Pertukaran Mahasiswa Merdeka dari MBKM Meningkatkan Wawasan dan Inovasi

Pertukaran Mahasiswa Merdeka dari MBKM Meningkatkan Wawasan dan Inovasi
Syaiful Syafri (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) dalam Program Merdeka Belajar dari Kampus Merdeka (MBKM) memberi dampak peningkatan wawasan dan inovasi dari masing masing mahasiswa, terlebih dalam meningkatkan kualitas sumberdayanya secara mandiri atau secara bersama melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi Kebijakan Mendikbudristek Nomor 3 Tahun 2020.

Masing-masing para mahasiswa akan merasakan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterima dari para dosen dan sesama mahasiswa di kampus tempat mahasiswa mengikuti program PMM dalam MBKM, di samping menambah wawasan tentang budaya mahasiswa dari masing-masing daerah dan mengenal secara dekat adat istiadat dan kepribadian mahasisa itu sendiri.

Hal tersebut dijelaskan Syaiful Syafri ketika memberi kuliah umum dan bedah buku Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) Jembatan Masa Depan, didampingi Dosen Fakultas Tehnik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Rimbawati dan Irfan Nofri sebagai Mentor MBKM.

Pj Bupati Batubara 2008 dan Mantan Kadis Pendidikan Sumut 2014 ini menjelaskan, sangat bangga dapat memberi kuliah umum kepada 20 mahasiswa dari Jawa Timur, Jakarta, dan Yogyakarta prodi S1 dari jurusan Akutansi, Hukum, Teknik Informatika, PPKN, Agrobisnis, Manajemen dan lainnya, berkaitan Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) dari MBKM, sesuai Surat Rektor UMSU Nomor 4554/2021 tertanggal 16 November.

“Sebagai tindak lanjut PMM dari MBKM ini, para mahasiswa agar menuliskan keseluruhan ilmu yang diperoleh selama mengikuti PMM menjadi sebuah buku,” ucapnya, Selasa (23/11).

Contohnya, kata Mantan Kadis Sosial Sumut tahun 2010, ia di tahun 2000-an, dalam rangka menanggulangi kemiskinan sesuai Kepres Nomor 111 tahun 1999, masuk ke Desa Banua Siboau Silima Ewali Kecamatan Bawolato, Kabupaten Nias. Untuk sampai ke desa ini harus berjalan kaki 8 jam, naik gunung, turun gunung, melewati rawa, dan menyebrangi sungai.

“Di desa pedalaman ini saya belajar adat istiadat suku setempat, sistem mata pencaharian, sistem kekerabatan, asal usul masyarakat tinggal di hutan, pemukiman yang berjauhan, pendidikan, kesehatan, penerangan, infrastruktur, dan pemasaran hasil mata pencaharian dalam pemberdayaan masyarakat, selama dua tahun, sekaligus membangun kebutuhan layanan dasar masyarakat setempat,” ucapnya.

Hasilnya ia tuliskan menjadi sebuah buku, dengan judul Pemberdayaan KAT, Jembatan Masa Depan. “Intinya bahwa dengan pemberdayaan masyarakat ini, terbangun kesejahteraan masyarakat, karena masyarakat dapat hidup layak sebagai manusia, karena kubutuhan dasar terpenuhi,” ujarnya.

Contoh lain Kata Syaiful Syafri, Rimbawati bersama mahasiswa Fakultas Teknik UMSU telah mampu memberi kesejahteraan masyarakat Desa Miskin di Desa Pematang Johar dengan pendapatan ratusan juta rupiah perbulan, melalui inovasi dan pemanpatan teknologi yang diperbaharui dengan membentuk desa pariwisata di atas persawahan 10 hektare.

“Artinya Karya Ibu Rimbawati telah mampu meperbaiki kemiskinan masyarakat desa dengan berbondongnya orang berwisata, sehingga kerajinan masyarakat terjual, pertumbuhan ekomomi meningkat,” sebutnya.

“Ini juga telah dituliskan Ibu Rimbawati menjadi sebuah buku tanpa menggunakan banyak referensi, seperti saya menuliskan berbagai buku, karena buku yang ditulis, karya murni si penulis yang diperoleh dari hasil kerja, hasil pemikiran, dan inovasi penulis selama mengabdi di pedesaan,” tandasnya.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi