Dua Pertiga Penduduk Sudan Selatan Berisiko Kelaparan Parah

Dua Pertiga Penduduk Sudan Selatan Berisiko Kelaparan Parah
Pemandangan udara dari helikopter Mi-8MTV-1 United Nations Humanitarian Air Service (UNHAS) menunjukkan bagian kota Leer di Unity State, Sudan Selatan dalam foto ini dirilis 3 November 2022. (World Food Programme/Handout via Reuters)

Analisadaily.com, Juba - Hingga 7,8 juta orang di Sudan Selatan, dua pertiga dari populasi, mungkin menghadapi kekurangan pangan yang parah selama musim paceklik April hingga Juli tahun depan karena banjir, kekeringan dan konflik. Kekurangan itu lebih buruk daripada yang dialami negara itu pada puncak perang saudara pada 2013 dan 2016.

"Penurunan ketahanan pangan dan tingginya prevalensi malnutrisi terkait dengan kombinasi konflik, kondisi ekonomi makro yang buruk, peristiwa iklim ekstrem, dan biaya makanan dan bahan bakar yang melonjak," kata lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti Organisasi Pangan dan Pertanian, Dana Anak-anak PBB, UNICEF, dan Program Pangan Dunia PBB (WFP) dalam sebuah pernyataan, Kamis (3/11).

"Pada saat yang sama, ada penurunan dana untuk program kemanusiaan meskipun kebutuhan kemanusiaan terus meningkat," ucapnya.

Lonjakan harga pangan global yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina, pengekspor biji-bijian utama, membuat lembaga-lembaga kemanusiaan kekurangan dana. WFP pada bulan Juni mengatakan pihaknya terpaksa menangguhkan beberapa bantuan makanan ke Sudan Selatan saat negara itu menghadapi "tahun paling lapar" sejak kemerdekaan.

Pada bulan Agustus, badan-badan PBB memperkirakan bahwa 7,7 juta menderita kekurangan pangan yang parah di negara itu pada periode April hingga Juli di antara dua panen.

Sudan Selatan meletus menjadi perang saudara tak lama setelah mendeklarasikan kemerdekaan dari Sudan pada 2011 dan sementara perjanjian damai yang ditandatangani empat tahun lalu sebagian besar dipegang, pemerintah transisi lambat untuk menyatukan berbagai faksi militer.

"Tindakan mendesak diperlukan, kita perlu memfokuskan kembali perhatian kita dan mengarahkan kembali sumber daya," kata Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Sudan Selatan, Josephine Lagu dalam rilis laporan tersebut.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi