Mimpi Kita Setelah Menjadi Warisan Dunia

Mimpi Kita Setelah Menjadi Warisan Dunia
Danau Toba. (Analisadaily/Ferdy)

GENERAL Manager (GM) Badan Pelaksana Geopark Kaldera Toba (BPGKT), Wan Hidayati bercerita kepada wartawan setelah berhasil memperjuangkan Kaldera Toba masuk dalam UNESCO Global Geopark (UGG). Saat ini, rumah itu sudah terbangun dengan kokoh. Kunci rumahnya pun sudah didapat. "Lantas, setelah kita buka, mau berbuat apa di dalam rumah tersebut?," begitulah perandaian Wan Hidayati kala membuka diskusi dengan para jurnalis.

Baginya, keberhasilan ini telah melewati proses yang sangat panjang. Mulai diinisiasi pada 2011, kemudian masa penjajakan selama dua tahun yakni 2012 sampai 2013. Di 2014, berhasil menjadi Geopark Nasional.

Namun sayangnya saat diusulkan jadi UGG di 2016, harapan itu pupus. Sumut kembali berjuang di 2018. Berbagai pekerjaan rumah untuk mengikuti apa yang diinginkan UNESCO terus dikerjakan hingga akhirnya Juli 2020 predikat menjadi warisan dunia disandang Danau Toba.

"Strategi adalah kunci untuk mendapat pengakuan ini," kata Hidayati.

Setelah keberhasilan ini diraih, lantas apa yang didapatkan masyarakat? lantas apa pula yang akan dilakukan pemerintah?

“Setelah kunci tersebut didapat, justru pekerjaan kita makin sulit,” ucapnya.

Perlu kerja sama semua pihak. Dan yang perlu ditegaskannya bahwa geopark merupakan konservasi, bukan pariwisata. Yang menjadi poin dalam konservasi adalah pemberdayaan masyarakatnya. Bukan alamnya.

"Kalau alamnya tidak ada yang meragukan Danau Toba,” sebutnya.

Tapi yang perlu dipertahankan hingga empat tahun ke depan adalah aksesibilitas, amenitas dan atraksi. Dari unsur ketiga ini, ada enam hal yang harus terus dipertahankan. Mengembangkan hubungan antara warisan geologis dan warisan teritorial lainnya. Semisal biotik alami, budaya dan lainnya. Melatih pemandu lokal, pariwisata, operator dan masyarakat setempat, tentang tautan antara geologi dan ekologi serta berbgai pengetahuan kepada pengunjung.

Kemudian mengembangkan strategi kemitraan, menguraikan perjanjian terkait dengan Geopark. Ketiga, memperkuat keterlibatan dalam aktivitas Global Geoparks Network dan Asia Pasifik Jaringan Geoparks.

Mengembangkan strategi pendidikan dengan bekerja dalam kemitraan dengan UGG lainnya.

Kelima, meningkatkan strategi dan kegiatan pendidikan untuk memfasilitasi mitigasi bahaya alam dan perubahan iklim di sekolah-sekolah dan untuk populasi lokal serta memperkuat keterlibatan UGGp dalam studi penelitian, konservasi dan promosi.

“Jadi mimpi kita banyak. Kita yang usulkan konektivitas antar geosite. Di Toba ada 16 geosite. Dan itu harus terkoneksi. Untuk itu, kita minta PUPR untuk mengoneksikannya," katanya.

Hal lain juga mimpi dia ada kapal pesiar di Danau Toba. “Usulan kita ada tiga kapal pesiar. Ini untuk dari rute Tapanuli, Tongging dan Parapat sendiri,” ujarnya.

Mimpi lainnya adalah setelah mendapat pengakuan UNESCO, pada Musrembang ke depan, dirincikan pembangunan berkelanjutan yang mengarah ke Geopark Kaldera Toba. “Dan yang paling penting harus diketahui, setelah ini menjadi warisan dunia, investor asing melirik kita. Toba dikenal dunia, bukan hanya Bali. Setiap agenda kegiatan di Toba, dipromosikan UNESCO. Ini yang akan mendatangkan wisatawan dan menguntungkan wisata lokal kita,” katanya.

Berita kiriman dari: Nirwansyah Sukartara

Baca Juga

Rekomendasi