Analisadaily.com, Bandung - Memiliki payudara indah boleh jadi satu dari sekian keinginan yang diimpikan kaum perempuan, namun mewujudkannya secara ilegal bukanlah keputusan yang tepat. Apalagi sampai berujung maut dan sebabkan kematian.
Pasalnya praktik suntik payudara di Bandung, Jawa Barat, berujung maut. Aksi ini terbongkar setelah polisi mendapatkan laporan dari salah satu korban yang mengalami luka berat.
Korban dengan inisial T ini mengaku mengalami panas, demam dan merasa terbakar di bagian dadanya pasca menyuntikan kolagen di pada payudaranya 4 hari yang lalu di salah satu jasa suntik payudara Bandung.
Rupanya dari hasil penyelidikan polisi, T bukanlah korban yang pertama, ada juga korban lain yang sampai meninggal dunia diduga akibat praktik suntik payudara ilegal itu.
Secara medis, suntik payudara yang dimaksud dikenal dengan istilah filler payudara.
Filler payudara adalah proses pengisian payudara dengan zat tertentu agar payudara membesar atau memiliki bentuk tertentu. Hanya saja prosedur ini bukan tanpa risiko.
Filler biasanya dilakukan untuk memberikan volume atau memperbaiki tampilan wajah yang mengalami penuaan atau membuat wajah tampak lebih menarik. Pada filler payudara, biasanya dilakukan penyuntikan bahan filler ke dalam payudara dengan tujuan menambah volume payudara.
Spesialis bedah plastik Prof dr David S Perdanakusuma, SpBP-RE(K) menjelaskan penggunaan filler untuk payudara sudah dilarang di banyak negara. Metode filler tidak boleh dilakukan untuk memperbesar bagian tubuh termasuk payudara.
"Filler digunakan untuk mengisi kekosongan atau area yang depres atau cekung namun tidak untuk menambah volume. Banyak negara yang melarang tindakan tersebut. Bedah plastik tidak menyarankan dan tidak merekomendasi prosedur tersebut," terang Prof David, melansir dari detikcom, Selasa (25/7/2023).
Lebih lanjut, dr David menyebut prosedur pembesaran payudara tidak dilakukan dengan suntik filler. Adapun pembesaran payudara dilakukan dengan prosedur implan atau fat transfer.
"Saya pribadi tidak pernah melakukan dan tidak menyarankan. Kalau sudah terlanjur, sangat sulit untuk dievakuasi. Sehingga saran saya, jangan melakukan filler untuk payudara," pungkas Prof David.
(DEL)