Bagi anak petani dari Kota Binjai, Sumatera Utara tersebut, indeks prestasi kumulatif (IPK) 4.00 yang diraihnya tidak terlepas dari kerja keras dan doa dari kedua orangtuanya.

"Penghargaan ini saya dedikasikan untuk ibu saya, Suprapti. Karena dorongan beliau, istri dan anak saya, program magister ini bisa saya selesaikan selama dua tahun dengan nilai yang memuaskan," ujar Beni usai diwisuda, Rabu (5/1).

Menurut pria kelahiran 2 Februari 1987 tersebut, tidak ada sesuatu yang dilakukan secara instan. Perlu kerja keras dari diri kita untuk meraih sesuatu. Termasuk ketika ia diterima menjadi polisi sejak 2006 lalu.

"Jadi tidak ada yang instan. Termasuk lulus menjadi polisi. Jadi anak kampung jangan takut tidak bisa masuk polisi. Selama kompetensi yang dimiliki dikuasai, saya rasa itu bisa dicapai," ujar ayah anak satu tersebut.

Selama dua tahun menimba ilmu di Universitas Pembangunan Panca Budi, Beni harus membagi waktu ekstra keras antara kuliah dengan bekerja. Apalagi saat ini ia dipercaya sebagai polisi di Direktorat Intelkam Polda Sumatera Utara.

Menurutnya sangat penting bagi seorang penyidik untuk terus menggali ilmu pengetahuannya lebih dalam. Jangan sampai katanya, tersangka lebih paham hukum dibandingkan penyidiknya.

"Kejahatan itu terus mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu, polisi harus lebih paham hukum dibandingkan penjahat," sebutnya.

Sang istri, Intan Simbolon yang juga merupakan seorang dokter tersebut mengapresiasi prestasi yang diraih suaminya itu.

"Sebenarnya pesan kami teruslah berprestasi. Semoga ilmu yang didapat menjadi berkah. Dan yang paling penting jangan lupa dengan istri, anak, orangtua dan keluarga," ucapnya.

(NS/BR)