Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025

Edukasi dan Inspirasi dari Siswa TK di Bojongsari Depok dalam Penanganan Sampah Plastik Sejak Dini

Edukasi dan Inspirasi dari Siswa TK di Bojongsari Depok dalam Penanganan Sampah Plastik Sejak Dini
Edukasi dan Inspirasi dari Siswa TK di Bojongsari Depok dalam Penanganan Sampah Plastik Sejak Dini (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Depok - Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 dengan tema global "Hentikan Polusi Plastik" (#BeatPlasticPollution), siswa-siswi Taman Kanak-Kanak Siti Maryam menggelar serangkaian kegiatan edukatif dan inspiratif. Mereka diajak "berburu" sampah plastik di kampung, di lingkungan luar sekolah, tepatnya di RT 003 RW 002 Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, sebuah kampung di pinggiran kota yang mayoritas dihuni masyarakat Betawi.

Kegiatan yang dilaksanakan pada 5 Juni 2025 ini bukan sekadar peringatan, namun merupakan bagian integral dari komitmen TK Siti Maryam dalam menanamkan kepedulian lingkungan sejak dini. "Setiap hari, siswa kami memang sudah terbiasa berburu sampah di area sekolah. Setelah terkumpul, sampah dipilah antara organik dan non-organik," jelas Kepala Sekolah TK Siti Maryam, Ria Nova Santi, S.Pd.

Pemilihan kegiatan berburu sampah plastik di lingkungan kampung sangat relevan, mengingat tantangan besar polusi plastik dunia. Secara global, pada tahun 2021, produksi sampah plastik sekali pakai mencapai 139 juta metrik ton, dengan lebih dari 52 juta ton sampah berakhir di sungai dan laut setiap tahunnya.

Diproyeksikan, volume sampah plastik akan naik tiga kali lipat pada tahun 2060, sementara hanya sekitar 9% yang berhasil didaur ulang. Akibatnya, 8 juta ton sampah, terutama plastik, masuk ke lautan setiap tahun, mengancam ekosistem dan kesehatan.

Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan total sampah Indonesia per tahun sebesar 34,2 juta ton/tahun, di mana volume untuk sampah plastik sebesar 10,247 juta ton/tahun. Negara ini penyumbang mikroplastik terbesar ke-3 di dunia, dengan perkiraan 3,4 juta ton per tahun, dan berada di urutan kelima sebagai pembuang sampah plastik ke laut dengan volume 56.333 ton per tahun.

Kondisi ini juga tercermin di kota Depok, dengan sekitar 2 juta penduduk, yang menghasilkan timbulan sampah mencapai 1.260 hingga 1.300 ton per hari, dengan sekitar 21,36% di antaranya adalah sampah plastik. Ini menyebabkan TPA Cipayung mengalami overload dengan "gunung" sampah mencapai 25-30 meter.

Untuk Kecamatan Bojongsari, tempat TK Siti Maryam berada, estimasi sampah harian mencapai 86,16 ton, dengan sekitar 18,39 ton berupa sampah plastik. Khusus di Kelurahan Curug, diperkirakan timbulan sampah harian mencapai 10,6 ton, dan sampah plastik sekitar 2,26 ton.

Untuk mengurus masalah sampah ini, Kota Depok saat ini baru memiliki sekitar 30 Unit Pengolahan Sampah (UPS) yang tersebar di berbagai wilayah. Di Kecamatan Bojongsari sendiri, terdapat 7 UPS, dengan 1 unit UPS yang berlokasi di Kelurahan Curug.

Setelah "berburu" sampah, siswa TK Siti Maryam melakukan praktik pembuatan ecobricks, yaitu memotong-motong sampah plastik menjadi ukuran kecil, memasukkan dan memadatkannya ke dalam botol plastik.

"Ecobrick ini nantinya akan kami fungsikan menjadi berbagai barang lain seperti kursi, meja, dan lain-lain. Ini adalah bagian dari upaya kami memanfaatkan kembali barang bekas," kata Ria.

Pembelajaran peduli dan cinta lingkungan hidup memang menjadi salah satu pilar utama di TK Siti Maryam. Sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Baitul Bestari Malik ini mengembangkan 9 misi holistik pengembangan siswa, yaitu sains, teknologi, engineering, art, matematika, karakter, spiritual, sosial budaya, dan alam serta lingkungan hidup.

"Khususnya dalam ranah cinta alam dan lingkungan hidup, selain perlakuan terhadap sampah, berbagai aktivitas pembelajaran sambil bermain sehari-harinya dilakukan di sini," jelas Ria. "Mulai dari menanam dan merawat sayuran dan tanaman, memelihara ayam, memelihara ikan, bahkan sampai merawat kambing."

Komitmen TK Siti Maryam ini juga tecermin pada infrastruktur dan sarana prasarana sekolah. Contohnya, gapura sekolah yang dibuat dari kayu dan botol bekas, demikian pula perpustakaan "Beranda Bestari" dibangun 100 persen dari potongan kayu bekas, tanpa material baru yang dibeli.

Dampak positif dari kebiasaan yang ditanamkan sekolah ini telah terlihat di rumah. Ibu Hasanah Susanti, salah seorang orang tua siswa, menceritakan pengalaman anaknya, "Nova, anak saya yang berusia 3,5 tahun dan bersekolah di kelompok bermain TK Siti Maryam, di rumah justru dia yang sering mengingatkan orang tua dan kakaknya agar membuang sampah di tempat sampah."

Ibu Hasanah juga menceritakan, bahwa Nova juga meminta keluarganya untuk memisah-misahkan sampah organik dan non-organik. Hal ini rupanya terbangun karena aktivitas yang dibiasakan sehari-hari di sekolah.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Juni, berawal dari Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia di Stockholm, Swedia, pada 5-16 Juni 1972. Konferensi ini menjadi tonggak sejarah global yang menyadari pentingnya lingkungan hidup, dan menetapkan tanggal 5 Juni sebagai hari peringatan untuk meningkatkan kesadaran serta mendorong tindakan positif.

Sejalan dengan semangat peringatan tersebut, TK Siti Maryam secara konsisten menerapkan komitmen ini. Mereka tidak hanya memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, tetapi juga rutin merayakan hari-hari khusus terkait lingkungan lainnya, baik dalam skala kecil maupun besar.

Contohnya, Hari Peduli Sampah Nasional, Hari Bumi, Hari Primata Internasional, Hari Menanam Pohon Sedunia, Hari Pangan Sedunia, dan berbagai hari peringatan lainnya.

Dengan inisiatif seperti yang dilakukan siswa TK Siti Maryam, harapan untuk menciptakan generasi yang lebih peduli terhadap lingkungan semakin nyata. Dimulai dari usia dini, dimulai dari lingkungan terdekat, hingga berdampak yang luas.

(REL/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi