Penabulu dan Yapemmas Ajak Lintas Sektor Eliminasi TB

Penabulu dan Yapemmas Ajak Lintas Sektor Eliminasi TB
Sejumlah perwakilan lintas sektor diabadikan bersama dalam pertemuan tentang penyakit TB di Swisbelin Hotel, belum lama ini. (Analisadaily/Zulnaidi)

Analisadaily.com, Medan - Yayasan Penabulu dengan tim Accelerate dan Yayasan Peduli Kemandirian Masyarakat (Yapemmas) Sumut mengumpulkan sejumlah organisasi lintas sektor di Kota Medan. Tujuannya, untuk percepatan penanganan penyakit tuberkulosis.

Kegiatan digelar di Swisbelin Hotel tersebut diselenggarakan, Kamis (24/8). Dihadiri beberapa perwakilan organisasi yakni, Yayasan Fajar Sejahtera Indonesia (YAFSI), KKSP, SOS Children Village Medan, Yayasan Nuansa Alam Indonesia (YNAI), Galatea, Medan Plus, PESAT, YMMA Kota Medan.

Turut juga diundang Forum ex Pasien TB, PKBI, LBH APIK, Peradi, Universitas Al Azhar, Universitas Prima Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Justice Law Institute, HMI, KPeMa Kota Medan, KARIB, Humaniora, Fitra Sumut, Yayasan Peka Medan, Rumah Zakat, Yayasan Lentera, dan Sempurna Community (SECI) serta Dinkes Medan.

Team Leader Accelerate Dini Andriani memberikan kondisi penyakit TB secara nasional dan beragam permasalahannya.
Direktur Yapemas Sri Amanah saat membuka acara menyebutkan, saat ini dukungan pemerintah melalui regulasi dan rencana aksi menjadi hal yang harus didorong untuk mendukung percepatan eliminasi tuberkulosis.

Sebagai masyarakat melalui kelompok kelompok atau komunitas komunitas mendorong pemerintah Kota Medan agar bisa mengeluarkan regulasi sebagai dasar gerakan untuk mencapai eliminasi TBC yang saat ini menjadi program nasional.

Dikatakan permasalahan TBC saat ini masih sebatas permasalahan kesehatan semata, belum menjadi permasalahan sosial. Walaupun permasalahan tidak hanya pada kelas ekonomi bawah, tetapi juga menjadi permasalahan dengan orang orang yang ekonomi atas.

Tetapi bagi masyarakat yang ekonomi rendah ini menjadi permasalahan sosial. Permasalahan kecukupan nutrisi sebagai faktor pendukung kesembuhan juga harus dipikirkan solusinya.

Harapannya semua elemen bersama sama bergerak untuk mencapai eliminasi TBC.

Tim Leader Yayasan Penabulu Medan Samara Yudha Arfianto menambahkan, mereka berkomitmen untuk membantu percepatan eliminasi penyakit TB di Kota Medan. Bahkan mereka sudah mengidentifikasi dan bekerjasama dengan fasilitas kesehatan baik swasta maupun milik pemerintah yang melayani pasien TB.

Program Eliminasi TB di Indonesia membutuhkan kerja keras dari semua pihak, baik dari pemerintah, CSO/LSM, masyarakat dan lembaga lainnya. Indonesia merupakan peringkat 3 kasus TB terbesar di dunia merupakan hal yang sangat serius yang harus di sikapi. Penabulu bersama Yayasan Peduli Kemandirian Masyarakat (Yapemmas) dengan melibatkan lembaga multi isu di Kota Medan berharap memberikan sumbangsih dalam program elimiasi TB di Indonesia. Sehingga di perlukan kebijakan kebijakan dari Pemerintah daerah untuk menunjang kerja kerja CSO di lapangan.

Selain itu kebijakan terkait anggaran dalam APDB diharapkan dapat mengakomodir kerja kerja dinas terkait dalam program kesehatan antara lain TB. Pertemuan yang di gagas Penabulu dan Yapemmas diharapkan dapat mendorong peran multi stakeholder / CSO untuk bersama sama mewujudkan eliminasi TB 2030. Selain itu dalam pertemuan tersebut lintas isu juga diharapakan bisa beriringan untuk dilakukan berama sama.

Dr Khairunnisa Staf Bidang P2P Dinkes Medan mengakui, di Medan masih tinggi gap jumlah estimasi kasus dengan kasus TB yang ditemukan dan diobati. Di tahun 2020, estimasi kasus 18.693 kasus tapi yang ditemukan hanya 5.593 kasus atau sekira 20 persen. Di tahun 2021, estimasi yang sama, kasus yang ditemukan 5.641 kasus (30 persen). Sementara di tahun berjalan 2022, baru ditemukan 4054 kasus atau 21 persen. "Kasus itu kalau sudah tegak diagnosis," sebut dr Nisa.

Dia menambahkan, untuk menangani masalah TB ini tidak bisa hanya Dinkes sendiri, tapi harus melibatkan banyak pihak dan lintas sektor.

Terakhir, Tim Leader Accelerate menambahkan, mereka menginginkan agar permasalahan TB ini ditangani keroyokan. Tidak hanya sisi kesehatan saja seperti selama ini tapi juga sektor lainnya juga harus terlibat seperti ekonomi, perumahan untuk sanitasi dan lain sebagainya.

Dengan keroyokan diharapkan, eliminasi TB bisa bergerak cepat. Hal ini penting karena, Indonesia sebagai penyumbang tiga besar dunia penderita TB setelah China dan India.

Untuk itu, lanjutnya, berbagai permasalahan TB seperti belum meratanya fasilitas kesehatan yang menangani TB, belum mudahnya akses informasi TB serta dukungan asupan gizi bagi penderita ekonomi lemah dan lainnya harus segera diatasi bersama sama.

Pertemuan diakhiri dengan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan dan solusi tentang penanganan penyakit TB di Medan.

(NAI/JG)

Baca Juga

Rekomendasi