Kejari Taput Harapkan Pemkab Transparan Soal Anggaran Penanganan Covid-19

Kejari Taput Harapkan Pemkab Transparan Soal Anggaran Penanganan Covid-19
Kepala Kejaksaan Negeri Tapanuli Utara, Much. Suroyo (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Tarutung - Kejaksaan Negeri (Kejari) Tapanuli Utara (Taput) mengharapkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Taput transparan dan terbuka soal penggunaan anggaran penanganan Covid-19.

"(Harapan) pertama sekali mungkin masalah keterbukaan penggunaan anggaran sehingga masyarakat tau. Ini loh anggaran yang diterapkan untuk Covid. Beli obat sekian," kata Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Taput, Much. Suroyo, didampingi Kepala Seksi Intelijen (Kasintel) Mangasi Simanjuntak, Senin (2/8).

Hal ini disampaikan Suroyo untuk menanggapi adanya dua pegawai Kejari Taput yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) namun kesulitan memperoleh obat-obatan pendukung.

Menurut Suroyo, keterbukaan dan transparansi penggunaan anggaran perlu dilakukan sehingga masyarakat memahami dan mengetahui sasaran anggaran yang dikucurkan dalam penanganan Covid-19, khususnya terkait pengadaan obat-obatan yang kini sulit didapat.

"Lalu sekarang kenyataanya kalau di apotek kok obatnya tidak ada, berarti pengelolaannyakan tidak transparan. Kalau obatnya ada berarti benar-benar diterapkan. Kalau hanya untuk beli vitamin, beli ini beli itu mungkin sudah dibeli tapi untuk obat pendukung, penanganan selama isoman sangat sulit didapat, padahal masyarakat sudah punya kartu BPJS tapi hanya dapat vitamin," ungkapnya.

Berdasarkan informasi diperoleh Analisadaily.com, adapun jenis obat-obatan yang digunakan semasa pandemi Covid-19 yakni, favipiravir 200 mg tablet, remdesivir 100 mg injeksi, oseltamivir 75 mg kapsul, intravenous immunoglobulin 5 % 50 ml infus.

Kemudian intravenous immunoglobulin 10% 25 ml infus, intravenous immunoglobulin 10 % ml infus. Selanjutnya Invermectin 12 mg tablet, tocilizumab 400 mg/20 ml infus, tocilizumab 80 mg/4 ml infus, azithromicyn 500 mg tablet, dan azithromicyn 500 mg infus.

Kejaksaan Negeri Tapanuli Utara sebelumnya mencurigai adanya permainan dalam distribusi dan penyaluran obat-obatan yang mendukung kebutuhan penanganan isolasi mandiri.

"Kemarin kita minta obat sulit sekali. Minta obat namun hanya multi vitamin saja. Obat pendukung untuk obat membantu Imisoman sulit sekali diperoleh. Kita bahkan sudah cari di gudang farmasi dan seluruh apotek yang ada, tapi tidak ada juga," sebutnya.

Saya kira ini ada permainan obat, biar obatnya itu laku beberapa kali lipat dari harga yang seharusnya dibeli. Ini mungkin bisa dijual melampaui harga," ujar Much. Suroyo.

(CAN/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi