Tenaga Ahli Kementerian Agama RI, Hasan Basri Sagala (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Binjai - Tenaga Ahli Kementerian Agama RI, Hasan Basri Sagala, memberikan cermah ilmiah di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), STAI Syaikh H Abdul Halim Hasan Al Ishlahiyyah Binjai, Kamis (9/3). Kehadiran disambut Ketua Yayasan Putri Susi Melani Daulay, Ketua STAI Binjai Junaidi, serta lainnya.
"Sebagai bagian dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), perlu memiliki empat misi besar yang harus diemban. Yakni, keilmuan, keislaman, ke-Indonesiaan, dan kemasyarakatan," sebutnya.
Keempat misi besar ini harus terinternalisasi dalam seluruh denyut nadi stakeholder, tak terkecuali bagi pengelola, mahasiswa, dan sivitas akademika STAI. Kemudian, Dalam misi keilmuan, Perguruan Tinggi Islam harus berorientasi pada produktivitas ilmu pengetahuan, inovasi, riset, karya, dan berbagai publikasi intelektual harus didorong untuk terus dilahirkan.
“Demikian juga wawasan keilmuan harus luas, dengan mengenyam berbagai literatur dan akses sumber-sumber pengetahuan, sehingga kita tidak berwawasan sempit dan eksklusif, serta terus produktif dalam menulis, riset, dan menemukan gagasan dan inovasi yang strategis,” ucapnya.
Kedua adalah keislaman. Sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, STAI Ishlahiyyah diharapkan menjadi garda terdepan dalam mempromosikan islam rahmatan lil’alamin, yakni wawasan, paham, dan perilaku dalam memahami dan mengimplementasikan ajaran-ajaran keislaman yang mencerahkan, meneduhkan, yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
“Tidak menganggap orang yang berbeda paham atau keyakinan itu sebagai musuh. Tidak mudah meng-kafir-bid’ah-kan pendapat yang berbeda. STAI Ishlahiyyah harus menjadi duta untuk menghargai keragaman dan perbedaan,” sebutnua.
Misi ketiga dari PTKI adalah ke-Indonesiaan. Di seluruh penjuru dunia, lembaga pendidikan sesungguhnya memiliki misi untuk mempertahankan ideologi bangsa dan negaranya, tak terkecuali di Indonesia. Keberadaan kampus-kampus islam harus mampu menjadi pilar-pilar pokok untuk meneguhkan semangat nasionalisme kebangsaan, dengan terus dibina dan dilanggengkan dalam lembaga pendidikan itu.
Oleh karenanya, lanjut Kasatkornas Banser ini ingin mengingatkan kepada seluruh sivitas akademika PTKI, khususnya STAI Al-Ishlahiyah agar menjadi barisan terdepan dalam mengawal ideologi kebangsaan, yakni Pancasila.
"Jangan terpancing dan mudah tergoyahkan atas dasar apapun, termasuk paham keagamaan sekalipun. Jangan sampai, kita termakan dengan gerakan dan faham yang merongrong ideologi Pancasila,” sebutnya.
“Bagaimanapun, kita ini lahir dari rahim Indonesia, berada di Indonesia, dan tumbuh serta berkembang dari Indonesia. Udara yang kita hirup adalah udara Indonesia. Tanah yang kita pijak adalah tanah Indonesia. Air yang kita minum adalah air Indonesia. Makanan yang kita santap pun berasal dari Indonesia. Bahkan, bisa jadi, ketika kita meninggal pun akan dikebumikan di bumi Indonesia,” lanjutnya.
Untuk itu, dia mengajak pertahankan ideologi, budaya, serta karakter bangsa dan negara Indonesia. Karakter Indonesia yang selalu menghargai, yang menempatkan aspek kemaslahatan manusia sebagai prioritas, memberikan kedamaian dan keteduhan, dan memegang teguh atas kesepakatan kehidupan berbangsa dan bernegara, berdasarkan Pancasila.
Apalagi misi keempat dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam adalah kemasyarakatan. “Dalam konteks ini, saya ingin mendorong kepada para seluruh civitas akademika STAI Al-Ishlahiyah untuk benar-benar dapat mendampingi, mengedukasi, dan memberikan pencerahan serta pengabdian secara nyata kepada masyarakat di mana kita tinggal,” ucapnya.
"Buktikan bahwa kehadiran PT Islam ini mampu menjadi penerang dan simpul peradaban, bukan hanya untuk wilayah di Binjai, Sumatera Itara, tapi juga nasional dan internasional,” lanjutnya.
Oleh karena itu, niat yang kuat dari pengelola untuk membangun PT yang berdaya saing menjadi kemestian. Kesungguhan itu bisa menjadi modal STAI Syaikh H Abdul Halim Hasan Al Ishlahiyyah untuk berubah bentuk menjadi institut.
“Seluruh persyaratan sudah terpenuhi, penilaian lapangan pun sudah dilaksanakan tahun lalu, tinggal sedikit lagi kita menunggu perubahan bentuk ini untuk ditandatangani Bapak Menteri Agama,” ujarnya.
“Terakhir terkait kegiatan ini saya ingin tegaskan bahwa publikasi ilmiah di lingkungan kampus merupakan bukti utama orisinalitas penelitian serta dapat menjadi modal bagi rekam jejak kampus sebagai pusat pengembangan keilmuan. Kampus harus tetap semangat membangun budaya meneliti dan hasilnya dipublikasikan untuk menunjukkan kualitas, baik level nasiobal mapun global.”
“Bagi para peneliti juga dapat membangun jejaring internasional melalui publikasinya tersebut. Jejaring internasional akan dapat terbangun apabila jurnal ilmiah banyak dijadikan sumber referensi dan juga dikutip dalam jurnal ilmiah peneliti lain. Bahkan semakin banyak jurnal ilmiah tersebut dikutip oleh peneliti lain, akan semakin tinggi juga reputasi peneliti sebagai akademisi. Karena itu saya mengapresiasi kegiatan ini untuk meningkatkan peringkat dan reputasi kampus,” pungkasnya.
Usai memberikan ceramah ilmiah Hasan Basri Sagala beserta rombongan melanjutkan ziarah ke makam Syaikh H Abdul Halim Hasan Al Ishlahiyyah, Pendiri Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), STAI Al Ishlahiyyah Binjai.
(KAH/RZD)