Peringati Hari Sumpah Pemuda, Dispora Sumut Gelar FGD

Plt. Kadispora Sumut Prihatin Pemuda Sekarang Sulit Bersatu

Plt. Kadispora Sumut Prihatin Pemuda Sekarang Sulit Bersatu
Dispora Sumut menggelar FGD dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Sumatera Utara menggelar Focus Group Discussion (FGD) selama dua hari di Aula Dispora Sumut.

Ketua panitia, Zulham Efendi Siregar mengatakan, kegiatan ini berlangsung selama dua hari tanggal 24 dan 25 November yang diikuti organisasi kepemudaan, kemahasiswaan dan kepelajaran serta badan eksekutif mahasiswa.

"Hari ini pesertanya sekitar 50 orang yang terdiri dari organisasi kepemudaan di Sumut dan besok juga sekitar 50 orang yang terdiri dari BEM di Kota Medan dan sekitarnya," kata Zulham, Selasa (24/11).

Sementara dalam pidato pembukaannya, Plt. Kadispora Sumut, Baharuddin Siagian, mengimbau agar pemuda mampu memberikan ide-idenya untuk pembangunan bangsa.

Namun di sisi lain Bahar mengaku prihatin melihat fenomena saat ini karena pemuda Indonesia sulit untuk bersatu.

"Tahun 1928 anak-anak bangsa ini bisa bersatu. Namun saat ini KNPI saja tidak bisa bersatu. Ini yang harus kita luruskan," sebutnya.

"Saat ini Gubernur Sumut sedang giat mencari investor. Syaratnya investor mau datang ke Sumut harus aman, izin gampang, energinya harus ada. Pak Gubernur sedang merancang pembangkit listrik tenaga uap di Batubara. Kalau ini udah jadi, pasti banyak investor yang datang khususnya untuk mengisi KEK Sei Mangkei. Targetnya tenaga kerja akan terserap jika investor masuk dan ini harus didukung oleh pemuda," ungkap Baharuddin.

Hadir sebagai narasumber dalam FGD tersebut antara lain Anggota DPD RI, Dedi Iskandar Batubara dan Pabandya Wanwil Sterdam I/BB Mayor Inf. Fuguh Prasetya yang mewakili Pangdam I/Bukit Barisan.

Dalam paparannya Dedi Iskandar mengaku bangga dengan para pendahulu yang berhasil merumuskan Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928.

Sebagai senator, Dedi sering bertemu pejabat negara lain. Dalam pertemuan itu ia kerap menggunakan bahasa Indonesia untuk memperkenalkan identitas bangsa kepada pihak asing.

"Ketika saya bertemu dengan orang asing, makan malam bersama, bahasa pengantar kita gunakan bahada Inggris. Namun di sela pembicaraan saya selalu gunakan bahasa Indonesia agar mereka tau inilho bahasa bangsa saya," ungkap Dedi yang pernah menjadi Sekretaris KNPI Sumut.

Lebih jauh Dedi menyebut Bahasa Indonesia sudah selayaknya dijadikan bahasa internasional karena penuturnya sangat banyak di dunia.

"Kalau diakumulasi penuturnya hampir setengah miliar orang di dunia. Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai, sebagian Thailand dan Filipina menuturkan bahasa melayu. Makanya saya bangga menggunakan bahasa Indonesia. Saya perjuangkan bagaimana bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional," sebutnya.

"Kita bangga ketika para pemuda tahun 28' bersepakat mengenai identitas nasional. Bagaimana jika Jong Java bersikukuh bahasa jawa yang dijadikan sebagai bahasa nasional. Namun mereka sepakat untuk menggunakan bahasa Indonesia yang sejatinya merupakan bahasa melayu," ungkap Dedi.

Sama seperti yang disampaikan Kadispora Sumut, Dedi juga mengaku prihatin dengan kondisi pemuda saat ini.

Menurutnya banyak anak muda yang tidak bangga dengan identitas bangsanya dan sering terkotak-kotak karena ego sektoral.

"Namun kekinian banyak anak muda kita yang krisis identitas bangsa. Kita sering terjebak dalam ego sektoral. Semangat persatuan kita kalah jauh dari anak muda tahun 20-an. Mereka mampu mengenyampingkan ego sektoral, mereka mampu menyingkirkan diri dari merasa besar," ujar Dedi.

"Mari bijak dan cerdas dalam menggunkan media sosial. Banyak diantara kita yang kebablasan dalam menggunakan instrumen teknologi," imbaunya.

Di akhir paparannya, Dedi mengajak seluruh pemuda, khususnya peserta FGD yang hadir untuk menjadi relawan bangsa demi kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Kita harus siap menjadi relawan. Menyiapkan tenaga, uang dan pikiran untuk membantu saudara dengan sukarela. Kita harus menyiapkan diri menjadi relawan bagi orang lain."

"Kita harus terbuka dalam menerima hal dan pemikiran baru, nggak boleh tertutup. Karena setiap zaman pasti ada perubahan yang harus bisa kita terima. Terakhir, tingkatkan literasi, perbanyak membaca karena itu modal kita untuk masa depan," tukasnya.

Sementara Mayor Inf. Fuguh Prasetya menyebut negara ini tidak bisa berdiri sendiri tanpa didukung oleh seluruh warga negara, khususnya pemuda.

"Kita harus lihat semangat perjuangan para pendahulu kita untuk sama-sama bersatu membangun bangsa," ujarnya.

(EAL)

Baca Juga

Rekomendasi