Kunjungi SD Terpadu Muhammadiyah 36 Medan, Prof Ridha Ungkap Problem Gadget Bagi Generasi Muda

Kunjungi SD Terpadu Muhammadiyah 36 Medan, Prof Ridha Ungkap Problem Gadget Bagi Generasi Muda
Kunjungi SD Terpadu Muhammadiyah 36 Medan, Prof Ridha Ungkap Problem Gadget Bagi Generasi Muda (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Gadget dinilai sebagai momok menakutkan bagi para orang tua. Kendati memiliki sisi positif namun tak sebanding akan sisi negatif yang ditimbulkanya.

Baik itu dalam konten yang bisa merusak mental, dalam hal fisik juga disebutkan mampu merusak kesehatan para generasi muda.

Bahkan, sebuah penelitian menyebutkan jika gadget idealnya digunakan anak usia 13 tahun. Sementara usia ke bawahnya tidak diperkenankan untuk memegang dan memainkan gadget.

"Sebaiknya jangan berikan gadget ke anak usia di bawah 13 tahun. Karena akan berdampak buruk terhadap mereka. Pesannya adalah jika masih sayang, jangan racuni anak anda sengan gadget," ujar Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof. Dr. dr Ridha Dharmajaya saat mensosialisasikan gadget sehat kepada orang tua murid SD Muhammadiyah 36 Medan, Jalan Jermal III belum lama ini.

Sebagai dokter spesialis saraf, Prof Ridha mengungkapkan temuan sejak 2022 kemarin di mana banyak anak mengalami saraf kejepit pada bagian leher akibat menggunakan gadget yang salah dan berlebihan.

"Kalau dulu saraf leher kejepit ini dialami orang tua berusia 50 hingga 60 tahun dan ini tidak begitu masalah sesuai usianya. Tapi sekarang mulai dialami remaja dan anak-anak dari tingkatan SMA, SMP bahkan SD," ujar Prof Ridha.

Penyebabnya sambung Prof Ridha karena posisi yang tidak tepat saat menggunakan gadget. Yakni adanya tekukan yang menyebabkan leher menanggung beban yang berat. Semakin dalam tekukannnya maka semakin berat bebannya.

"Ini tidak hanya hitungan menit, bahkan berjam-jam lamanya. Bukan hanya dilakukan dalam hitungan hari tapi juga bulan bahkan bertahun lamanya. Inilah alasan pemicu saraf kejepit pada leher. Dan biasanya gejala yang kita rasakan adalah tangan dan kaki kesemutan, leher sakit, pundak berat, bangun tidur sering tidak segar," terang Prof Ridha.

Jika masih dalam kondisi seperti itu lanjut Prof Ridha, masih bisa diatasi dengan operasi. Tapi, katanya lagi, jika posisi penggunaan gadget yang salah tetap dibiarkan, maka tanpa disadari akan berujung kematian saraf.

"Kalau sudah kematian saraf ini horor. Akan terjadi kelumpuhan pada tangan dan kaki, seksualitas hilang untuk kaum lelaki, dan buang air kecil dan besar tidak terasa atau loss," ungkapnya.

"Maka jika itu sudah terjadi tak ada lagi yang bisa dilakukan. Tak ada obat yang dapat menyembuhkan dan tak ada operasi yang bisa mengembalikan. Yang ada ananda kita akan menjadi generasi cacat," ujar Prof Ridha melanjutkan.

Apalagi Prof Ridha mengingatkan jika saat ini Indonesia dalam situasi bonus demografi. Di mana usia produktifnya jauh lebih besar dari non produktif dengan perbandingan mencapai 70 persen dari total penduduk Indonesia berkisar 278 jutaan.

"Ayo ibu-ibu manfaatkan bonus demografi dan persiapkan ananda kita menjadi generasi berkualitas, yakni pintar, sehat dan memiliki moralitas yang baik," ajaknya.

Untuk itu dirinya mengajak para orang tua untuk terus mengawasi anaknya dari penggunaan gadget agar ke depannya Indonesia bisa menikmati bonus demografi dan menciptakan generasi emas sesuai yang dicita-citakan.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi