Festival Laras Lembah : Berdayakan Lansia Mengolah Limbah Jadi Karya Seni Rupa (Analisadaily/irin juwita)
Analisadaily.com, Medan - Festival Laras Lembah (Lansia Merias Serat Limbah) hadir untuk memberdayakan para lanjut usia (Lansia) agar bisa berkarya dengan pengolahan limbah menjadi karya seni rupa dan mengubah pandangan masyarakat terhadap lansia dan limbah, menjadikannya lebih berguna dan bernilai.
Kegiatan budaya memanfaatkan Jambur Ribu yang terletak di pinggir Sungai Bekala, festival ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang kreativitas, tetapi juga sebagai sarana untuk memberikan teladan kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga lingkungan.
"Festival ini sebagai upaya memberi ruang kreatif kepada lanjut usia yang sudah dianggap tidak produktif dan terkesan disisihkan," kata Farida Lisa Purba sebagai inisiator Festival Laras Lembah, dalam konfrensi pers yang digelar di Teater Rumah Mata, Kamis (20/3/2025).
Dikatakannya, kegiatan ini berfungsi juga menjadi ruang pertemuan, rekreasi, healing, dan menumbuhkembangkan potensi kreatif yang dimiliki setiap manusia dan terciptanya program kreativitas budaya untuk para lansia.
"Dalam festival ini para Lansia akan dibekali dengan Workshop dan Pelatihan mengelola limbah jadi karya seni rupa berbentuk lukisan, ecoprint, handycraft, instalasi, ukiran. Kemudian juga menghadirkan pertunjukan Performing Art Lansia. Imajinasi Lansia juga akan kita kembangkan bersama pegiat seni rupa di Sumatera Utara membangun Instalasi Serat Limbah," ujarnya.
Puncak acara Festival Laras Sembah akan digelar pada 18-19 April di Jambur Ribu, Jalan Kapiten Purba, Simalingkar, Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan. Sebelumnya ada beberapa rangkaian kegiatan festival mulai dai susur Sungai Babura dan Deli, menjelajah sampah kota, perekrutan dan pengorganisiran panggung kreativitas lansia, workshop dan lainnya.
"Dan Performing Art Lansia "Kami Bukan Limbah", 19 April 2025. Layar tancap film dokumenter proses lansia mengelola serat limbah, 19 April 2025," ungkapnya.
Farida mengungkapkan festival ini akan memiliki manfaat untuk lansia dan masyarakt seperti memberdayakan para Lansia sebagai insan yang kreatif dan produktif dalam mengelola limbah di sungai dan kota, menghadirkan ruang publik baru yang dapat dikembangkan fungsinya sebagai ruang pertemuan, rekreasi, healing dan pusat kreativitas lansia.
Selain itu, menjadikan jambur dan sungai sebagai panggung ekspresi diri para Lansia yang berpotensi menjadi ekonomi kreatif. Terciptanya Ekosistem kesenian yang dapat dikembangkan dan lanjutkan dalam merawat lingkungan serta sungai yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat kota Medan.
"Kami juga merancang sebuah program berkelanjutan setelah Festival Laras Sembah yaitu Ruang Lansia Menata Masa Depan, sebuah program memposisikan lansia sebagai agen perubahan dan Sanggar Kreativitas Budaya Lansia, tempat yang menjadi ruang pertemuan para Lansia untuk berkarya," ungkapnya.
Agus Susilo, pemilik Teater Rumah Mata dan panitia kegiatan ini Festival Laras Lembah melibatkan sekitar 70 lansia. "Kami ingin menunjukkan bahwa lansia tidak seharusnya dianggap sebagai limbah. Mereka memiliki banyak hal untuk ditawarkan," katanya.
"Kami melihat kesamaan antara limbah dan lansia. Keduanya sering kali dibuang dan dianggap tidak berguna. Namun, dengan pendekatan yang tepat, keduanya dapat memberikan nilai tambah," sambungnya.
Agus berharap untuk menciptakan program berkelanjutan, Festival Laras Sembah diharapkan dapat menjadi jembatan bagi lansia untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan merayakan kreativitas mereka.
(WITA)