Dua Puluh Tahun Tsunami 2004: Upaya Meningkatkan Kesiapsiagaan Bencana di Asia

Dua Puluh Tahun Tsunami 2004: Upaya Meningkatkan Kesiapsiagaan Bencana di Asia
Dua Puluh Tahun Tsunami 2004: Upaya Meningkatkan Kesiapsiagaan Bencana di Asia (Analisadaily/Getty Images)

Analisadaily.com, Aceh - Tanggal 26 Desember 2024, masyarakat di berbagai negara Asia memperingati dua dekade tragedi Tsunami yang menewaskan lebih dari 220.000 orang di 15 negara. Bencana yang dipicu oleh gempa berkekuatan 9,1 magnitudo di Pulau Sumatra, Indonesia, ini menjadi tsunami paling mematikan dalam sejarah.

Provinsi Aceh, wilayah yang paling terdampak, menggelar sirene selama tiga menit di Masjid Raya Baiturrahman. Setelah itu, doa bersama diadakan, dan keluarga korban mengunjungi kuburan massal di Banda Aceh. Lebih dari 160.000 jiwa di Indonesia kehilangan nyawa akibat bencana ini, dengan banyak keluarga yang tidak pernah menemukan jasad anggota keluarga mereka.

Zainal Abidin (68), seorang warga Aceh, kehilangan istri dan anak bungsunya yang berusia 12 tahun dalam tragedi ini. "Saya sangat merindukan putri saya. Selama tiga bulan setelah tsunami, saya terus menangis dan berjalan mencari mereka," kenangnya.

Di Sri Lanka, yang kehilangan lebih dari 35.000 jiwa, berbagai upacara lintas agama; Buddha, Hindu, Kristen, dan Islam, digelar di seluruh negeri. Salah satu momen yang dikenang adalah tragedi kereta Ocean Queen Express yang tersapu ombak, menewaskan sekitar 1.000 penumpang. Hari ini, kereta yang telah direstorasi melakukan perjalanan ke Peraliya, tempat tragedi tersebut terjadi.

Thailand, yang kehilangan lebih dari 5.000 nyawa, termasuk banyak wisatawan asing, mengadakan upacara resmi pemerintah dan vigil tidak resmi. Kawasan wisata di Thailand selatan yang terdampak parah kini menjadi saksi peringatan akan tragedi tersebut.

Menurut data UNESCO, korban jiwa tercatat di berbagai negara:

• Indonesia: 167.540 jiwa

• Sri Lanka: 35.322 jiwa

• India: 16.269 jiwa

• Thailand: 8.212 jiwa

• Somalia: 289 jiwa

• Maladewa: 108 jiwa

• Malaysia: 75 jiwa

• Myanmar: 61 jiwa

• Negara lain: 34 jiwa

Setelah tragedi ini, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan sistem peringatan dini tsunami. Saat ini, terdapat tiga sistem peringatan dini di Samudra Hindia, termasuk di Jakarta, Melbourne, dan Hyderabad. Namun, celah masih ada, seperti kurangnya pemantauan tsunami yang dipicu oleh faktor non-seismik.

Para ahli juga menyoroti pentingnya edukasi berkelanjutan di komunitas berisiko tinggi untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana serupa di masa depan.

Tragedi Tsunami 2004 meninggalkan luka mendalam, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya solidaritas global dan kesiapan menghadapi bencana alam. Upaya pemulihan yang melibatkan donatur internasional telah membantu membangun kembali Aceh dan wilayah lain yang terdampak.

Dengan mengenang tragedi ini, diharapkan masyarakat dapat terus meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan, sehingga dampak bencana serupa dapat diminimalkan di masa mendatang.

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi