Pakar HIV Aids Sumut dr Linda T Maas memberikan masukan terkait program HIV Kota Medan di pertemuan yang digelar PKBI Sumut, Jumat (25/11). (Analisadaily/Zulnaidi)
Analisadaily.com, Medan - Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Sumatera Utara bekerjasama dengan Indonesia Aids Coalition (IAC) dan Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) menggelar pertemuan dengan sejumlah organisasi masyarakat sipil (OMS) peduli HIV/Aids Kota Medan.
Pertemuan dilakukan selama dua hari, Jumat dan Sabtu (25-26/11) di D’Flow Coffee and Eatery Jalan DI Panjaitan Medan. Pertemuan berupa workshop penyusunan Roadmap Advokasi dalam penanggulangan HIV-Aids Kota Medan.
Hadir dalam pertemuan tersebut sejumlah OMS yakni, Balai Bahagia Medan, Yayasan Galatea, Yayasan Medan Plus, Forum Peduli Aids Medan, Cangkang Queer, Inti Muda, YP ADHA, Techninal Officer IAC Medan, PKBI Sumut, PEKA Medan, YMMA, PESAT, SECI, IPPI Sumut, OPSI Sumut, Petrasu, PKNI Sumut, dan Advokasi officer.
“Harapan kita, Pemko Medan dalam hal ini dapat menyikapi dengan memberikan dukungan pendanaan yang cukup bagi penanggulangan HIV kepada instansi terkait khususnya Dinas Kesehatan, dan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) serta keterlibatan bermakna bagi OMS yang selama ini memang konsisten melakukan kerja-kerja di penanggulangan HIV/Aids,” sebut Erwin, CSSHR PKBI Sumut.
Pertemuan menghadirkan narasumber, senior dalam penanggulangan HIV/AIDS, dr Linda T Maas. Linda memberikan beberapa masukan di antaranya, bagaimana keberlanjutan program baik ada atau tidak ada funding.
Dia melihat, saat ini, isu HIV sudah tidak seksi lagi, sementara kasusnya kian bertambah. Jadi, OMS yang ada bersama KPA Medan perlu membangun kolaborasi yang kuat untuk memikirkan bagaimana taktiknya HIV/Aids menjadi program penting di antara sekian banyak program yang ada.
“Skrg bagaimana kita bikin isu HIV menjadi seksi. Bagaimana cara kita menaikkan isu HIV. Harus berpikir komprehensif. HIV tidak boleh lagi hanya kesehatan. Siapa yg mau mengajak org mau memeriksakan dirinya. Siapa yang dengar keluh kesah Odha dan Ohida. Harus punya satu tujuan penanggulangan HIV dan misinya bagaimana menyadarkan masyarakat tentang HIV. Untuk itu harus punya strategi. Kita mesti naik kelas soal penanggulangan HIV Aids,” jelas Linda lagi.
Dia menambahkan, di lain pihak, pemerintah juga tidak bisa berdiam diri dan hanya melepaskan penanggulangan HIV dan Aids hanya kepada OMS yang ada. Paling tidak, pemerintah memberikan akses yang luas dan meningkatkan kolaborasi. Dengan begitu akan terlihat peluang-peluang mana yang bisa diisi pemerintah dan sisi mana yang diisi OMS. “Dengan begitu akan tercapai target penanggulangan HIV/Aids,” sebutnya.
Dalam pertemuan itu, hangat juga dibahas penguatan KPA Medan. Soalnya, KPA sebagai wadah kolaborasi antara pemerintah dan OMS diharapkan berperan lebih besar lagi. Apalagi, Kota Medan sudah memiliki Perda No1/2012 tentang Penanggulangan HIV/Aids ditambah Perwal 30, Perwal 31 dan Perwal 32 tahun 2016.
Bambang Thesia dari Sentra Bahagia Medan dalam pendapatnya mengaku, walaupun lembaga mereka merupakan UPT Kemensos RI, namun Kepala UPT Iman Imaduddin Hamdan saat ini memberikan dukungan yang kuat dalam permasalahan HIV/Aids.
“Sentra Bahagia Medan UPT Kemensos RI merupakan Pelayanan Sosial Multi Layanan salah satunya, soal HIV dan Adha untuk mendukung penanggulangan HIV AIDS dalam sisi Rehabilitasi Sosial. Kita juga melakukan edukasi, sosialisasi, advokasi, pendampingan psikologis, rehabilitasi sosial dan atensi. Melakukan koordinasi, sinkronisasi program, kolaborasi dengan stakeholder yang terkait penanganan dengan isu HIV,” sebut Bambang.
Selain itu, beberapa OMS lainnya dengan berbagai program yang mereka lakukan selama ini juga mendukung penanggulangan HIV/Aids Kota Medan. Termasuk juga OMS yang berkecimpung di bidang tuberkulosis yang turut andil mengolaborasikan TB-HIV.
(NAI/JG)