Zubaidah dan Torkis penderita Failure To Thrive di kediamannya Kelurahan Gunung Baringin, Panyabungan Timur, Madina. (ANTARA/HO)
Analisadaily.com, Madina - Warga Kelurahan Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal, Torkis Parmohonan, penderita Failure To Thrive (FTF) saat ini membutuhkan uluran tangan.
Anak yang lahir pada tanggal 29 Juli 2006 itu, saat ini hanya bisa pasrah dengan penyakit yang dideritanya. Ia tidak bisa berjalan, tubuh dan kakinya mengecil. Hal ini dikarenakan masa pertumbuhan yang terlambat tidak seperti masa pertumbuhan anak normal lainnya.
Pihak keluarga menyebutkan, jika anaknya saat ini mengalami lumpuh sejak kecil. Badannya terlihat sangat kurus dan menguning. Upaya pengobatan juga sudah dilakukan oleh pihak keluarga, namun hingga saat ini kondisinya masih seperti sedia kala.
Pihak keluarga mengakui jika mereka sangat membutuhkan uluran tangan dari para dermawan untuk membawa Torkis berobat.
“Saya di rumah seharian menjaga dan merawat Torkis, suami bekerja sebagai penyadap karet dan itupun hanya cukup makan. Faktor ekonomilah yang membuat kami tidak mampu membawanya untuk berobat," ujar Zubaidah dilansir dari Antara, Rabu (7/9).
Torkis sendiri merupakan anak ketiga dari pasangan Muhammad Nasir dan Zubaidah. Dia menyampaikan, anaknya tidak bisa bergerak seperti anak normal lainnya dan hanya bisa terbaring seharian.
"Jangankan keluar bermain, terkadang Torkis jika hendak duduk harus disandarkan ke dinding karena tangan dan kakinya tidak berdaya. Makan dan minum juga harus disuapi karena tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya sebagaimana semestinya," katanya.
Atas situasi inilah dirinya berharap kepada para dermawan dan pemerintah agar memberikan bantuan baik itu berupa biaya pengobatan maupun bantuan modal usaha bagi dirinya sehingga bisa menafkahi kehidupan keluarga.
"Saya sangat berharap adanya bantuan, paling tidak modal usaha berjualan di rumah, agar dapat membantu menutupi kebutuhan anak saya Torkis," harapnya.
Kepala UPT Puskesmas Gunung Baringin, dr Juwairiyah Hasibuan menyampaikan jika Torkis bukan merupakan penderita gizi buruk (kekurangan gizi) melainkan diakibatkan oleh masa pertumbuhannya terlambat.
"Bukan gizi buruk, diakibatkan oleh gagal tumbuh kembang atau failure to thrive. Setelah lahir anak ini kurang mau menyusui, gejala yang di alami seperti respon rangsang berkurang pada umur delapan bulan," ujarnya.
Juwairiyah menyebut, pihak puskesmas juga sudah sering mengunjungi rumah Torkis. Pemberian makanan tambahan seperti biskuit, susu. Mengedukasi pihak keluarga juga sudah dilakukan oleh pihak Puskesmas.
"Pihak puskesmas dan bidan desa selalu memantau berat badan anak, BPJS nya juga sudah ada dan anak ini juga sudah pernah berobat ke Medan," ujarnya.
(CSP)