Buku Cetak Masih Dibutuhkan Dalam Proses Belajar di Masa Pandemi

Buku Cetak Masih Dibutuhkan Dalam Proses Belajar di Masa Pandemi
Webinar bertema 'Eksistensi Buku Cetak Sebagai Literasi Utama Dalam Pendidikan di Era New Normal'. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Rudianto mengatakan, webinar yang membahas literasi sangat luar biasa. Mencerahkan, tidak hanya di kalangan mahasiswa tetapi juga dosen.

Apalagi, lanjutnya, topik yang dibahas terkait eksistensi buku cetak sangat relevan. Rudianto menjadi narasumber dalam webinar tentang literasi media untuk memahami informasi dunia pendidikan di masa pandemi Covid-19.

"Banyak dari kalangan guru dan kepala sekolah, problem utamanya yakni berhadapan dengan teknologi dan digital. Juga kesulitan menggerakkan anak-anak untuk gemar membaca," katanya, Jumat (24/7).

Anak-anak pada masa saat ini, apalagi pada masa pandemi, didorong pembejaran online dan memegang gadget. Hal ini justru terjebak pada aktivitas membaca tekstual. Ironisnya, handpone ternyata lebih banyak dimanfaatkan untuk membuka visual, mengakses sosial media, dan sebagainya.

"Mereka lalai dan sedikit santai memegang gadget untuk belajar, tetapi pulsanya habis untuk akses YouTube, dan main game, dan sama sekali tidak membaca," sebutnya.

Menurut Rudianto, berbeda dengan di Finlandia. Jumlah akses buku di negara tersebut sangat besar di masa pandemi. Misalnya, penduduk hanya 5 juta, tetapi akses buku sampai 68 juta.

"Melihat webinar ini saya senang sekali. Apalagi yang dibahas tentang buku. UMSU sendiri mendorong semua dosen untuk aktif menulis apa saja. Apresiasi juga kepada Relawan Perputakaan yang telah melahirkan dua buku," ucapnya dalam webinar nasional ini.

Webinar bertema 'Eksistensi Buku Cetak Sebagai Literasi Utama Dalam Pendidikan di Era New Normal' menghadirkan narasumber Assistant Managing Director of Young Readers, Reference and Digital Products, Fikri Somyadewi.

Dikatakan Fikri, buku cetak masih dibutuhkan di era masa pandemi ini, karena memang Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau belajar online tidak hanya melulu di depan komputer atau laptop, tetapi juga tetap membutuhkan buku sebagai panduan atau sebagai referensi utama dalam suatu pembelajaran.

"Bicara dunia pendidikan, penggunaan buku untuk belajar dari rumah merupakan alat bantu. Tidak murni hanya melihat gadget, tetapi tetap menggunakan buku. Anak-anak perlu mencoret-coret buku atau membaca buku tersebut," sebutnya.

Dia menegaskan, harus ada pembatasan penatapan layar komputer, tidak bisa murni online. Buku saat PJJ tetap sangat dibutuhkan, karena ada fakultas atau prodi yang terkait pengembangan profesi, bahkan ada buku wajib dimiliki karena sebagai panduan utama.

"Ini terjadi tidak hanya di Indonesia, tapi di negara maju. Untuk referensi utama tetap menggunakan buku cetak, meskipun dosen mengajari online," ungkapnya.

Dia menyebut, kuliah online sebenarnya menyusahkan dosen, namun situasi menuntut demikian. Buku cetak masih dipakai sebagai sumber ajar dan mahasiswa juga kesulitan kuliah online, apalagi tanpa buku.

"Karena menghadiri kuliah online butuh koneksi internet bagus, laptop yang berfungsi komplit (kamera video dan suara), dan uang pulsa. Jadi, penggunaan buku cetak itu masih dibutuhkan," terangnya.

Webinar yang dihadiri kalangan mahasiswa, dosen, kepala perpustakaan, guru, dan praktisi diisi dengan sambutan Asisten Manager Erlangga, Damares Purba, Ketua Relawan Perpustakaan UMSU, Oktia, dan pemaparan Syaiful Syafri, mantan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provsu.

"Saya mendukung Relawan Perpustakaan UMSU yang aktif dan kreatif di masa pandemi Covid-19 dengan menerbitkan buku," tandas Syaiful.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi