Deretan menara karst membentang dari Kabupaten Maros bagian selatan hingga bagian utara Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan. Memiliki luas sekitar 46.200 hektare dan diyakini terbesar kedua di dunia setelah kawasan karst di China Selatan. Karst Maros-Pangkep tersebut masuk ke dalam kawasan Geopark Maros-Pangkep.
Geopark Maros-Pangkep mencakup wilayah darat dan laut dengan total luas mencapai 5.058 kilometer persegi. Memiliki sekitar 50 situs geologi, budaya dan biologi yang masuk dalam rencana utama pengembangan dan menjadi daya tarik daerah itu. Seperti di Pusat Pemantauan Satwa Karaenta, wisatawan dan peneliti dapat melihat kera hitam Sulawesi (Macaca Maura) yang merupakan kera endemik. Pengunjung juga dapat menikmati keindahan air terjun di Taman Wisata Alam Bantimurung yang menjadi rumah bagi sekitar 240 spesies kupu-kupu. Sehingga kawasan Bantimurung yang dijuluki sebagai kerajaan kupu-kupu atau The Kingdom of Butterfly.
Ratusan gua juga ditemukan di kawasan Gepark Maros-Pangkep. Sebagian menyimpan sisa-sisa peninggalan prasejarah. Mulai dari berbagai jenis artefak dan kerangka manusia purba. Hingga lukisan di dinding-dinding gua seperti lukisan telapak tangan, babi rusa dan perahu.
Pada tahun 2020, pemerintah telah mengajukan Geopark Maros-Pangkep menjadi UNESCO Global Geopark (UGG) atau Taman Bumi Global UNESCO. Tim Asesor UNESCO pun mengunjungi dan meninjau beberapa situs di kawasan itu pada 15-18 Juni 2022. Kunjungan tim asesor tersebut untuk mendapatkan penilaian rekomendasi UGG. Penilaian tim asesor bukan hanya lokasinya namu bagaimana kebijakan pemerintah setempat dalam mendukung pengembangan Geopark Maros-Pangkep baik dari segi infrastruktur maupun pariwisata. Dan hasilnya Geopark Maros-Pangkep ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark berdasarkan keputusan yang diambil melalui sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris, Prancis pada 24 Mei 2023.
Geopark Maros-Pangkep menjadi Taman Bumi Global UNESCO pertama di Pulau Sulawesi dan yang ke-7 yang dimiliki Indonesia. Masuknya geopark tersebut ke dalam UNESCO Global Geopark Network, maka keanekaragaman hayati dan geologi serta keragaman budaya di kawasan itu diharapkan terjaga dengan baik dan menjadi tujuan wisata dunia. Sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal secara berkelanjutan, baik di sektor pariwisata maupun UMKM.
Foto dan Teks: Arnas Padda (Antara)