PKM Unimed Meningkatkan Konektivitas Desa 3T Implementasi Modul Pemancar Sinyal dan Data Menuju Desa Terkoneksi (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Simalungun - Dalam upaya meningkatkan konektivitas di Desa Nagori Siporkas, Kabupaten Simalungun, yang termasuk dalam wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), tim pengabdian masyarakat (PKM) dari Universitas Negeri Medan (Unimed) melaksanakan program bertajuk "Peningkatan Konektivitas Desa 3T: Implementasi Modul Pemancar Sinyal dan Data Menuju Desa Terkoneksi."
Program ini dipimpin oleh Ir. Dr. Syafiatun Siregar, S.T., M.T., sebagai Ketua Tim Pengusul, dengan dukungan dari Ir. Mhd. Dominique M., S.E., M.M., Ir. Olnes Yosefa Hutajulu, S.Pd., M.Eng., Ir. Fahmy Syahputra, S.Kom., M.Kom., dan Asrah Rezki Fauzani, M.Pd., sebagai anggota tim. Kegiatan ini berlangsung Sabtu, (29/7), dengan melibatkan aparat desa, tokoh masyarakat, serta penduduk setempat.
Ketua Peneliti, Ir. Dr. Syafiatun Siregar, S.T., M.T., beliau menyampaikan bahwa program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan konektivitas, tetapi juga untuk membuka peluang baru bagi masyarakat desa dalam mengakses informasi dan pendidikan. "Kami berharap dengan adanya konektivitas yang lebih baik, masyarakat di Desa Nagori Siporkas dapat lebih mudah mengakses berbagai informasi penting, yang selama ini sulit dijangkau.
Dengan teknologi Starlink, kami yakin ini akan menjadi langkah awal untuk mendorong perkembangan desa yang lebih inklusif dan memungkinkan masyarakat, termasuk para siswa, untuk mengakses informasi tanpa harus mencari tempat tertentu atau pergi ke kota untuk memperoleh sinyal internet," ungkapnya.
Pada tahap awal, program ini dimulai dengan pengenalan pentingnya konektivitas digital dan infrastruktur telekomunikasi bagi perkembangan desa-desa di wilayah 3T. Para peserta diperkenalkan pada konsep dasar teknologi jaringan dan pemancar sinyal, termasuk cara kerja modul pemancar sinyal dan data Starlink yang akan diimplementasikan.
Starlink, sebagai teknologi satelit modern, dipilih karena kemampuannya untuk menyediakan akses internet di daerah-daerah terpencil yang sebelumnya tidak terjangkau oleh infrastruktur telekomunikasi konvensional. Tim juga menjelaskan bagaimana teknologi ini dapat membuka akses informasi, pendidikan, dan peluang ekonomi bagi masyarakat desa yang sebelumnya terisolasi dari perkembangan digital.
“Setelah sesi teori, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan praktis mengenai instalasi dan pemanfaatan modul pemancar sinyal dan data Starlink. Masyarakat diajarkan cara memasang dan mengoperasikan perangkat ini, serta bagaimana memanfaatkan jaringan yang tersedia untuk berbagai kebutuhan, seperti komunikasi, pendidikan jarak jauh, dan akses informasi. Sesi ini dirancang untuk memberikan pengalaman langsung dalam meningkatkan konektivitas di desa, dengan tujuan menjadikan Desa Nagori Siporkas sebagai desa yang lebih terhubung dengan dunia luar,” tambahnya.
Program ini juga memberikan dampak signifikan terhadap para siswa di Desa Nagori Siporkas. Selama ini, para siswa harus memanjat pohon atau mendaki bukit hanya untuk mendapatkan sinyal internet yang sangat terbatas dan tidak stabil.
Dengan adanya modul pemancar Starlink, para siswa kini dapat mengakses internet secara langsung di desa mereka, tanpa harus menempuh risiko dan kesulitan yang selama ini mereka alami. Akses internet yang lebih baik ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar daring, yang sebelumnya sangat sulit dilakukan.
“Selain itu, konektivitas yang ditingkatkan melalui Starlink ini juga membuka peluang baru bagi masyarakat desa dalam mengembangkan dan memasarkan komoditas pertanian mereka, seperti nira, kolang-kaling, dan beras. Dengan akses ke informasi terbaru mengenai teknik pertanian, harga pasar, dan peluang perdagangan, masyarakat dapat mengoptimalkan hasil pertanian mereka dan menjangkau pasar yang lebih luas, baik secara lokal maupun global. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi desa secara keseluruhan,” katanya.
Pada tahap pelaksanaan kegiatan, para peserta diajak untuk melakukan observasi dan refleksi terhadap dampak langsung dari peningkatan konektivitas di desa mereka. Dalam sesi ini, masyarakat melihat bagaimana pemancar sinyal yang dipasang dapat memperluas jangkauan telekomunikasi dan akses internet di wilayah mereka. Proses ini diharapkan dapat memotivasi mereka untuk lebih aktif menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk pengembangan desa.
“Setelah kegiatan utama, evaluasi menyeluruh dilakukan untuk menilai sejauh mana program ini berhasil meningkatkan konektivitas di desa. Masyarakat berdiskusi mengenai manfaat yang telah mereka rasakan, serta bagaimana teknologi ini mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Hasil dari evaluasi ini menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam akses komunikasi dan informasi di Desa Nagori Siporkas, yang berdampak positif pada berbagai aspek kehidupan desa,” imbuh Syafiatun.
Setelah pelaksanaan program, masyarakat mulai menunjukkan perubahan dalam cara mereka berinteraksi dan memanfaatkan teknologi. Dengan konektivitas yang lebih baik, mereka lebih percaya diri dalam menggunakan perangkat digital untuk berbagai keperluan. Modul pemancar sinyal yang telah diimplementasikan juga menjadi sarana penting dalam mendukung komunikasi dan akses informasi di desa.
“Dampak dari program pengabdian ini tidak hanya dirasakan oleh para peserta, tetapi juga oleh seluruh komunitas desa. Dengan peningkatan konektivitas, Desa Nagori Siporkas dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi, memastikan bahwa masyarakat siap menghadapi tantangan di era digital. Program ini telah berhasil membuka wawasan baru bagi masyarakat, memberikan mereka alat dan pengetahuan yang diperlukan untuk terus maju di dunia yang semakin terhubung,” tutupnya.
(REL/BR)