Ubah Perilaku Penggunaan Gadget Agar Terhindar dari Bencana Demografi

Ubah Perilaku Penggunaan Gadget Agar Terhindar dari Bencana Demografi
Ubah Perilaku Penggunaan Gadget Agar Terhindar dari Bencana Demografi (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof Ridha Dharmajaya mengajak millenial Sumut bisa menikmati bonus demografi dengan mempersiapkan diri menjadi generasi berkualitas.

Hal tersebut disampaikannya saat mengisi talk show gadget sehat di acara Gebyar Cinta Tanah Air Millenial Sumut, Aula Raja Inal Siregar, Senin (28/8).

Ridha menjelaskan jika Indonesia dalam situasi bonus demografi, dalam kondisinya lebih banyak usia produktif (15-64 tahun) dari pada usia tidak produktif. Di mana angka usia produktif mencapai angka 70 persen dari jumlah penduduk.

Jika bonus demografi ini dimanfaatkan dengan generasi berkualitas, maka 5 hingga 10 tahun ke depan Indonesia berpeluang menjadi negara kuat dan masuk dalam lima besar di dunia. Namun sebaliknya, jika tidak bisa dimanfaatkan justru akan menjadi bencana demografi.

"Salah satu ancaman becana demografi ini adalah prilaku penggunaan gadget yang salah," ucapnya.

Ridha memaparkan kepada kaum millenial, penggunaan gadget yang salah bisa mengakibatkan Indonesia akan memanen generasi-generasi cacat nantinya. Timbulnya kecacatan itu akibat penggunaan gadget yang salah dikarenakan posisi tubuh yang tidak benar.

"Jadi kita harus tahu, saat bagian kepala kita dengan posis leher tegak beban yang ditanggung itu sekitar 5 kilogram. Tapi saat tekukan itu 30 derajad berat beban yang ditanggung menjadi 18 kilo dan saat tekukan 60 derajat beban beratnya 27 kilo. Jika kita menggunakan berjam-jam, berhari, berbulan hingga bertahun maka dampaknya akan terjadi kerusakan pada tulang belakang leher atau saraf kejepit," terangnya.

Adapun yang menjadi tanda saraf kejepit itu ditandai dengan gejala leher sakit, pusing, tangan kesemutan, pegel, dan pundak berat.

"Itu baru gejala awal. Tapi lama kelamaan yang dirasakan bisa kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang, buang air besar dan kecil tak terasa atau loss dan penyakit lainnya," ucapnya.

Sedangkan untuk penanganan awal pada tindakan medisnya, Ridha mengatakan bisa ditangani dengan tindakan operasi. Namun jika penggunaan gadget yang salah terus berlangsung, dampaknya bisa berujung fatal.

"Jika telah terjadi kematian pada saraf leher. Ini lah penyebab kelumpuhan. Tidak ada obat menyembuhkan dan tak ada operasi yang mengembalikan," terang Ridha yang juga berspesialis sebagai dokter ahli bedah saraf.

Kata Ridha, bila penggunaan gadget yang salah ini terus dibiarkan, maka bisa dibayangkan bahwa Indonesia ke depan akan memanen generasi yang cacat akibat penggunaan gadget yang salah.

Untuk itu, dirinya kembali mengajak para anak millenial untuk menggunakan gadget secara sehat yakni dengan menerapkan langkah tepat, yakni hindari penggunaan gadget dalam hal ini handphone dengan durasi waktu terlalu lama.

"Jika ada tugas yang mengharuskan menggunakan handphone, upayakan pindahkan datanya ke laptop, tablet atau PC Computer dan sejajarkan layar dengan mata," ujarnya.

Selanjutnya gunakan waktu istirahat setiap maksimal satu jam dengan memanfaatkan pengalihan ke hal lain atau dengan melakukan olahraga kecil seperti pemanasan.

"Berapa lama waktu ideal menggunakan gadget dalam sehari? Berdasarkan penelitian ilmuan, total waktu penggunaan gadget yang sehat itu dua jam dalam sehari," terang Ridha.

Ridha kembali mengajak para kaum millenial agar bisa memahami penggunaan gadget sehat hingga ke depan Indonesia bisa merasakan bonus demografi.

"Mari kita semua ikut berperan dan mengingatkan bahaya dalam penggunaan gadget yang salah agar ke depan Indonesia akan melahirkan generasi emas yang berkualitas," tambahnya.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi