Galanggang Arang Tunjukkan Praktik Baik Pengelolaan Situs Resmi Warisan Dunia

Galanggang Arang Tunjukkan Praktik Baik Pengelolaan Situs Resmi Warisan Dunia
Galanggang Arang Tunjukkan Praktik Baik Pengelolaan Situs Resmi Warisan Dunia (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta — Setelah lebih dari empat tahun ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, situs tambang Ombilin Sawahlunto mulai mendapatkan perhatian lebih dari publik.

Kegiatan aktivasi dan penguatan ekosistem Tambang Batu Bara Ombilin-Sawahlunto (WTBOS) ternyata mampu mengungkap berbagai potensi kekayaan yang tersimpan.

Kekayaan itu memiliki bentuk yang beragam seperti nilai sejarah, budaya, praktik kehidupan, cagar budaya, ekspresi seni, fungsi ruang, tata sosial, hingga ekonomi budaya.

Rumusan awal kuratorial pelaksanaan kegiatan yang berupa serangkaian diskusi dan survei lapangan telah berhasil memetakan sejumlah isu penting terkait dengan WTBOS.

Rumusan ini kemudian diterjemahkan dalam berbagai bentuk rencana aksi yang diwujudkan dalam program yang disusun untuk didistribusikan ke sejumlah titik lokasi kegiatan.

Pada pelaksanaannya, titik lokasi yang berada di delapan Kabupaten Kota memerlukan pendekatan berbeda merespon karakteristik dari masing-masing lokasi tersebut.

Pelaksanaan kegiatan aktivasi dan penguatan WTBOS yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ini telah menunjukkan kehadiran pemerintah dalam upaya pengelolaan warisan budaya. Langkah-langkah yang digunakan dalam merumuskan WTBOS dalam bentuk badan pengelola memerlukan waktu yang cukup panjang dan melibatkan banyak pihak dalam proses perumusannya.

Sementara objek warisan dunia itu sendiri harus segera dikelola, ditangani, dan dilindungi dalam bentuk dan kegiatan yang nyata. Kegiatan Galanggang Arang telah mengambil peran penting, tidak hanya dalam rumusan dan tawaran bentuk pengelolaan, namun juga contoh praktik baik dalam aksi nyata.

“Aktivasi WTBOS menjadi awal terjalinnya sinergi, jejaring, gotong royong, dan penguatan ekosistem budaya di jalur WTBOS. Geliat potensi budaya setempat juga diharapkan dapat menumbuhkan ekonomi masyarakat,” ujar Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, dalam keterangannya, Rabu (13/12).

Peluncuran kegiatan yang dimulai di Kota Padang pada 19 Oktober 2023, kesepakatan masyarakat yang diwakili oleh Ninik Mamak, Pemangku Adat, Bundo Kanduang, dan pemerintah daerah di Sumatera Barat, memberikan dasar dan semangat untuk menjaga warisan dunia WTBOS ini.

Setelah dibuka secara resmi, kegiatan yang kemudian dilaksanakan di Kota Padang Panjang, Pitalah Bungo Tanjuang, Batu Tabal, Kacang, Kayu tanam, dan Sawahlunto telah menunjukkan antusiasme dan semangat masyarakat untuk turut berpartisipasi menjaga WTBOS.

Pesan penting dari kegiatan tersebut adalah bahwa WTBOS mampu menjadi salah satu sumber inspirasi bagi partisipasi masyarakat dan komunitas untuk ikut terlibat.

Kegiatan penguatan dan aktivasi WTBOS ini memunculkan pertanyaan dari masyarakat terkait dengan bentuk dan tujuannya. Pertanyaan yang muncul menjadi penting sebagai jalan masuk bagi sosialisasi dan distribusi pengetahuan terkait dengan WTBOS.

Mereka kemudian mulai menceritakan berbagai kisah pengalaman masa lalu terkait dengan batu bara, kereta api, tambang di Sawahlunto, dan berbagai cerita lainnya.

Momentum kegiatan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menggali pengalaman dan ingatan kolektif mereka. Kekuatan pengalaman ini juga mendapatkan penguatan melalui cerita berbentuk visual seperti pameran WTBOS, dialog, pertunjukan seni, dan pemanfaatan ruang publik stasiun kereta api sebagai lokasi kegiatan.

Setelah rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan, penguatan dan aktivasi ekosistem WTBOS ini akan ditutup di Kota Solok, Sumatera Barat, pada 13-14 Desember 2023. Kegiatan penutupan akan meramu berbagai hasil dan proses yang telah berjalan pada kegiatan Galanggang Arang.

Penguatan peran dan respon komunitas terhadap WTBOS dalam berbagai bentuk akan ditampilkan, baik dari sisi gagasan maupun karya yang dihasilkan. Proses kreatif seperti kolaborasi komposisi musik (Kaba Buni) patut dinikmati dalam acara penutupan.

Kaba rupa yang merupakan respon dalam bentuk seni rupa akan menghadirkan karya seni yang merespon WTBOS dalam bentuk visual. Selain itu, produksi film dokumenter WTBOS juga dapat menjadi media dalam mengenal berbagai narasi, cerita, dan pengetahuan dalam bentuk film.

Hasil pendataan dan pemetaan WTBOS yang telah mencatat dan menafsirkan berbagai objek dapat dibaca dalam sebuah buku yang berjudul Pemetaan Warisan Dunia Tambang Batu Bara Ombilin-Sawahlunto.

Acara penutupan juga akan menampilkan berbagai pertunjukan dan dialog yang mengikat rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi