Kekhawatiran Resesi Memudar, Valuta Asia Stabil

kekhawatiran-resesi-memudar-valuta-asia-stabil

Singapura, (Analisa). Sebagian besar mata uang Asia stabil terhadap dolar AS, Senin (19/8), seiring memudarnya ke­kha­watiran akan resesi global didu­kung oleh eskpektasi pasar untuk langkah-langkah stimulus lebih lanjut dari bank-bank sen­tral utama.

Sejumlah bank sentral telah bersiap untuk melakukan pelong­garan moneter guna menahan laju perlambatan ekonomi. Federal Re­serve AS (Fed) diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan­nya sebesar 50 basis poin pa­da pertemuan kebijakan Sep­tember mendatang, dan sejumlah ekonom memperkirakan suku bu­nga mereka mencapai hanya 1 persen pada akhir tahun depan.

Pernyataan dovish dari Eko­nom Bank Sentral Eropa (ECB), Olli Rehn, juga menyebutkan per­lunya paket pelonggaran moneter yang signifikan pada September dalam upaya untuk mendukung ekonomi zona euro yang lesu.

Sementara itu, Tiongkok juga berencana meningkatkan penda­patan sekali pakai tahun ini dan pada 2020. Ketika pertumbuhan global tidak menentu di tengah gejolak perang perdagangan AS-Tiong­kok, saat ini ada pembi­ca­raan tentang stimulus agresif dari semua bank sentral utama.

Di antara sejumlah mata uang Asia, ringgit memimpin pengua­tan dengan kenaikan 0,2 persen. Disusul oleh dolar Taiwan dengan kenaikan 0,1 persen.

Ringgit melonjak setelah Fitch, salah satu dari tiga lembaga pe­meringkat terkemuka dunia, me­naikkan proyeksi pertum­bu­han Malaysia di tengah data eko­nomi yang kuat dari negara itu.

Fitch merevisi perkiraan per­tum­buhan 2019 Malaysia dari 2,4 persen menjadi 4,6 persen setelah ne­gara itu melaporkan pertumbu­han ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan selama paruh pertama tahun ini.

Dolar Taiwan menguat didu­kung oleh berkurangnya kekh­a­wa­tiran resesi global setelah se­juml­ah bank sentral utama di Asia dan Ero­pa melancarkan langkah-langkah stimulus agresif dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya dolar Taiwan ter­tekan akibat ketidakpastian hu­bu­ngan perdagangan AS-Tiong­kok, mengingat Taiwan meru­pa­kan salah satu negara yang be­r­gantung dengan eskpor. Sengketa per­dagangan antara dua negara ekonomi terbesar dunia itu telah menjadi katalis negatif bagi dolar Taiwan.

Rupiah stabil terhadap dolar AS pada Senin seiring mening­katnya minat investor terhadap aset-aset di pasar berkembang di te­ngah berkurangnya kekhaw­a­tiran resesi global akibat perang per­dagangan yang berkepan­jangan antara AS dan Tiongkok.

Kepala Riset Monex Inves­tindo Futures Ariston Tjendra di Ja­karta mengatakan, minat para pelaku pasar kembali meningkat pada aset-aset di negara berkembang di tengah memudarnya sentimen resesi akibat sengketa perdaga­ngan AS-Tiongkok.

Dia mengungkapkan bahwa bah­wa tim negosiator kedua ne­gara akan berkomunikasi secara intensif, dengan pasar merespon positif rencana pembicaraan per­dagangan yang akan dilang­sung­kan di Washington pada Septem­ber mendatang.

Pada awal perda­ga­ngan rupiah dibu­ka pada 14.230

Pada pukul 10.00 rupiah be­ra­da pada level 14.200

Di akhir perda­ga­ngan rupiah berada pada tingkat 14.230, melemah dari per­da­gangan sebelum­nya.

Kurs terakhir ber­ba­gai mata uang Asia terhadap dolar AS, tercatat sebagai berikut:

Dolar Singapura: 1,385, turun dari 1,384

Dolar Taiwan: 31,34, naik dari 31,36

Won Korea: 1211,50, turun dari 1210,80

Baht Thailand: 30,86, stabil

Peso Pilipina: 52,29, naik dari 52,30

Rupee India: 71,22, turun dari 71,15

Ringgit Malaysia: 4,166, naik dari 4,176

Yuan Tiongkok: 7,047, turun dari 7,042

Di Tokio, yen beringsut lebih rendah terhadap dolar AS pada Senin seiring ekspektasi bahwa sejumlah bank sentral utama akan melancarkan paket stimulus ag­resif baru di tengah kekha­wa­tiran tentang perlambatan ekonomi global.

Langkah pelonggaran moneter tersebut salah satunya terlihat dari re­formasi suku bunga Bank Sen­tral Tiongkok (PBoC) selama ak­hir pekan yang diperkirakan akan menurunkan biaya pinjaman peru­sahaan, dan laporan stimulus fiskal baru di Jer­man.

Namun, optimis­me investor tam­pak­­nya terbatas men­­jelang keputu­san AS pada Senin ter­­kait apakah ne­gara itu masih akan meng­izinkan rak­sasa teknologi Tiong­­kok, Huawei un­tuk mem­beli pa­sokan alat teknologi tinggi dari perusa­ha­an-perusahaan di Negeri Pa­man Sam itu.

Dolar AS terakhir tercatat 106,37 yen, naik 0,3 persen diban­ding­kan dengan level sebelumnya.

Di London, euro menguat pada Senin setelah sebelumnya mem­bukukan penurunan mingguan ter­besar dalam hampir dua bulan kar­ena minat investor cenderung kem­bali ke pasar global setelah meng­alami guncangan dalam se­pekan terakhir. Namun, investor masih khawatir tentang prospek jangka pendek untuk mata uang tungga ini.

Dengan eskpektasi stimulus fiskal dari Jerman yang terus meningkat dan langkah-langkah dari Tiongkok dalam menurunkan biaya pinjaman perusahaan men­dorong harga ekuitas naik. Na­mun, optimisme para investor cen­derung terbatas menjelang pi­dato yang disampaikan oleh Ke­tua Fed Jerome Powell pada kon­ferensi pers di bank sentral di Jackson Hole.

Yen Jepang: 106,64, naik dari 106,22

Franc Swiss: 0,9814, naik dari 0,9751

Dolar Kanada: 1,3259, turun dari 1,3325

Sterling terhadap dolar: 1,2116, turun dari 1,2123

Euro terhadap dolar: 1, 1099, turun dari 1,1136

HARGA EMAS

Di Comex New York, harga emas menguat pada pembukaan Senin.

Kontrak Desember 2019 diperdagangkan pada level $1.509,60 per ounce, naik $0,92.

Harga spot kitco pada pukul 13.30 GMT (20.30 WIB) tercatat $1.497,80 per ounce, turun 0,99 persen.

Di London, harga emas me­ling­sir pada Senin seiring pe­mu­lihan di pasar saham yang cen­derung meningkatkan imbal hasil (yield) obligasi AS dan pe­mulihan ekuitas, mengurangi mi­nat investor terhadap safe-haven emas dan mendorong mereka un­tuk melakukan aksi ambil untung.

Ole Hansen, ahli strategi ko­mo­ditas di Saxo Bank menga­ta­kan, reli terhadap pasar obligasi tampaknya terhenti setidaknya untuk saat ini dan mendorong ke­naikan harga saham sepanjang ak­hir pekan lalu, sehingga cen­derung mendorong aksi ambil untung oleh para investor.

London, harga emas $1.499,50 per ounce, turun 0,9 persen dari pe­nutupan sebelumnya di New York.

Harga perak tercatat $16,90 per ounce, turun 1,0 persen dari pe­nutupan sebelumnya.

Di Singapura, harga emas me­lemah pada Senin tertekan oleh dolar AS yang lebih kuat dan pe­mulihan ekuitas. Langkah sti­mulus agresif dari sejumlah bank sentral dunia yang memudarkan ke­khawatiran tentang resesi glo­bal juga turut mendorong harga emas lebih rendah.

Di Singapura, harga emas $1.505,98 per ounce, turun 0,5 per­sen dari penutupan sebelum­nya di New York.

Di Tokio, kontrak benchmark Agustus 2019 mencapai 5,155 yen per gram, melemah 21 dari penu­tupan sebelumnya. (Rtr/AP/AFP/ant/htb)

()

Baca Juga

Rekomendasi