dan kandidat oposisi terkemuka Leni Robredo (18 persen) dan walikota selebriti Francisco Domagoso (13 persen).
Duduk di depan teleprompter di mansion mewahnya di ibu kota Manila, Pacquiao mengabaikan penampilannya yang buruk dan bersikeras kampanye "Man of Destiny" untuk pekerjaan teratas akan terus berlanjut.
"Saya tidak berpikir untuk mundur," katanya, ketika sekelompok staf berkeliaran di sekitar rumahnya di daerah kantong miliarder dan duta besar asing yang aman.
"Rakyat akan memilih. Saya tahu bahwa rakyat menginginkan perubahan di negara ini, mereka ingin menghentikan korupsi ini, mereka ingin memiliki negara yang makmur dan mereka menginginkan pekerjaan," ucapnya.
Fans di negara yang dilanda kemiskinan melihat mantan petinju sebagai bukti nyata bahwa kesuksesan adalah mungkin bagi siapa saja yang bekerja keras, tidak peduli asal mereka.
Tetapi sebagai seorang politisi dan Kristen evangelis yang kuat, Pacquiao telah menimbulkan kontroversi dengan dukungannya untuk perang narkoba Duterte dan dorongan untuk mengembalikan hukuman mati, serta pengakuannya tentang penggunaan narkoba di masa lalu, dan komentar homofobia sebelumnya.
Kritikus menuduh anak putus sekolah menengah itu kurang cerdas dan nyaris tidak menghadiri sesi di Kongres dan Senat, menimbulkan pertanyaan tentang kemampuannya untuk menjalankan negara berpenduduk 110 juta orang.
Dan dia mempertaruhkan modal politik tahun ini di depan umum yang berselisih dengan Duterte, yang menyaingi Pacquiao untuk mendapatkan kasih sayang dari banyak orang Filipina.
"Dia mungkin populer di kalangan massa, tetapi begitu juga beberapa kandidat lainnya," kata Ted Lerner, jurnalis olahraga kelahiran AS di Filipina, memprediksi kembalinya petinju hebat itu ke atas ring.
"Lihat saja survei, itu sama sekali bukan pertanda baik baginya," ucapnya.
Siapa pun yang memenangkan kursi kepresidenan mungkin harus bergulat dengan penyelidikan Pengadilan Kriminal Internasional atas perang narkoba Duterte, yang menurut kelompok hak asasi manusia telah menewaskan puluhan ribu orang yang sebagian besar miskin.
Duterte, yang menarik Manila keluar dari ICC setelah meluncurkan penyelidikan awal ke dalam kebijakan tanda tangannya yang mematikan, bersikeras bahwa ia tidak memiliki yurisdiksi di Filipina dan dia tidak akan bekerja sama.
Ditanya apakah dia akan melindungi Duterte dari penuntutan jika terpilih sebagai presiden, Pacquiao mengatakan dia akan "mematuhi" hukum, dan bersikeras bahwa negara Asia Tenggara itu masih menjadi anggota ICC.
Karier berkilau selama puluhan tahun di atas ring membawa ketenaran dan kekayaan Pacquiao serta sifat buruk minuman keras, perjudian, dan perselingkuhan yang hampir menghancurkan pernikahannya sebelum ia menemukan agama.
Dua bulan setelah gantung sarung tangannya, Pacquiao mengatakan comeback tidak akan terjadi, bahkan jika dia kalah dalam pemilihan.
"Usia saya sudah 43 tahun, jadi saya sudah cukup, saya sudah selesai," kata ayah lima anak ini.
Pacquiao telah menjabat sebagai endorser selebriti untuk produk mulai dari peralatan hingga pizza dan mobil, menjadi pembawa acara TV, dan bahkan mendirikan cryptocurrency sendiri, "PAC Token".
Jika tawaran presidennya gagal, ia berencana untuk menambahkan petani ke CV-nya, menanam buah di atas tanah seluas 20 hektar di provinsi selatan Sarangani.
"Di sana juga sepi, saya suka," ujarnya sebelum membuka smartphone dan memainkan musik country ballad.(CSP)
