Penyuluhan gadget sehat di Kantor BPJS Wilayah IX, yang melingkupi Sulawesi dan Maluku, pada Kamis (9/11) (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Makassar - Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI), Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) sarankan BPJS Makassar berikan layanan psikologis akibat gangguan penggunaan gadget yang tidak tepat.
Hal itu disampaikannya saat memberikan penyuluhan gadget sehat di Kantor BPJS Wilayah IX, yang melingkupi Sulawesi dan Maluku, pada Kamis (9/11).
"Kita berharap BPJS di Makassar peduli akan problem gangguan psikologis akibat kecanduan gadget dengan membuka pelayanan di Puskesmas ataupun rumah sakit yang tercover BPJS," ucapnya.
Sebagai dokter speaialis bedah saraf dirinya mengaku banyak menemukan kasus generasi muda terdampak gadget yang tidak tepat baik secara fisik dan mental.
"Kita banyak menemukan kasus spech dellay yang dialami anak akibat kecanduan gadget. Karena tanpa diketahui, bahwa gadget hanya merangsang pendengaran dan penglihatan tapi tidak merangsang bicara. Bahkan saya punya pasien yang lambat bicara di usia sembilan tahun akibat kecanduan gadget," katanya.
Lazimnya sebut Prof Ridha, saat ini rumah sakit hanya menyediakan psikiater tapi tidak menyediakan psikolog terutama di sejumlah Puskesmas dalam penanganan kecanduan gadget.
"Sehingga sudah saatnya penanganan pasien BPJS dengan problem gangguan psikologis akibat gangguan gadget bisa dibantu oleh BPJS," harapnya.
Di hadapan para karyawan BPJS yang didominasi orang tua muda yang baru memiliki anak, dirinya juga mengingatkan untuk tetap mengutamakan keluarga.
"Jangan pernah tinggalkan problem keluarga dalam rumah tangga. Tetap awasi anak-anak kita agar tidak terpengaruh gadget terkhusus usia di bawah 13 tahun. Karena dengan memberikan gadget terhadap anak di bawah usia tersebut tak ubahnya meracuni anak kita sendiri," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar Fakultas Kedokteran USU itu turut menerangkan dampak penggunaan gadget yang tidak tepat baik secara posisi dan durasi.
Menurut Prof Ridha, posisi penggunaan gadget yang kurang tepat dan juga durasi yang berlebihan, akan mengakibatkan banyak generasi muda mengalami saraf kejepit pada bagian leher.
"Gejalanya ini sering kesemutan pada tangan dan kaki, kepala pusing, pundak berat, leher sakit, dan bangun tidur tidak segar. Dan ini biasanya sering dialami orang tua usia 60 tahun ke atas. Tapi sekarang kondisi ini sudah mulai dirasakan generasi muda dari tingkat SMA, SMP bahkan anak SD," ucapnya.
Tentu saja dirinya mengaku khawair akan fenomena yang mulai ditemuinya sejak pandemi Covid-19 2020 silam. Berangkat dari kekhawatiran itu jugalah alasan GGSI hadir di Indonesia dan diawali dari Medan sebagai kota tempat tinggalnya.
"Kita merasa khawatir generasi muda kita ke depan akan terancam akibat penggunaan gadget yang tidak tepat tadi. Apalagi jika gejala awal yang tadi disebutkan dibiarkan saja tanpa dicegah bahkan terus berlangsung untuk waktu yang lama maka akan berdampak terhadap kematian saraf," katanya.
Jika kondisi itu menimpa generasi muda, maka yang terjadi adalah kelumpuhan.
"Ini horor. Jika saraf sudah mati maka yang terjadi adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil dan besar tidak terasa atau loss dan seksual bagi lelaki hilang. Tidak ada lagi obat yang bisa menyembuhkan dan tak ada operasi yang bisa mengembalikan," tuturnya.
Padahal sambung Prof Ridha, Indonesia saat ini mengalami situasi bonus demografi dimana usia produktifnya jauh lebih besar dari usia non produktif.
Jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan membiarkan perilaku penggunaan gadget yang salah terus menerus, maka menurut Prof Ridha, bonus demografi yang dinantikan justru akan menjadi bencana demografi dengan melahirkan generasi cacat.
"Tentu saja cita-cita bangsa ini melahirkan generasi emas menuju 2045 akan sia-sia," ungkapnya.
Untuk itu Prof Ridha mengajak seluruh orang tua yang baru saja memiliki anak agar menhawasi anaknya dari ketergantungan gadget. Dirinya juga berpesan, agar gadget tidak menjadi alat yang bisa memengaruhi dan menjurus ke arah negatif.
"Jangan karena gadget justru mempengaruhi kesehatan mental dan jiwa anak. Jadikanlah gadget sebagai media ke arah positif dan berguna bagi bangsa dan negara. Sehingga keinginan mulia kita melahirkan generasi berkualitas yakni generasi sehat, pintar dan bermoralitas yang baik bisa diraih. Dan kunci generasi emas menuju 2045 dapat terwujud," harapnya.
(JW/RZD)