BRI Finance Ajak Generasi Muda Kelola Keuangan dengan Cerdas

BRI Finance Ajak Generasi Muda Kelola Keuangan dengan Cerdas
BRI Finance Ajak Generasi Muda Kelola Keuangan dengan Cerdas (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta - Dalam memperingati Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2022 PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) mengajak generasi muda untuk mengelola keuangan dengan cerdas. Harapannya, masyarakat khususnya kalangan generasi muda ke depannya memiliki kemandirian finansial dan ketangguhan ekonomi, terlebih jika menghadapi krisis.

Seperti diketahui, secara rutin pada bulan Oktober pemerintah menetapkan sebagai BIK yang diinisiasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Regulator bersama berbagai institusi keuangan lintas industri gencar melakukan aneka kegiatan untuk meningkatkan inklusi keuangan melalui berbagai program bagi masyarakat.

Pada BIK 2022, salah satu yang dilakukan BRI Finance adalah memberikan literasi keuangan melalui kuliah umum di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat.

Dalam kesempatan tersebut, di hadapan peserta kuliah umum yang didominasi mahasiswa, Direktur Utama BRI Finance Azizatun Azhimah mengatakan krisis ekonomi itu selalu ada, baik krisis secara global, lokal, hingga tataran rumah tangga. Oleh karena itu untuk menghadapinya harus mampu mengelola risiko turbulensi ekonomi sehingga kita mampu bertahan dan melewatinya dengan baik.

“Kita harus bisa me-manage current crisis, untuk apa? Agar survive, dari sekarang makanya belajar. Kemudian yang pasti preparing for new future, tidak mungkin segala sesuatunya kita tidak prepare,” ujarnya menegaskan, dalam keterangan Selasa (25/10).

Hal itu bukan tanpa alasan. Saat ini perekonomian global dihadapkan pada tantangan besar dan tentunya akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pertama, inflasi yang sangat tinggi dan direspon oleh berbagai bank sentral dengan cara meningkatkan suku bunga. Tantangan lainnya adalah masalah geopolitik Ukraina dan Rusia yang mendorong krisis pangan dan energi.

Di sisi lain, kata Azizatun yang akrab disapa Azizah, Indonesia dengan penduduk 270 juta jiwa lebih didominasi oleh usia produktif yang harus diberdayakan untuk memperkokoh ekonomi bangsa. Ini mengingat sekitar 69,38 juta jiwa atau setara 25,87% merupakan generasi milenial dengan periode tahun lahir antara 1981-1996.

Selain itu, sekitar 74,93 juta jiwa atau sekitar 27,94% adalah generasi Gen Z yang lahir pada periode 1997-2012. Oleh karena itu, lanjut Azizah, bagi generasi muda tersebut perlu pengelolaan keuangan cerdas sebagai strategi mewujudkan ketangguhan finansial.

“Strategi pertama, bagaimana kita harus memiliki catatan keuangan, belajar balance sheet, laporan keuangan harus tahu source of money-nya. Kemudian barulah pengeluarannya dibuat sesuai dengan kebutuhan kita. Jadi jangan terlena atau terbawa penawaran yang mungkin kita nggak perlu. Karena seringkali kita membeli itu berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan,” tuturnya menekankan.

Generasi muda dengan segala kreatifitasnya menurut Azizah dapat menyisihkan uang untuk berwirausaha, atau dengan keterampilan yang dimiliki mencari pemasukan tambahan. Kedua, smart spending yaitu mengutamakan kebutuhan di atas keinginan. Selain itu mengatur kebutuhan dengan hal-hal berkualitas secara efisien.

Ketiga, adalah smart loan, yaitu menghindari pinjaman untuk hal-hal yang bersifat konsumtif. Perilaku konsumtif bisa saja dilakukan dengan batasan mempunyai kemampuan membayar setelah terpenuhinya kebutuhan pokok.

“Perlu diingat pinjaman harus ke lembaga jasa keuangan yang terdaftar/berizin dan diawasi oleh OJK. Jadi jangan pinjam ke pinjol yang nggak jelas dan sebagainya,” ucapnya.

Keempat, mengatur porsi pengeluaran sesuai prioritas sehingga penghasilan dapat diatur sesuai skala prioritas. Azizah pun menyarankan penghasilan dapat dibagi dengan ‘rumus’ 40, 30, 20, 10. Artinya 40% dialokasikan untuk kebutuhan harian. Sekitar 30% untuk hiburan atau hobi, 20% dialokasikan untuk investasi dan sisanya bagi dana sosial.

“Produce more, cari peluang sumber income sebanyak-banyaknya, baik active maupun passive income. Kemudian smart spender, yaitu tadi ingat berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan. Kita wajib kaya tapi hidup minimalis, bukan hidup sederhana dan pelit ya. Kemudian invest the rest, menabung dan berinvestasi cerdas sejak dini,” ujarnya menambahkan.

Dalam kesempatan yang sama Corporate Secretary BRI Finance Taufiq Kurniadihardja mengatakan literasi keuangan termasuk perencanaan cerdas dalam hal finansial sangatlah penting.

Menurut data survei OJK pada 2019 terkait survei nasional literasi dan inklusi keuangan, tingkat literasi keuangan itu hanya sebesar 38,03%. Sedangkan indeks inklusi keuangan itu sebesar 76,19%.

“Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia secara umum belum memahami dengan baik berbagai produk dan layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan, padahal literasi keuangan merupakan keterampilan yang penting dalam rangka pemberdayaan masyarakat, kesejahteraan individu, perlindungan konsumen dan peningkatan inklusi keuangan, jadi literasi keuangan ini memang sangat penting. Oleh karena itu BRI Finance berkomitmen untuk melaksanakan literasi keuangan ini setiap tahun, untuk memberikan pemahaman dan awareness kepada masyarakat,” katanya.

Saat ini, kata dia, produk dari lembaga jasa keuangan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Terlebih dengan perkembangan teknologi hampir semua jasa keuangan bisa diakses dengan mudah.

Oleh karena itu masyarakat perlu mengetahui manfaat dan risikonya. Sehingga lebih mampu mengelola keuangan dengan cerdas. “Dengan memberikan awareness, pemahaman, supaya bisa mengelola keuangannya secara bijak, tepat guna, dan produktif,” pungkasnya.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi