Belajar dari Museum National of China

Belajar dari Museum National of China
Suasana di depan pintu masuk Museum National of China (Analisa/nirwansyah sukartara)

Analisadaily.com, Beijing - Sebagai negara yang memiliki nilai sejarah yang kuat, Indonesia sepertinya perlu meningkatkan pengelolaan museumnya. Museum National of China merupakan salah satu pengelolaan museum yang layak dicontoh.

Deretan pengunjung sudah berbaris dengan rapi di sisi timur Lapangan Tiananmen, Beijing tepat Pukul 09.30 waktu Beijing, Minggu (27/7/2025). Mayoritas dari mereka ada yang masih anak-anak, remaja bahkan lanjut usia. Mereka antre di bawah terik matahari yang begitu menyengat di Kota Beijing. Keringat mereka bercucuran dan tak sedikit pula dari mereka membawa kipas angin elektrik ukuran kecil dan memakai payung.

Kondisi yang sama juga terlihat di dalam museum. Mereka berbaris dengan rapi untuk menunggu arahan masuk ke dalam Museum National of China.

Suasana antre pengunjung yang mau masuk ke Museum National of China
Masuk ke dalam Museum National of China gratis. Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok tidak mengenakan biaya kepada pengunjung yang datang. Hanya saja sebelum masuk ke museum, pengunjung harus reservasi terlebih dahulu agar bisa dijadwalkan untuk masuk.

Jumlah pengunjung yang datang ke museum saat itu membludak kebetulan karena saat ini di Beijing sedang masuk musim panas. Banyak anak-anak libur yang libur sekolah. Museum Nasional China menjadi tujuan banyak warga lokal maupun wisatawan mancanegara karena tempatnya yang nyaman dan dingin. Gedungnya juga sangat megah. Sangat pas menjadi tempat liburan keluarga dan membawa anak-anak mengenal sejarah Tiongkok.

Tim Analisadaily mendapat kesempatan dari Konsulat Jenderal Tiongkok di Medan untuk masuk ke dalam Museum National of China, salah satu museum yang memiliki pengelolaan yang begitu baik dan populer di dunia.

Salah satu artefak yang ada di Museum National of China
1.430.000 koleksi

Museum ini memiliki koleksi begitu lengkap. Mulai dari artefak kuno hingga seni modern. Zhao Mengyang, salah seorang petugas di Museum National of China menyebutkan bahwa saat ini total koleksi artefak yang ada di Museum National of China berjumlah 1.430.000 koleksi. Jumlah ini ada yang original dari peninggalan kaisar Tiongkok di zaman kuno sampai dengan zaman moderen saat ini.

Selain itu, museum yang terdiri dari empat lantai ini berisi aneka dokumen sejarah peradaban dan kisah perjuangan politik Tiongkok. Di lantai atas museum terpajang aneka benda-benda seni kuno era pemerintahan kekaisaran, kemudian alat-alat teknologi canggih milik Tiongkok hingga deretan batu giok yang menjadi khas negeri tirai Bambu tersebut.

Dari museum ini, Tiongkok ingin mengatakan bahwa mereka sangat kuat dalam inovasi teknologi. Penemuan seperti kertas, percetakan, kompas, mesiu dan porselen merupakan hal-hal yang dicapai rakyat Tiongkok.

Bukan hanya itu artefak artefak kuno dari 2000 sampai 3000 tahun yang lalu juga tersusun rapi di Museum National of China. Beberapa artefak yang ditemukan 3000 tahun lalu itu seperti Hou Mu Wu Bronze Ding (food container) yang dulu digunakan untuk menyimpan daging juga masih ada. Begitu juga dengan beberapa peninggalan Dinasti Shang seperti artefak yang dihiasi empat kepala domba dan lainnya.

Ada juga artefak Zi Long Bronze Ding yang terbuat dari tembaga. Artefak ini sempat hilang dan berhasil kembali ditemukan oleh Pemerintah Tiongkok di Jepang tahun 2005 lalu.

"Di tahun 2026, Pemerintah Tiongkok berhasil membawa artefak ini kembali ke Museum National of China," kata Zhao Mengyang sambil menunjukan bentuk artefak tersebut.

Keberhasilan Pemerintah Tiongkok membawa artefak-artefak zaman kuno yang hilang ini patut diapresiasi. Seperti diketahui bahwa Indonesia juga banyak memiliki artefak zaman kuno yang diyakini masih ada di berbagai daerah dan sangat layak dibawa di museum nasional Indonesia. Cara Tiongkok mengumpulkan 1.430.000 koleksi artefak ini harus dicontoh sehingga museum Indonesia menjadi lebih baik ke depan.

Tak hanya beberapa artefak tersebut, di dalam Museum National of China juga ada tulisan tradisional kuno yang terletak di cangkang atau di tulang hewan. Dari benda ini diketahui bahwa 3000 tahun lalu, rakyat di Tiongkok bisa menulis dengan mudah saat di cangkang atau tulang hewan. Ada juga tempat-tempat dari tembaga yang dipakai oleh rakyat Tiongkok untuk menyimpan tempat wine. Bahkan kulkas rakyat Tiongkok di ribuan tahun lalu juga ditemukan di Museum National of China.

Salah replika pagoda tertua di Tiongkok yang diletak di Museum National of China
Beberapa artefak peninggalan dinasti lainnya yakni Qin and Han juga menjadi bagian koleksi dari Museum National of China. Di zaman Dinasti Han, ada jas pemakaman giok bertali benang emas. Kalau di Indonesia ini seperti kain kafan yang digunakan saat meninggal dunia. Masih banyak lagi peninggalan artefak zaman dinasti Zhou, Song, Dinasti Ming dan Qing termasuk mahkhota milik istri kaisar yang ada di Museum National of China.

Selain yang original, ada juga beberapa replika yang ada di sana. Replika patung kuda dan replika pagoda kayu paling tua di Tiongkok.

Untuk pembuatan museum yang perhari nya ini dikunjungi sekitar 30 ribu pengunjung ini, Pemerintah Tiongkok benar-benar serius mengelolanya. Sebelum museum ini diresmikan pada tahun 2003, museum ini telah melakukan proses perencanaan dan pembangunan yang begitu panjang dan matang. Museum ini merupakan museum gabungan dari dua museum yang pernah ada di Tiongkok sebelumnya. Kedua museum itu yakni Museum of the Chinese Revolution dan National Museum of Chinese History. Koleksinya juga digabungkan. Tak heran museum ini banyak memiliki koleksi dan menjadi daya tarik wisatawan dunia. Jika berkunjung ke Beijing, maka jangan lupa singgah mencari tahu peninggalan artefak-artefak Tiongkok di Museum National of Beijing.

Penulis:  Nirwansyah Sukartara
Editor:  Bambang Riyanto

Baca Juga

Rekomendasi