Lewati Medan Terjal untuk Melayani Masyarakat

Dari Pengangkut Jeruk Jadi Ujung Tombak Penyalur BBM

Dari Pengangkut Jeruk Jadi Ujung Tombak Penyalur BBM
Beberapa AMT sedang mengikuti rapat di FT BBM Medan Group (Analisa/nirwansyah sukartara)

TANPA kenal hujan, longsor, banjir, jalan yang sempit serta tikungan yang tajam, mereka tetap berjibaku tanpa henti. Prinsipnya cuma satu yakni melayani masyarakat. Lewat para awak mobil tangki (AMT), Pertamina memastikan bahwa bahan bakar minyak (BBM) harus sampai hingga pelosok desa di negeri ini.

Pukul 20.30 WIB, Salim Berutu (43) baru saja tiba di Fuel Terminal (FT) BBM Medan Group yang ada di Jalan Medan Belawan Km. 19,5 M Labuhan Deli, Sumatera Utara. Dengan memakai alat pelindung diri (APD) lengkap, ia memeriksa mobil tangkinya yang parkir di tengah terminal. Tak hanya mobil tangki miliknya, malam itu, Selasa (8/11), deretan mobil tangki lainnya juga terlihat berbaris di tengah terminal. Sesekali satu dua mobil tangki tampak keluar masuk ke area terminal.

Di sisi lain, sebagian AMT ada yang terlihat istirahat di rest area yang ada di sisi kanan terminal. Mereka merebahkan tubuhnya sambil menunggu closing dan breafing di pukul 11.30 WIB. Di ujung terminal beberapa petugas juga tidak boleh lalai. Mereka harus memastikan bahwa pengisian BBM ke tangki tetap aman.

"Begitulah rutinitas di sini. 24 jam tanpa henti dan jeda. Apalagi saat hari-hari besar. Lebih padat. BBM di SPBU tak boleh kosong," ujar Salim Berutu sambil bercerita kepada Analisa.

Salim Berutu, seorang AMT di FT BBM Medan Group
Bagi ayah yang memiliki tiga orang anak ini, bekerja sebagai AMT sangatlah memiliki risiko tinggi. Mereka harus memastikan BBM yang mereka bawa sampai ke SPBU yang ada di pelosok negeri ini. Terlepas bagaimana medannya.

Meski memiliki risiko tinggi, baginya pekerjaan ini patut ia syukuri. Sebelum menjadi AMT di PT Elnusa Petrofin yang merupakan anak perusahaan PT. Pertamina Hulu Energi, Sub Holding PT Pertamina (Persero), Salim Berutu sempat menjadi sopir truk. Ia sering membawa jeruk para petani dari daerah asalnya Tanah Karo untuk dikirim ke Pulau Jawa. Terkadang, pulang dari Jawa, ia membawa bawang merah dari Brebes untuk dikirim ke Medan. Beberapa tahun rutinitas ini dijalani oleh mantan kondektur dari Bus Sinabung tersebut.

"Kalau jadi sopir truk mau sebulan baru pulang. Kasihan anak dan istri saya di Karo. Uangnya juga tak seberapa. Makanya bersyukur ketika diterima bekerja di sini. Gajinya ada, jadwal kerjanya juga teratur" kata pria tamatan SMA paket C tersebut.

Meski tamatan SMA, Salim membuktikan bahwa ia tetap bisa berprestasi. 14 tahun menjadi awak mobil tangki di terminal BBM Medan Group, Salim tak pernah lalai mengantarkan BBM sampai ke SPBU tujuan. Bahkan SPBU yang menjadi tujuannya bukanlah SPBU yang bisa dilampaui dengan medan yang mudah. Di awal-awal bekerja, ia sering kali mendapat tugas mengantar 16.000 liter BBM ke Kecamatan Blangkejeren di Kabupaten Gayo Lues, Aceh. Kecamatan ini beberapa kali sering terjadi banjir bandang.

"Jadi bayangkan sering kali saya mendapat pengantaran ke sana. Belum longsornya, banjir bandangnya, jalannya yang sempit, licin dan tikungannya yang tajam membuat kita harus hati-hati. Belum lagi di Tanjakan Gurah Ketambe, itu juga parah. Harus benar-benar hati-hati. Jika lalai bisa masuk jurang tangki ini," kata pria kelahiran tahun 1979 tersebut.

Saat kondisi lalu lintas macet dan terjadi longsor, jarak Medan-Blangkejeren yang harusnya bisa ditempuh pulang pergi dalam waktu 30 jam, malah pernah ia tempuh menjadi seminggu. Tidur di SPBU dan di rest area adalah menjadi pilihannya.

Syukurnya, dalam perjalanannya, ia selalu memanjatkan doa. Doa ini juga yang Salim dapat dari istri dan keluarganya. Pun begitu dengan rekan-rekan AMT lainnya yang acap kali mendapatkan pengantaran BBM ke daerah terpencil.

"Alhamdulillah sampai sekarang kami masih aman dan selamat. Spion pun kalau bisa jangan sampai rusak kita buat. Apalagi BBM nya. Harus benar-benar sampai ke SPBU sehingga masyarakat di desa bisa menikmatinya," ucap Salim.

Kerja keras dan ikhlas Salim dalam mengantarkan BBM ke masyarakat ini ternyata mendapatkan balasan dari sang maha kuasa. 2015 lalu, ia ditunjuk managemen Pertamina untuk berangkat umrah. Dari kerjaannya sebagai seorang sopir, anaknya bisa kuliah di Fakultas Pertanian USU. Bahkan anak keduanya baru saja diterima sebagai angkatan darat di Medan.

Bukan hanya itu, ia juga dinobatkan sebagai sopir terbaik di 2013. "Tahun 2017 saya juga ikut kompetisi Hino Dutro. Alhamdulilah saya juga meraih juara 1 tingkat Sumut untuk kategori mengemudi dan memelihara mobil dengan baik," ucapnya.

Juara 1 tingkat Sumut ini pula membawa dia juara 1 nasional pada tahun 2022. "Intinya apapun pekerjaannya harus dijalankan dengan ikhlas. Tugas AMT ini sangat mulia. BBM ini menjadi kebutuhan banyak orang. Termasuk di desa. Jadi dengan mengantar ini, kita membantu banyak orang. Jangan mengeluh. Apalagi seperti kami tidak pernah tahu rute yang diantar kemana. Semua ditentukan oleh dispecter. Mau rute yang medannya mudah ataupun yang berat, kita tetap tidak boleh anggap enteng. Tetap BBM ini harus kita salurkan," ujar suami dari Heni Bancin tersebut.

Hal yang sama juga diutarakan Sahrizal (42) dan Muhammad David (39). Bagi mereka berdua, menjadi awak mobil tangki adalah pekerjaan yang mulia. Sebelum mobil tangki jalan, banyak yang perlu dipersiapkan. Karena safety adalah yang utama.

Dikatakan Sahrizal, mereka harus memeriksa tekanan angin dan kondisi ban lebih dulu, kemudian memeriksa tabung APAR, bounding cable, tool box, pelumas mesin, air radiator, lampu-lampu kendaraan, surat-surat kendaraan dan lainnya.

"Kami di sini punya istilah. Cacing saja harus kita jaga apalagi manusia. Jadi kejujuran dan safety adalah yang utama. Kami menghidupi keluarga kami dari sini. Dan yang paling penting, kami tidak ingin masyarakat sulit. Karena kalau BBM tidak sampai ke SPBU, maka kasihan masyarakat," kata Sahrizal.

Energi positif dari Salim Berutu, Sahrizal dan Muhammad David ini harus menjadi acuan bagi AMT lainnya maupun para ujung tombak para penyalur BBM yang bekerja tiada henti selama 24 jam. Demi pelayanan yang maksimal, Pertamina memastikan bahwa BBM dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di negeri ini kapan pun, jam berapa pun dan dimana pun.

Pjs Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Agustiawan mengatakan, saat ini (FT) BBM Medan Group melalui PT Elnusa Petrofin memiliki lebih kurang 645 orang AMT yang ditugaskan untuk menyalurkan BBM baik itu jenis Biosolar, Pertalite maupun lainnya di sebagian wilayah Aceh dan Sumut.

645 AMT itu terdiri dari AMT 1 dan AMT 2. Sehari-harinya, lebih kurang 420 AMT yang bertugas menyalurkan BBM. "Perhari kita menyalurkan BBM ke 292 SPBU. Untuk biosolar sendiri yang disalurkan sekitar 857 Kl perhari. Sementara untuk pertalite ada sekitar 2.911 Kl perhari," ucapnya.

Untuk mobil tangkinya, jumlah yang dimiliki yakni sekitar 132 mobil. Namun yang dioperasikan setiap harinya sekitar 125 mobil tangki. Sebelum menyalurkan BBM, kesehatan para AMT dicek lebih dulu. Tensi mereka diukur, suhu tubuhnya juga. Bahkan diketahui juga jika mereka sedang mengonsumsi alkohol.

"Kalau cek kesehatan ini aman, barulah masuk proses segel. Selesai semuanya barulah mereka diperbolehkan mengantarkan BBM ke SPBU tujuan. Selain SPBU mereka juga mengantarkan ke SPDN dan Pertashop. Ini semua kita lakukan agar mereka tetap safety. Karena kita sadari bahwa AMT ini adalah aset terbesar kita," ujarnya.

Penulis:  Nirwansyah Sukartara
Editor:  Bambang Riyanto

Baca Juga

Rekomendasi