Perang Bintang Dapil Sumut I Menuju Senayan

Perang Bintang Dapil Sumut I Menuju Senayan
Perang Bintang Dapil Sumut I Menuju Senayan (Analisadaily/Ilustrasi/Gedung DPR)

Analisadaily.com, Medan - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Jumat (3/11) telah menetapkan daftar calon tetap (DCT) DPR RI periode 2023-2028. Sebanyak 9.917 calon anggota legislatif (caleg) akan memperebutkan 580 kursi pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.

Dari 9.917 caleg tersebut, 172 di antaranya akan memperebutkan 10 kursi anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sumut I. Dapil Sumut I meliputi, Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Tebingtinggi. Tiga partai politik (parpol) tidak memanfaatkan jatah maksimal 10 calon yakni, Partai Kebangkitan Nasional (PKN) tujuh calon, Partai Bulan Bintang (6) dan Partai Ummat (9).

Melihat nama-nama yang telah ditetapkan dalam DCT, akan terjadi "perang bintang" di Dapil Sumut I. Dari 10 anggota legislatif yang masih aktif saat ini (petahana) hanya H Irmadi Lubis dari PDI Perjuangan yang tidak "nongol" di DPT.

Sembilan lainnya kembali "bertarung". Irmadi sendiri sebenarnya hanya peraih suara ketiga terbanyak di PDIP sementara parpol ini hanya meraih dua kursi pada Pileg 2019. Namun Irmadi "mendapat" kursi dari peraih suara kedua terbanyak, Yasonna Laoly. Yasonna lebih memilih menjadi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham).

Sembilan petahana yang akan kembali bertarung adalah, Romo HR Muhammad Syafi'i, dan HM Husni (Partai Gerindra), dr Sofyan Tan (PDIP), Meutya Viada Hafid (Partai Golkar), Prananda Surya Paloh (Partai NasDem), H Tifatul Sembiring, dan H Hidayatullah (Partai Keadilan Sejahtera/PKS), Mulfachri Harahap (Partai Amanat Nasional/PAN), Drs Hendrik Halomoan Sitompul MM (Partai Demokrat). Hendrik merupakan pengganti antar waktu (PAW) Abdul Wahab Dalimunthe yang meninggal dunia.

Mengapa disebut "perang bintang"? Karena memang banyak "bintang" di Dapil Sumut I ini, baik yang sedang "bersinar" maupun yang pernah "bersinar".

Siapa yang sedang "bersinar"? Pertama, sebut saja sembilan nama petahana. Mereka ini memiliki "modal" yang tidak dimiliki caleg baru. Modal itu seperti dana aspirasi, maupun program lain, misalnya Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan lainnnya.

Mereka bisa memanfaatkan "modal" itu untuk menyosialisaikan diri. Diakui atau tidak, itu merupakan "modal" yang sangat berharga. Tergantung bagaimana mereka memanfaatkannya. Istilahnya, "sekali dayung dua tiga pulau terlampaui".

Kedua, jangan lupakan pula Yasonna Laoly. Pileg 2019 sebenarnya membawanya ke Senayan. Namun tawaran dari Presiden Joko Widodo untuk meneruskan jabatan sebagai Menkum HAM, lebih menarik ketimbang anggota legislatif. "Ditinggalkannya" kursi dewan, namun kali ini ia akan bertarung kembali, meskipun pasti akan lebih sulit.

Di internal PDIP, Yasonna meskipun mendapat nomor urut 1, namun akan bersaing ketat dengan Sofyan Tan. Sofyan Tan merupakan peraih suara terbanyak di Dapil Sumut I dan diperkirakan akan "melenggang" kembali ke Senayan. Sofyan Tan sangat populer. Tidak hanya di kalangan warga Tionghoa, Sofyan Tan cukup dikenal kalangan pendidikan di Sumut.

Masih di PDIP, jangan abaikan Ruhut Sitompul. Ruhut "Si Raja Minyak dari Medan", ini masih memiliki "loyalis" yang patut diperhitungkan. Ingat ia punya pengalaman ikut pileg dan menang, meski dengan kendaraan Partai Demokrat. Di samping itu masih ada tokoh lokal lain dari PDIP seperti, Sugianto Makmur dan Paul Baja Marudut Siahaan.

Ketiga, pejabat yang baru pensiun seperti H Musa Rajekshah dan Ashari Tambunan. Musa Rajekshah atau biasa disapa Ijeck baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai Wakil Gubernur Sumut tiga bulan lalu. Saat ini ia merupakan orang nomor satu di Partai Golkar Sumut dan juga dapat posisi nomor urut 1 di DCT.

Ijeck akan menjadi saingan terberat tidak hanya bagi caleg dari partai lain tapi juga caleg separtainya. Pada Pileg 2019 Golkar hanya meraih satu kursi. Kursi itu milik Meutya Hafid. Maka Meutya harus berhati-hati kalau tidak kehilangan kursi. Kecuali Golkar dapat tambahan kursi.

Di Golkar, Meutya tidak hanya akan berkompetisi dengan Ijeck. Di sini ada "kuda hitam" yang siap menyalip seperti, Maruli Siahaan yang namanya cukup "nyaring" di Sumut. Ada juga Yasyir Ridho Loebis (anggota DPRD Sumut), Hasrul Benny Harahap (pengacara kondang dan Ketua Ikatan Alumni Fakultas Hukum USU) dan artis Sultan Pasha Djorgi.

Sementara, Ashari Tambunan harus meletakkan jabatannya sebagai Bupati Deliserdang karena regulasi KPU. Ashari yang juga mantan Ketua Nadlatul Ulama (NU) akan berebut kursi melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Deliserdang merupakan penyumbang suara nomor dua setelah Medan di Dapil Sumut I. Selama ini PKB tidak punya riwayat peraih kursi DPR RI dari Dapil Sumut I. Kali ini dengan jaringan birokrasi yang baru ditinggalkan serta NU, Ashari berupaya "pecah telur" PKB di Dapil Sumut I.

Tapi saingan Ashari tidak ringan. Selain nama yang telah disebut di atas dan nama lain yang akan diulas kemudian, di internal PKB, ia punya kompetitor yang tidak boleh dianggap remeh yaitu, Suryani Paskah. Suryani (nomor urut 2) merupakan kerabat Menteri Koordinator Bidang Kemartiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan.

Di samping bintang yang masih bersinar, banyak bintang lain yang sedang berusaha mengembalikan cahayanya. Partai NasDem paling banyak mengusung bintang yang pernah bersinar yakni, mantan pejabat baik di tingkat lokal maupun nasional. Mereka ini akan bekerja sama dengan "putra mahkota", Prananda Surya Paloh untuk menambah kursi NasDem di parlemen melalui Dapil Sumut I.

Sebut saja Komjen Oegroseno (Wakapolri 2013-2014) dan Edwin Pamimpin Situmorang (Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen 2010-2012). Kemudian Abdillah (Wali Kota Medan 2000-2008), dan Rahudman Harahap (Wali Kota Medan 2010-2023) serta Soekirman (Bupati Serdang Bedagai 2013-2015, 2016-2021).

Mantan pejabat lainnya yang "turun gunung", adalah T Erry Nuradi (Gubernur Sumut 2015-2018). Erry yang "sempat" memimpin DPW Partai NasDem Sumut akan membawa bendera Partai Perindo. Erry nomor urut 1 akan didampingi Samuel Hartono Tanoesoedibjo (kerabat Harry Tanoesoedibjo, pendiri sekaligus Ketua Umum Partai Perindo.

Selain nama-nama di atas masih banyak nama yang cukup populer, setidaknya untuk lingkup Sumut. Sebut saja Ade Jona Prasetyo (Gerindra nomor urut 2). Dari Partai Gelora ada Muhammad Hafez dan Satria Wibowo. Keduanya merupakan mantan anggota DPRD Sumut dari PKS. Hafez bahkan pernah menjabat Ketua DPW PKS Sumut.

Kemudian dari PKS sendiri, selain dua petahana, ada nama guru besar Fakultas Hukum USU Prof Ediwarman. Dari PAN ada Ibrahim Sakty Batubara. Ibrahim adalah deklarator PAN Sumut dan juga anggota DPR RI 2009-2014. Dari Partai Hanura ada Kodrat Shah. Kodrat adalah Sekjen DPP Partai Hanura dan Ketua DPW Pemuda Pancasila Sumut.

Nama-nama lain yang cukup familiar di telinga masyarakat Sumut adalah M Lokot Nasution dan Herri Zulkanaen (Demokrat), Masri Sitanggang (Partai Ummat), Mohd Nezar Djoeli (Partai Solidaritas Indonesia/PSI), dan Henry Saragih (Partai Buruh).

Kita berharap "perang bintang" ini menghasilkan "bintang" dari Sumatera Utara. Bintang yang mampu memberi cahaya di parlemen. Bintang yang mampu memberi warna di Senayan periode 2024-2029. Semoga. (Rizal R Surya)

(RRS/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi