Moeldoko Bantah Proyek Food Estate di Kalteng Gagal

Moeldoko Bantah Proyek Food Estate di Kalteng Gagal
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko usai menghadiri acara bedah buku "M-Leadership, Berani Memimpin" di Jakarta, Kamis (22/12) (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)

Analisadaily.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, membantah proyek lumbung pangan (food estate) di Kalimantan Tengah terancam gagal sebagai solusi untuk ketahanan pangan nasional

Menurut dia, program lumbung pangan memang berada dalam kondisi alam yang tidak mudah, yakni karena tata ruang air dan kondisi tanah.

"Memang lumbung pangan, khususnya padi yang saya lihat kawasan itu adalah kawasan yang 'flat' sehingga tidak mudah dalam me-manage airnya karena sungai yang besar itu selalu membuat kondisi naik turun. Sudah kita perbaiki haranya, tanahnya, tahu-tahu datang lagi air menggenang lagi," kata dia usai menghadiri acara bedah buku "M-Leadership, Berani Memimpin" dilansir dari Antara, Kamis (22/12).

Dia menjelaskan Kementerian Pertanian dan Pemerintah Daerah masih memperbaiki tata air. Oleh karena itu, ia menilai proyek ini belum bisa dikatakan gagal, maupun berhasil.

"Sebenarnya kita masih dalam proses memperbaiki manajemen airnya. Belum dikatakan buru-buru berhasil dan belum dikatakan buru-buru gagal karena itu masih dalam proses," kata dia.

Moeldoko juga menambahkan produksi padi masih terus digenjot karena kondisi manajemen air yang tidak mudah.

Sebelumnya, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Muhammad Yadi Sofyan Noor mengatakan program lumbung pangan (food estate) di Kalimantan Tengah perlu dilanjutkan untuk mencapai ketahanan pangan nasional di masa mendatang.

Yadi mengatakan program tersebut penting sebagai pengganti penyusutan dan konversi lahan pertanian di Pulau Jawa.

Dia mengakui program lumbung pangan di Kalimantan Tengah masih membutuhkan perbaikan dalam pelaksanaannya, seperti tata ruang air dan kondisi tanah.

"Sebagian masih dirapikan, termasuk irigasi. PH tanah juga masih asam, perlu pengapuran. Tapi, ada juga yang sudah bagus dan bisa ditanami dengan hasil baik," kata dia.

Selain itu, petani juga masih harus terus didorong untuk mengubah kebiasaan ritme tanam padi, dari yang hanya satu kali dalam setahun diharapkan menjadi lebih sering, yakni dua sampai tiga kali dalam setahun.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi