SMB bertema ARKAS dan SIPLah Menjaga Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana BOS (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Jakarta - Sebagai upaya menjaga akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan platform digital Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS) dan Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah (SIPLah).
Disampaikan Nandana Aditya Bhaswara, Kapokja Perencanaan, Evaluasi, dan Transformasi Digital Kemendikbudristek, hadirnya ARKAS ini untuk memudahkan sekolah dalam melaksanakan proses perencanaan, penatausahaan hingga pelaporan.
Selain ARKAS, Manajemen Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (MARKAS) juga membantu dinas untuk dapat mengawasi dan mengetahui perencanaan dan pembelajaran yang ada di sekolah.
“Jika ARKAS dan MARKAS terpenuhi, pengawasan tetap jalan, penyusunan juga dimudahkan dengan beberapa otomatisasi. Semuanya terekam secara digital sehingga konsep transparansi yang kita harapkan saat ini dengan mudah memperlihatkan belanja sekolah untuk apa saja,” jelasnya pada SMB bertema ARKAS dan SIPLah Menjaga Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Dana BOS pada Kamis (15/12).
Nandana juga menyampaikan SIPLah merupakan suatu tools yang berguna untuk membantu sekolah mengadakan barang dan jasa, secara elektronik atau loka pasar. “Melalui sistem loka pasar ini semuanya terekam, jadi history-nya sudah tercatat, sehingga tidak mungkin salah entry,” ujar Nandana.
Dengan adanya SIPLah diharapkan dapat memudahkan sekolah dalam konteks administrasi, lalu secara akuntabilitas dapat memberikan rasa aman dalam bertransaksi. Dalam mengelola Dana BOS, lanjut Nandana, sekolah dapat menggunakan rapor pendidikan sebagai acuannya.
“Para guru dapat mengakses pencapaian, kekurangan, isu utama dan rekomendasi kebutuhan sekolah yang bisa ditindaklanjuti ke dalam Platform Merdeka Mengajar (PMM),” ucapnya.
Para guru, lanjut Nandana dapat membentuk komunitas untuk berdiskusi antar guru dalam bentuk Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) atau bahkan dalam sekolah sendiri. “Sehingga pada akhirnya dari hasil diskusi termasuk data Rapor Pendidikan itulah yang dituangkan dalam ARKAS untuk penggunaan dana BOS,” ujar Nandana.
Pencapaian penggunaan ARKAS pada awal tahun 2022 baru mencapai 50 persen, namun hingga kini sudah mencapai 99,5 persen. Sedangkan penggunaan SIPLah saat ini sudah ada 230 ribu sekolah yang menggunakannya dan terdapat 20 juta produk, termasuk di dalamnya 110 ribu penyedia barang dan jasa di SIPLah.
Sejalan dengan itu, Kepala Sekolah SMAN 17 Palembang, Purwiastuti Kusumawati mengatakan, ARKAS dan SIPLah membuat timnya merasa lebih aman dan nyaman dalam merencanakan dan melaporkan anggaran penggunaan dana BOS.
“ARKAS membuat anggaran pendidikan jauh lebih merdeka dan efektif sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang ada di sekolah. Semuanya itu diawali dengan Perencanaan Berbasis Data (PBD),” kata Purwiastuti.
Purwiastuti mengatakan bahwa jaringan internet yang belum tersebar merata di daerah Sumatra Selatan menjadi kendala, sehingga beberapa guru di daerah tersebut kesulitan dalam mengimplementasikan ARKAS dan SIPLah.
“Tapi, Bapak dan Ibu guru yang berhasil menerapkan ARKAS dan SIPLah mau mendampingi dan memberikan pelatihan kepada guru di daerah khusus tersebut,” ujar Purwiastuti.
Melalui ARKAS, semua pengelolaan dana BOS menjadi lebih transparan, sehingga pihak sekolah dengan warga sekolah lainnya menjadi lebih kondusif karena keterbukaan informasi penggunaan dana BOS itu.
“Saya hanya ingin mengajak teman-teman untuk berkomitmen mendukung transformasi Merdeka Belajar dengan melaksanakan semua program dengan perencanaan dan mensinkronkan pengelolaan BOS dengan transparan dan akuntabel, mari maju bersama hebat semua!,” ajak Purwiastuti.
Dede Sutisna, Kepala Sekolah SDN 3 Masawah Pangandaran menyampaikan bahwa dengan hadirnya SIPLah membuat para guru lebih mudah dalam perencanaan, penganggaran, pelaporan atau penatausahaan. Tantangan berbeda yang dialami Dede dalam menerapkan transformasi digital ini, selain kurangnya tenaga administrasi sekolah yang mampu mengerjakan secara penuh ARKAS dan SIPLah, pemahaman bendahara sekolah yang kurang, hingga jaringan internet yang kurang memadai menjadi kendalanya.
“Pendampingan dinas pendidikan dan tim BOS kabupaten Pangandaran sangat membantu kami dalam menggunakan ARKAS dan SIPLah,” jelas Dede.
Dede menyampaikan apresiasi kepada Kemendikbudristek yang telah memberikan kemudahan kepada para guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan. “Kami berkomitmen untuk terus membantu, melayani, dan memfasilitasi kebijakan yang dikeluarkan demi mencerdaskan kehidupakan anak bangsa terutama di Pangandaran,” katanya.
Kepala Sekolah SMPN 2 Ende, Nusa Tenggara Timur, Maria Dominica juga mengapresiasi Kemendikbudristek yang telah mengeluarkan kebijakan ARKAS dan SIPLah. Disampaikannya bahwa kedua aplikasi tersebut sangat membantu satuan pendidikan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pelaporan terkait dana BOS.
Terintegrasinya data antara ARKAS dan SIPLah menjadi keunggulan dan menjadi kemudahan sekolah di NTT dalam mengelola dana BOS, sehingga tahapan pengelolaan dana BOS transparan dan akuntabel.
Tantangan yang sama dirasakan SMPN 2 Ende, di mana awalnya mengalami kesulitan dalam mengakses ARKAS dan SIPLah karena kekurangan Sumber Daya dalam mengelola dana BOS, namun dengan penyesuaian, bendahara sekolah merasakan banyak manfaat dari kedua aplikasi tersebut.
Selain itu, melalui ARKAS, pihak sekolah tidak perlu lagi mencetak banyak kertas untuk membuat laporan karena semua dilakukan secara daring dan semua sudah terintergrasi satu sama lainnya. Kolaborasi antar MKKS Rayon, MKKS kabupaten, dan dinas pendidikan menjadi kunci dalam keberhasilan penggunaan ARKAS dan SIPLah. Ia juga mengatakan meskipun ada perubahan rencana kegiatan, dapat dengan mudah dilakukan di ARKAS.
Pada akhir diskusi, Domica berharap praktik baik di sekolah SMPN 17 Palembang dan SDN 3 Masawah Pangandaran dapat menjadi motivasinya dalam terus mengoptimalkan penggunaan ARKAS dan SIPLah di sekolahnya.
“Terima kasih kepada kedua narasumber yang telah berbagi praktik baiknya, kami yakin di Ende akan sama dengan di Palembang dan Pangandaran,” ucapnya.
(REL/RZD)