Santri Pesantren Babussalam Diminta Jangan Merasa Ketinggalan Zaman

Santri Pesantren Babussalam Diminta Jangan Merasa Ketinggalan Zaman
Santri Pesantren Babussalam Diminta Jangan Merasa Ketinggalan Zaman (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Pekanbaru - Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) kembali melanjutkan roadshow kampanye gadget sehatnya di kota ke 17, yakni Pekanbaru. Prof Ridha hadir di Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru, pada Senin (20/11).

Dalam penyuluhan bertajuk 'Penyelematan Generasi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045' Prof Ridha meminta kepada para santri pesantren agar tidak merasa ketinggalan zaman karena tidak menggunakan gadget dalam hal ini handphone.

"Karena di pesantren tidak dibolehkan menggunakan handphone mereka (para santri) tidak boleh merasa minder dan merasa ketinggalan zaman. Para santri harus sadar bahwa kalian adalah generasi yang diharapkan untuk bisa bersaing secara nasional dan juga global," tutur Prof Ridha.

Dirinya juga mengingatkan para santri agar tidak kebablasan dalam menggunakan gadget saat mereka tidak berada di pesantren.

"Karena bahaya gadget itu ada dua faktor yakni posisi dan durasi. Sehingga ketika kalian kembali ke rumah jangan langsung kebablasan menggunakan handphone. Tidak menggunakan gadget itu bukan kesalahan tetapi itu bisa menjadi kesempatan memperkuat berfikir tanpa diganggu eksternal," ucap Prof Ridha.

Dalam kesempatan itu, Prof Ridha menerangkan fakta yang bisa mengancam para generasi muda terkait penggunaan gadget yang tidak tepat. Penggunaan gadget yang tidak tepat lanjut Prof Ridha akan berakibat terhadap kelumpuhan atau kecacatan.

Alhasil, bonus demografi di mana usia produktifnya jauh lebih tinggi di kisaran angka 75 persen yang tengah dihadapi Indonesia saat ini justru bisa berujung menjadi bencana demografi.

"Sehingga niat menuju Indonesia Emas 2045 tentunya tidak akan bisa terwujud. Untuk itu perlu disampaikan bahwa gadget yang pada fungsinya sangat baik dalam penyerapan informasi namun juga memiliki dampak yang buruk untuk kesehatan fisik dan mental jika tidak bijak dalam pemanfaatannya," terang Prof Ridha yang juga berstatus sebagai dokter ahli spsesialis bedah saraf itu.

Di mana Prof Ridha kembali mengulang dua faktor penyebab penggunaan gadget yang tidak tepat, yakni, posisi dan durasi.

"Jika menggunakan gadget dengan posisi yang meyebabkan adanya tekukan pada leher, maka akan ada beban yang ditanggung. Semakin dalam tekukan itu, maka akan semakin berat beban yang ditanggung leher," terang Guru Besar Fakultas Kedokteran USU itu.

Jika ini berlangsung singkat atau hanya beberapa menit lanjut Prof Ridha, hal itu tidak begitu berdampak.

"Tapi jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher. Gejalanya yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar," ujarnya.

Dulunya gejala ini ungkap Prof Ridha, sering dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tapi sekarang mulai dirasakan remaja baik tingkat SMA, SMP bahkan anak SD.

"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf," ucapnya lagi.

Kematian saraf ini ungkap Prof Ridha jauh lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa dan seksualitas bagi kaum lelaki hilang.

"Jika seperti ini maka tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan," sebutnya.

Sehingga yang terjadi, 5 hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat. Untuk itulah dirinya menganggap pentingnya gerakan gadget sehat hadir di Indonesia dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari situasi bonus demografi.

"Sekali lagi saya ajak agar memanfaatkan bonus demografi agar Indonesia bisa masuk jajaran lima besar dunia dan tujuan mulia penyelamatan generasi bangsa menuju Indonesia Emas 2045 bisa terwujud," harap Prof Ridha.

Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru, Syekh Haji Ismail Royan mengaku jika acara ini terselenggara berkat undangan dari teman semasa sekolah di SMP.

"Pesannya bahwa bangun terus silaturahmi dan jalin hubungan yang baik. Sehingga ke depan dengan banyaknya hubungan relasi akan memudahkan kalian untuk mendapatkan kesempatan bersaing baik secara lokal, nasional bahkan secara global," ungkap Syekh Ismail Royan.

Selain pondok ikhwan, Prof Ridha juga memberikan penyuluhan gadget sehat di pondok pesantren Babussalam akhwat.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi