Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) berjalan di area kandangnya di Kebun Binatang Medan (Medan Zoo) pada Selasa (9/1) (Analisadaily/Cristison Sondang Pane)
Analisadaily.com, Medan - Taman Margasatwa Medan (Medan Zoo) terus menjadi perhatian publik setelah berbagai masalah bermunculan, terutama hewan langka yang mati dalam waktu berdekatan, kemudian fasilitas belum memenuhi standar pengelolaan, seperti kandang, dan pengunjung yang kian sepi.
Jumlah Harimau di Medan Zoo yang berdiri sejak tahun 1952 itu sebanyak 10 ekor, enam merupakan Harimau Benggala (Panthera tigris bengalensis) dan empat Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Namun belakangan jumlah tersebut berkurang karena tiga diantaranya mati dalam waktu dua bulan.
Tiga ekor Harimau sudah mati, yaitu Harimau Sumatera bernama Erha 6 November. Dua pekan kemudian Harimau Benggala bernama ‘Avatar’ 15 November. Satu sebulan berikutnya Harimau Sumatera bernama ‘Nurhaliza’ 31 Desember. Ketiganya mati dalam tahun 2023.
“Mati karena sakit,” kata Kepala Tata Usaha Taman Margasatwa Medan, Ahmad Juliansyah saat ditemui di Medan Zoo di di Kelurahan Simalingkar B, Medan Tuntungan, Kota Medan, Selasa (9/1).
Tidak hanya tentang satwa yang mati, fasilitas kebun binatang yang dikelola Pemerintah Kota Medan tersebut pun patut diperhatikan, karena tidak sesuai dengan standar pengelolaan Lembaga Konservasi, termasuk kandang banyak rusak, yang berakibat pada penurunan kesehatan satwa.
Salah satu dari beberapa kandang satwa yang tidak dipergunakan lagi dan belum diperbaiki di Medan Zoo
Saat ini, Ahmad mengatakan, koleksi hewan di Medan Zoo sebanyak 115 spesies. Di tengah kondisi fasilitas yang kurang mendukung, tentu pengelola harus memberikan perhatian yang serius demi keberlanjutan hidup satwa-satwa yang ada di sana. Bila tidak segera diatasi, dampak negatifnya akan semakin meluas, termasuk pada kehadiran pengunjung. Apalagi sekarang, wisatawan yang datang ke Medan Zoo tidak lagi ramai.
“Pengunjung yang datang sepi, berkurang lah,” ucap Ahmad, sembari berharap Pemerintah agar memberikan perhatian yang lebih serius terhadap pengelolaan Medan Zoo dan para pekerjanya yang terus kerja melakukan perawatan.
Seorang pengunjung, Rumanti Pasaribu, bercerita saat berkeliling kebun binatang menyampaikan perbedaan yang dia lihat beberapa tahun lalu dengan sekarang. Menurut dia, kondisi kebun binatang saat ini memprihatinkan, dulu itu masih ramai, padat, sekarang sudah berkurang. Koleksi hewannya juga sudah mulai berkurang atau tidak seperti sebelumnya.
“Jadi itu bisa mengurangi niat untuk datang ke sini. Saya terakhir datang ke sini pada tahun 2014 atau 2015, saat itu hewannya masih banyak dan sehat-sehat. Tapi sekarang kok jadi kayak gini. Kandangnya pun memprihatinkan, kayak udah gak diurus gitu, kasihan. Atau memang gak di ‘ini’ lagi ya,” kata Rumanti, sembari menunjuk ke arah seekor Harimau Benggala warna putih yang kurus berjalan di area kandangnya.
Seorang pengunjung saat melihat Harimau Benggala di Medan Zoo
“Kalau boleh yang ada saat ini diurus lah, misalnya seperti Harimau itu kasihan ya. Di uruslah agar lebih baik lagi, terus kalau bisa juga ya ditambah koleksinya. Saya melihat sekarang tidak sesuai harapan,” tutur Rumanti, yang datang bersama keluarganya.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara, Rudianto Saragih Napitu, dalam siaran persnya mengatakan, pemantauan terhadap Lembaga Konservasi Medan Zoo sejak April 2023, dan didapatkan fakta bahwa pengelolaan satwa belum memenuhi standar pengelolaan Lembaga Konservasi, terutama animal walfare, fasilitas kandang dan tata kelola lingkungan.
Hal itu terlihat dari kandang satwa buas yang kurang baik seperti kandang yang sudah mulai rusak dan lembab mengakibatkan penurunan kesehatan satwa.
“Kami telah memanggil manajemen Medan Zoo pada November 2023 untuk melaporkan perkembangan atas hasil monitoring. Mereka mengalami beberapa kendala dan kesulitan dalam operasional, sehingga rekomendasi BBKSDA Sumatera Utara belum mengalami kemajuan yang berarti,” kata Rudianto, Kamis (4/1) setelah Harimau Sumatera bernama ‘Nurhaliza’ alias ‘Putri’ ditemukan mati pada 31 Desember 2023.
Burung Merak berada di dalam kandang di Kebun Binatang Medan
Harimau Sumatera “Nurhaliza” merupakan harimau betina berumur 9 tahun dengan berat badan diperkirakan 50 kg. HS terakhir dilakukan medical check up
pada 14 November 2023 dengan hasil pemeriksaan adanya gangguan paru, nafas tersengal-sengal dan bersuara.
Lalu, adanya peradangan dalam gambaran darah dan peningkatan BUN yang terkorelasi dengan hasil USG (penebalan dinding pelvis renalis dan dinding vesika urinaria), kondisi gigi kurang baik yang ditandai dengan penumpukan karang gigi. Diagnosa hasil medical check up saat itu pneumonia dan renal disease.
Kata dia, sebelum mengalami kematian, “Nurhaliza” terlihat lesu, nafsu makan turun dari satu bulan yang lalu, disertai nafas berat dan berbunyi; pergerakan lambat dan lemah; serta nafas sesak dan sering muntah setelah makan.
Balai Besar KSDA Sumatera Utara bersama mitra telah melakukan penanganan satwa Medan Zoo, antara lain: pengecekan rutin kesehatan satwa bersama tim medis yang terdiri atas dokter hewan Balai Besar KSDA Sumatera Utara, praktisi dokter hewan Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), dan Lembaga Konservasi (LK) di Sumatera Utara, membantu pakan satwa dan tenaga perawat satwa (keeper) sebanyak 3 orang sejak Desember 2023 dari anggota PKBSI di Sumatera Utara, serta bantuan obat-obatan dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
Upaya penyelamatan satwa menjadi prioritas, sehingga memerlukan dukungan dan perhatian dari para pihak, terutama dari Pemerintah Kota Medan. Kondisi lingkungan yang kondusif sangat diperlukan untuk pemulihan satwa yang berada di dalam Medan Zoo. Oleh karena itu, BBKSDA Sumatera Utara meminta Direksi Perusahaan Daerah Pembangunan Kota Medan sebagai pengelola tetap melakukan langkah penyehatan satwa dan memperbaiki kondisi lingkungan Medan Zoo sehingga layak dikunjungi.
(CSP)