Antigen, Gaya Hidup Baru Kami

Antigen, Gaya Hidup Baru Kami
Petugas tenaga kesehatan tampak melakukan pengambilan sampel saat tes cepat antigen dengan layanan tanpa turun. (Analisadaily/Qodrat Al-qadri)

Analisadaily.com, Medan - "Aku mau swab dulu lah sebelum kita nongkrong, setelah itu baru kita cari tempat untuk makan, cocok kalian rasa?" kata Indah saat menceritakan kembali penggalan percakapannya.

Logat khas Medan nya yang kental, disambut baik oleh teman-teman Indah yang lain seperti Fitri, Iqbal, dan Danang. Iqbal yang duduk dibalik kemudi tanpa ada perintah lanjut pun langsung mengarahkan mobil nya ke salah satu rumah sakit swasta di bilangan Gatot Subroto yang tentunya melayani swab cepat layanan tanpa turun.

Hari itu memang tidak seperti hari biasa. usai terjadinya fenomena gerhana bulan total pada Rabu (26/5). Mendadak suhu di "Kota Berbilang Kaum" ini panas, dan gerah. Banyak yang mengalami pusing, pegal sendi, bahkan batuk pilek.

Tidak butuh waktu lama, mobil mereka pun tiba di basement rumah sakit, tanpa turun Indah pun pasrah hidung nya kembali di cucuk untuk kesekian kali dengan alat elastis berbulu halus hingga ke pangkal hidung. Menyusul kemudian Iqbal juga menyepakati agar juga di swab, lalu diakhiri Danang.

Hanya Fitri lah yang sungkan, ternyata dirinya sudah di swab, juga untuk kesekian kalinya saat tiba kembali di Medan sehari sebelum mereka bertemu.

"Aku sudah swab ya, kemarin di bandara, hasilnya negatif. Masa iya kalian ragu sama aku," kata fitri sembari tersenyum.

Hanya butuh waktu sekitar 15 menit, hasil swab antigen ke tiga teman Fitri ini keluar dalam bentuk cetak komputer berstempel resmi rumah sakit. Mereka bertiga, termasuk Fitri ikut lega, karena hasilnya menunjukkan tanda negatif.

Rutin melakukan tes cepat antigen merupakan gaya hidup baru para milenial hingga para lansia di kota-kota besar termasuk Medan.

Indah mengakui, sejak awal disediakannya secara massal swab antigen hingga vaksin tiba dirinya sudah tidak ingat berapa kali dia sudah "ditusuk" lubang hidungnya. Selain karena prokes saat pertemuan dinas di Medan dan karena menjadi syarat utama penerbangan, swab rutin satu bulan sekali dilakukan untuk memantau kesehatan dirinya.

"Saya sudah tidak ingat berapa kali persisnya ini di swab antigen, termasuk seringlah, karena saya kan kerjanya terus bertemu banyak orang, sering bepergian dinas dengan pesawat juga, jadinya ya mau tidak mau harus ikuti protokol itu, ya semacam gaya hidup baru kita lah ini di masa pandemi," kata Indah.

Tidak hanya Indah dan ketiga temannya, hal senada juga kerap dilakukan oleh Paul Rizal, Sekretaris Lurah Sekip, Kota Medan.

Penyintas Covid 19 kategori ringan ini mengakui, tiga bulan terakhir sangat akrab dengan alat tusuk hidung yang elastis tersebut, alasannya tetaplah sama, untuk kepentingan dinas, dan antisipasi diri dan keluarga.

"Saya tahun lalu sempat positif, jadi di tahun ini terlebih tiga bulan terakhir ini ya jadi bagian antisipasi lah, swab antigen paling tidak satu bulan sekali, sesuai keperluan. biar tenang juga saat dinas," kata Paul.

Sementara itu, Rani (23) salah satu petugas medis yang melayani swab antigen lantatur milik perusahaan swasta di kawasan Kecamatan Medan Barat mengakui antusias masyarakat untuk swab antigen meningkat pesat selama satu bulan terakhir ini, dalam sehari pihaknya bisa melayani 200 hingga 500 pasien.

"Kalau dari pengalaman yang kita alami di lapangan, antusias masyarakat kita di Medan terkait antigen ini semakin meningkat, bisa kami melayani antigen hingga 500 pasien, dari pagi hingga malam, mereka ini macam-macam keperluannya, namun paling banyak karena antisipasi sih," kata Rani.

Lebih lanjut, dikatakan Rani sebagian pasien yang ingin swab adalah mereka yang ingin bepergian menggunakan pesawat terbang.

"Umumnya kebanyakan karena antisipasi, saat mereka flu, batuk, daripada menduga-duga mereka lebih memilih di swab antigen, ada juga yang memang mau bepergian dengan pesawat. Kalau mereka dinyatakan positif via antigen, mereka yakinkan dengan metode swab PCR, ya seperti jadi kebiasaan baru masyarakat kita lah ini kalau saya amati, "kata nya.

Begitulah gaya hidup baru yang kini dipaksa untuk "digandrungi" oleh para warga di kota besar, termasuk Medan. Selain biaya kopi, nongkrong, nge-Mall, mereka kini juga harus memikirkan biaya "Swab Antigen" tentunya untuk kesehatan mereka, beruntung jika biaya tes nya ditanggung negara, atau ditanggung perusahaan.

Data BPBD Kota Medan, per Minggu 30 Mei 2021 tercatat jumlah warga yang terkonfirmasi positif Covid 19 menjadi 16.348 jiwa, dengan 564 jiwa korban meninggal dunia. Pemerintah pun terus mengkampanyekan program 5M, dan membatasi kegiatan masyarakat hingga pukul 21.00 WIB setiap harinya.

Penulis:  Qodrat Al-qadri
Editor:  Christison Sondang Pane

Baca Juga

Rekomendasi